Berkah Alby di Tanah Noir

1 0 0
                                    

Due datang ke Nuswa berdasarkan informasi dari Amity yang didapatkan dari Zazel si pencuri berita dari buku 255, Due datang ke Nuswa sembari membawa banyak harta dan barang-barang mewah untuk berdagang, dimasa ini mulailah segala transaksi di Nuswa yang bermula dengan barter di lakukan dengan mata uang dan di berlakukan di seluruh dunia yang di tetapkan oleh Amity, karena kepraktisannya negeri Nuswa menerima transaksi dengan cara ini, namun sebab ini budaya saling memberi hadiah dan sedekah mulai hilang di Nuswa.

Due dengan pasukan perang yang menyamar menjadi pedagang menyembunyikan pedang di balik jubahnya untuk meluruskan jika Alby menyampaikan sesuatu yang kurang baik tentang dirinya, awalnya tidak berniat untuk berdagang dan berlama-lama di Nuswa, namun melihat negeri Nuswa yang sudah mengejawantahkan ajaran Ahmad, Due menjadi sangat tertarik hingga menjadi dekat dengan Iddo dan Dharti, Due pun akhirnya penasaran apa yang Alby ucapkan pada Iddo dan Dharti mengenai dirinya di negeri ini, akhirnya Due memilih untuk berdiam sejenak untuk memastikan namanya masih baik-baik saja.

"kau mencari Alby? kebetulan sekali Alby sudah berlayar kembali ke negeri asalnya, apakah kau tidak bertemu dengannya?" tanya Iddo di kursi kerajaan

"bagaimana mungkin aku bertemu dengannya di samudra ciptaan Tuhan yang Maha luas ini, kamu bisa juga sedikit-dikit bahasa negeriku, bagaimana bisa? apa yang di ajarkan oleh Alby? apakah ia pernah menyebut namaku?" tanya Due khawatir

"iya dia pernah menyebut namamu sekali ketika bercerita tentang Ahmad yang mulia, kamu adalah kakaknya" balas Iddo yang tau bahwa Due telah menyakiti Alby dari riwayat petapa leluhur

"adakah kisah lain yang di ceritakannya?" tanya Due lagi

"tidak, tidak ada, ia lebih lama di kerajaan" balas Dharti tersenyum menyelak perlahan dari arah taman kerajaan, agar Iddo tidak menceritakan kisah pilu Alby, sebab Dharti melihat ada pedang di balik jubah Due, kemudian Dharti mengalihkan mereka dengan melanjutkan transaksi perdagangan

Due tersenyum lega dan kembali melanjutkan bisnisnya di Nuswa, juga mengawinkan penduduk lokal namun tidak pernah menjadi istri utamanya karena suku bagi Due amat di agungkan dan akhirnya sebagian meminta izin untuk menetap di Nuswa setelah melihat ada sebagian Alby yang telah menikah dengan penduduk Nuswa, sebagian Iddo menerimanya karena Due memiliki ciri yang sama dengan wajah Alby dan menganggapnya berasal dari darah yang sama dengan ideologi dan isi hati yang sama.

Setelah merasa aman dan sudah tidak menghawatirkan namanya di Nuswa Due pun pamit untuk kembali ke Abar dengan sebelumnya membuat perjanjian transaksi rutin dengan Nuswa untuk melanjutkan perdagangan, untuk pembicaraan ke depan Due menawarkan Iddo dan Dharti untuk berziarah ke makam Ahmad yang mulia, namun kini Due membatasi kunjungan hanya untuk pengikut ajaran Ahmad, padahal menurut cerita Alby, Ahmad selalu menerima siapapun yang ingin menjadi tamunya ketika beliau hidup, pikir Dharti namun tidak ingin mempertanyakan hal ini.

Aku terlalu asik mengamati negeri Nuswa, perkembangan ajaran Ahmad yang semakin pesat dengan cara-cara yang berbudaya, musik tradisional dan pertunjukan teater, dengan kejayaan Nuswa yang semakin berkembang, makmur dan dengan ketenangan ekonomi, rakyat menjadi semakin santun, rendah hati juga murah senyum, saling lebih menghargai dan menghormati seringkali memberikan senyum kepada siapapun yang tidak di kenal dan juga sering memberi salam keselamatan, dimana salam ini mengandung makna untuk saling menyelamatkan, melindungi, menaungi benar-benar di terapkan.

Aku senang melihat keberadaan Nuswa, namun aku penasaran dengan Due karena dia telah kembali dan akan bertemu dengan Alby.

Setelah Due kembali tiba di Abar, ia melihat Alby dan kemudian menangis memeluknya yang baru saja telah selesai melakukan shalat, kemudian Alby berjalan menuju makam Ahmad yang mulia.

Hamparan 255Where stories live. Discover now