Bagian 11 - Menyedihkan

1.5K 122 3
                                    

Avery

Brian menyerbu keluar dan berteriak diikuti dengan tawaan. Aku merasa sangat malu. Aku terbaring di kasur memegang perutku dan aku kembali merasakannya. Aku menutup mulutku menggunakan tanganku seraya memikirkan hal lain.

"Avery, ya ampun! Aku sangat minta maaf, Aku tak tahu!" Sophia berlari memasuki kamar dan melihatku. Ia membantuku menuju kamar mandi. Ia mengangkat rambutku dan itu kembali terjadi.

"Ayo, keluarkan semuanya" ucapnya seraya mengusap punggungku. Setelah beberapa ronde lagi akhirnya muntahku berhenti dan Sophia menyodorkanku segelas air.

"Ayo pulang, kau harus beristirahat" ia menarik kakiku dan saat ia mulai berjalan aku terbeku.

"Tidak bisa" ujarku dan ia mengernyit.

"Mengapa? Apakah kau masih ingin muntah?" tanyanya dan aku menggeleng.

"Aku telah dipermalukan dan kau ingin aku keluar ke sana, kau gila" ujarku seraya mencoba untuk hanya menertawakannya. Humor merupakan mekanisme bela-diri yang umum.

"Baiklah aku tak perduli oke, kau harus pulang dan tidur" rumah! Tempat dimana aku aman, malaikat pelindungku, Ibu, Ayah! Jake! Tapi faktanya bahwa aku akan pulang semabuk ini akan membuat ibuku menggeleng kecewa.

"Tidak aku tak dapat pulang! Ibu dan ayahku akan membunuhku, aku berjanji agar tetap waspada dan aman. Apakah kau pikir ini terlihat seperti orang yang waspada dan aman?" ujarku seraya panik dan ia terkekeh.

"Baiklah kau telah menghentikan pria itu agar tidak menidurimu jadi kau aman" kekehnya dan aku mencoleknya.

"Oke kau dapat tidur di rumahku, lagian orang-tuaku juga pergi" aku berterimakasih padanya dan saat kami keluar dari kamar ia harus melepasku karena aku ingin menunjukkan sedikit martabat diriku yang masih tersisa. Semuanya melihatku, aku merasakan wajahku memanas dan aku hanya ingin meringkuk.

Orang-orang tertawa dan menepuk tangan mereka. Aku berjalan lebih cepat dan cepat menuju pintu dengan kepalaku yang menunduk agar menutupi mataku yang diisi dengan tangisan dan kepedihan. Aku tak peduli terhadap orang yang menyoraki namaku untuk berhenti. Aku ingin keluar dan tak ada yang dapat menghentikanku. Sophia berjalan setelahku tetapi dihentikan oleh Liam dan mereka berciuman. Aku kembali mundur dan menarik Sophia darinya.

"Avery tenanglah, tak apa" ujar Sophia membuatku mendengus. Terlihat baik-baik saja setelah minggu pertama kau muntah di jaket senior dan membuat dirimu sendiri terlihat seperti orang bodoh.

"Oke, aku dapat memberinya ciuman selamat-tinggal sekarang di SMA" ujarku gugup. Aku tak merasa baik sama sekali. Perasaan dan gambaran mengerikan bahwa semuanya akan kembali seperti dulu, gambaran itu membuatku mataku semakin berlinang. Aku mengedip cepat agar tak ada yang melihatnya. Kami meloncat ke mobilnya dan menyetir. Gelombang perasaan lega mengalir di tubuhku.

"Terima kasih Sophia" aku sangat berterima-kasih.

"Tak masalah, itulah gunanya teman" kami berdua tersenyum.

Aku terbangun oleh suara weker yang tak asing. Aku membuka mataku dan melihat ke sekeliling. Sophia terdengar masih tertidur di sampingku. Kepalaku sangat pening. Aku memakai celana-tidur pendek dan kaus. Aku bangkit dari kasur dan mencari kamar mandi. Mungkin yang ini....tidak berjalan ke lemari. Aku menghela.

"Apa yang kau lakukan Avery?" aku berbalik dan melihat Sophia duduk di kasur mengusap matanya.

"Mencari kamar mandi" ia terkekeh.

"Oh, di ujung lorong belok ke kiri" aku berjalan dan masuk ke kamar mandi lalu kembali.

"Jadi bagaimana perasaanmu?" tanyanya dan aku duduk di kasur di sampingnya.

"Baik, apa yang terjadi tadi malam layak bagi diriku untuk memuntahi seluruh senior" rasa sakit di kepalaku sedikit memudar.

"Ya, Harry dan Cara kembali bercinta, lagi.." ia terkekeh.

"Lagi?" aku mengernyit.


The Senior (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang