Dirga: Jangan Sembarangan

13.7K 1.6K 35
                                    

Sudah sewajarnya kan atasan menegur bawahan kalau mereka punya salah? Menurutku, mengingatkan Agni seperti tadi bukanlah hal yang berlebihan. Mengajak para sahabatnya mengunjungi tempatnya bekerja di waktu yang salah.

Aku tahu maksud Agni yang terkesan tidak terima adalah aku memarahinya karena tiba-tiba saja Dinda juga ikut muncul kesini.

Apa memang benar demikian? Well, ada benar dan tidaknya. Sejujurnya, aku memang sedikit kesal karena tiba-tiba saja muncul Dinda di kantor ini. Setelah sekian lama. Kebetulan ada Amanda disini.

Arrgh! Terus kenapa?? Toh Dinda gak peduli sama sekali, Dude! Berarti apa yang Agni omongin gak salah!

Aku menarik-narik rambutku dengan kedua tanganku. Entah kenapa bayang-bayang Dinda belum sepenuhnya hilang dari ingatanku. Aku tidak semuda itu untuk merasakan jatuh cinta, tapi dengan Dinda rasanya tidak semudah itu untuk melupakan.

Drrt..drrt.

Ponselku bergetar terdengar di atas meja kerjaku. Nama Kevin muncul di layar.

"Ya?" Jawabku singkat.

"Buru. Gue tunggu di lift dah."

"Sorry, sepertinya gue hari ini..."

"Gue gak mau denger alesan lagi! Gue tungguin lo sampai turun."

Sambungan telepon terputus. Ajakan teman-teman kantorku untuk sekedar merefresh pikiran pun sudah sering kutolak dengan alasan pekerjaan. Beberapa dari mereka tahu bagaimana aku patah hati, melihat Dinda dengan pria lain.

Di depan lift terlihat menunggu Kevin dan Prima.

"Gitu dong! Jangan suntuk gitu lah kaya orang habis di phk aja lu!" Semprot Prima padaku.

"Kemana kita?" Tanyaku tanpa basa-basi sambil menunggu lift sampai di lantai ini.

"Golf-ing!"

Beberapa saat kemudian munculah dua orang bawahanku bersama-sama, Bismar dan...Agni.

Oh God. Kenapa mesti bertemu Agni??

Bismar menganggukkan kepalanya padaku, Prima dan Kevin. Sedangkan Agni sebaliknya. Ia hanya menganggukkan kepalanya sekali dan itu kepada Prima sekaligus Kevin.

Oke. Memang keras kepala.

"Kok baru balik?" Suara Kevin membuka keheningan.

"Ada yang mesti diselesaikan, Pak." Bismar menjawab.

"Ooh, barengan?" Kali ini Prima yang bertanya. Aku berharap lift cepat terbuka dan...

Ting!

Akhirnya terbuka juga. Kami pun masuk bebarengan. Tidak ada pilihan lain.

"Iya, Pak. Projectnya Pak Dirga. Sebenarnya sih saya yang handle, cuma waktu itu Agni bantu juga karena saya kewalahan." Bismar berbicara ceplas-ceplos.

"Agni pulang sendiri?" Lagi-lagi Kevin mencoba untuk berulah. Kusikut dia yang berdiri di sebelahku. Tapi tidak digubrisnya.

My New Year's EveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang