Sambutan Nuswa pada Alby

1 0 0
                                    

Setelah Alby mundur dan mengalah pada Due sebab amat bernafsunya Due atas kepemimpinan, 17 orang Alby yang mengasingkan diri ini mendapat perintah dari Tuhan melalui Namus untuk menghibur diri dengan berlayar ke tengah laut dan berpasrah pada Tuhan akan di sampaikan ke mana berlabuh, kemudian ketika sampai nanti Alby di minta memberitakan tentang ajaran Ahmad kepada mereka dan menegakan keadilan lainnya. Setelah perbekalan telah siap merekapun semua berangkat, walau ada sebagian dari Alby yang tidak ingin ikut, mereka mengasingkan diri ke arah barat ke sebuah negeri bernama Noir.

"hai malaikat apakah kamu tau sesuatu tentang negeri yang akan aku datangi?" tanya Alby

"setahuku negeri itu sangat kaya dan penduduknya memiliki tingkat spiritual tinggi yang di dapat dari leluhur mereka, Nuswa seingatku sempat mendapat cipratan tanah surga saat Namus dan Zazel sedang asik bermain di ladang surga, hingga wilayahnya subur dan penuh dengan keindahan" jawab malaikat angin pada Alby

Selagi dalam perjalanan Alby menulis terus menerus tentang perjalanannya dan kisahnya hingga menjadi lembaran-lembaran dengan kertas yang sudah ia siapkan, ia menulis untuk mengobati dan menghibur diri selain sembari curhat pada Tuhan penguasa alam melalui sebuah tinta seperti kebiasaannya menuliskan tiap mendengar ucapan Ahmad yang mulia, terkadang ia menangis sambil memeluk jubah perak milik anaknya yang terbunuh, beberapa minggu kemudian berlalu, Alby pingsan setelah tiga hari berlayar tanpa perbekalan, perahu Alby yang di tiupkan angin hangat yang menyelimuti mereka terhenti dan tiba di sebuah pulau yang tepiannya berpasir putih dan luas, ia pingsan hari karena dehidrasi dan kekurangan energi, Alby-Alby terbaring di atas perahu di bawah sinar bulan purnama besar merah yang tersenyum sedih padanya, sebab masih berduka atas peristiwa salah satu anak Alby di penggal tubuhnya oleh kakanya sendiri, duka yang amat mendalam bagi keluarga Alby.

Malaikat angin mengarahkannya ke sebuah negeri bernama Nuswa, saat para Alby tertidur dan pingsan, angin membawanya terbang ke negeri yang penduduknya sudah ramai menyambutnya, menunggu di tepian laut yang pasang namun tenang, di nanti para pria dan wanitanya yang masih bertelanjang dada, ruh-ruh leluhur, jin, beberapa pengawal kerajaan yang berjaga di tepi laut dan segala malaikat pengatur. Nuswa sangat subur dan berkelebihan sumber daya alam, Alby yang masih pingsan di perahu di gotong Iddo berarak ke rumahnya untuk di rawat, Iddo adalah anak dari penduduk asli pribumi negeri Nuswa.

"Iddo, sang tuan telah bangun" ucap perawat memberitau Iddo

Setelah beberapa jam, Alby yang lemas berwajah pucat terbangun dan menatap Iddo dengan senyum bersyukur melihat dirinya sudah tiba di negeri yang di tuju

"mari aku bantu kamu duduk tuanku" ucap Iddo melihat Alby berusaha ingin duduk

"terimakasih saudaraku aku masih bisa sendiri" jawab Alby, kemudian Alby terjatuh kembali karena masih dalam keadaan lemas, Alby kemudian tersenyum mulai merasakan kenyamanan Nuswa seperti yang di katakan malaikat angin, ia mengumpulkan energinya masih sambil berbaring di atas kasur bambu berlapis dua lembar anyaman rotan yang sangat nyaman degan udara yang amat segar penuh oksigen dan kicauan burung pagi yang indah membuat Alby tersenyum dan meneteskan air mata saat akan membuka mata.

Iddo tau bahwa Alby ingin bangkit namun masih lemas, kemudian Iddo mempersilahkan dan membantu Alby untuk duduk perlahan untuk meminum teh hangat dengan gelas berbahan dari tanah liat yang mengeras.

"maha indah dan maha suci Tuhan yang telah menciptakan keindahan negeri ini" ucap Alby "terimakasih saudaraku telah menjamuku sebaik ini" lanjut ucap Alby sambil duduk di tepian kasur bambu.

"ya tuanku, kamu memang telah kami nanti selama ini sebagai pembawa keadilan bagi rakyat pribumi" ucap Iddo bersujud pada Alby

"hei hei! untuk apa kamu bersujud padaku? cegah Alby pada sikap Iddo

Hamparan 255Where stories live. Discover now