Nuswa Bersusah Hati

1 0 0
                                    

Hari dan tahun mulai kembali berganti, perkembangan zaman begitu cepat dan media pun sudah berkembang, Noir dan Meira bersaing teknologi dan perkembangan, Noir fokus semakin mengembangkan senjata-senjatanya dan yang paling di takuti, bom hidrogen, tentara dan perlengkapan senjata yang semakin canggih di darat laut dan udara bahkan ada yang tak kasat mata, sedang Meira selain mengembangkan senjatanya, ia telah meluncurkan media yang digunakannya untuk masuk ke dalam rumah-rumah seluruh penduduk hamparan 255 termasuk Nuswa, berawal dari surat kabar hingga ke media elektronik, sepert janjinya pada masa silam media akan di gunakannya untuk memperburuk nama Noir.

"Nuswa, Eako, Abar, seluruh manusia hamparan yang saya cintai, tidakkah kalihan melihat Noir telah membuat senjata yang amat berbahaya bagi keberadaan kita sebagai manusia? bukankah kita sudah cukup sengsara dengan keadaan minyak dan gas yang semakin kritis ini (padahal berlimpah) aku menunggu tanggapan kalian, apakah yang seharusnya kita lakukan dengan Noir jika ia tetap mengembangkan senjatanya yang berbahaya itu" ucap penyiar berita Amity

Selain melalui media, Amity memberi gambaran betapa berbahayanya negara yang memiliki bom hidrogen yang bisa meluluh lantahkan segalanya dalam sekejap melalui film-film buatan Amity yang semakin memberi keyakinan para penduduk hamparan bahwa Noir harus di boikot dan di biarkan hidup sendiri, padahal keberaadaan bom hidrogen sejatinya adalah untuk Amity jika memulai tidakan semena-mena terhadap siapapun, namun kekuatan hipnotis media tak terbendung, fitnah Amity berhasil mempengaruhi seluruh negara di hamparan untuk bersepakat memutuskan hubungan dengan Noir yang dianggapnya berbahaya.

Dharti berduka atas pemberitaan putus hubungan Nuswa dengan Noir, Dharti tau Alby tidak seperti yang media beritakan, cincin yang di kenakannya menambah kerinduan pada Alby, hingga ia semakin sering melantunkan syair-syair dan lagu untuk Ahmad dan keuarganya Ahmad (Alby) dalam acara-acara keilmuan, serta semakin merutinkan acara peringatan-peringatan kelahiran Ahmad dan kematian anak Alby yang terbunuh, kemudian Zazel memberikan informasi baru, kedepan Dharti akan menjadi hambatan untuknya menguasai Nuswa dan ia memberitakannya pada Amity untuk melancarkan misi pertamanya masuk ke Nuswa dengan langkah pertama mencari kawan di Nuswa untuk menyingkirkan Dharti.

"Amity sudahkah kau bisa lupakan dendammu pada Iddo?" tanya Zazel

"sebenarnya masih belum, namun minyak dan gasku disana sudah menanti tuannya lama sekali" ucap Amity

"apakah kau tau, sejak Iddo mengalahkanmu ia "melepaskan" cincinnya dan menyimpannya di laci lemari tidak ia gunakan lagi, kini Iddo bisa menjadi tiket masuk untuk menguasai Nuswa" ucap Zazel berbisik

"apa yang harus aku lakukan" tanya Amity tersenyum lebar

"buatlah pembaharuan, berkawanlah dengan Iddo, kini sudah waktunya untuk menguji kebenaran ideku" ucap Zazel

Perlahan Amity mendekati Iddo, seringkali memberikan hadiah pada Iddo, termasuk memberikan cincin emas pada Iddo sebagai ucapan meminta maaf melalui kiriman-kiriman paket dan memuji Iddo di media membuat Iddo semakin simpati dengan Amity, sekaligus juga menyusupkan hiburan sebagai bungkusnya dan di selipkan betapa berkembangnya, majunya, indahnya dan bebasnya negeri Meira hingga menjadi arti kebebasan dalam hidup di hamparan, akhirnya Iddo luluh untuk mengadopsi sistem dan menyingkirkan sistem kerajaan yang selama ini makmur dan baik-baik saja.

"mengapa kita tidak menjadi diri sendiri wahai kakakku Iddo?" tanya Dharti yang tidak bisa berbuat apa-apa terhadap kakaknya yang sedang merobohkan pagar-pagar Nuswa

"kita butuh pembaharuan, kamu lihat? di media-media Meira amat berkembang dan maju, mereka sudah bisa terbang dengan burung besi mereka, sedang kita masih saja menggunakan bambu yang mengapung di atas air" jawab Iddo

"tanpa mengikuti cara mereka kita pun bisa, apakah kau lupa Amity pernah kita kalahkan dulu? apakah kau tidak curiga padanya atas perbuatan baik kepadamu selama ini?, bacalah Iddo bacalah!" ucap Dharti

Hamparan 255Where stories live. Discover now