1 1 - Gajah Mada Patih Amangkubhumi

2.3K 347 14
                                    

Baca aja dulu sampai selesai jangan protes dengan bahasanya.

Angin sejuk berhembus, membawa ketenangan. Matahari bersinar terang, membawa kehidupan. Pepohonan yang rindang nan hijau menari-nari mengikuti arus angin. Burung-burung berkicau merdu. Pak tani berangkat ke ladangnya dengan cangkul bertengger di pundak. Ibu-ibu memandikan anaknya di sungai. Para pedagang mulai bersiap membuka kedainya. Suasana yang asri di Kerajaan Majapahit akan membuat siapapun betah berlama-lama tinggal. Tak terkecuali para anggota TET. Maklum saja, tanaman hijau hanya bisa mereka lihat di taman-taman tertentu. Angin pun sudah tak sejuk lagi, bahkan beberapa spesies hewan tinggal bangkainya saja.

Alfan duduk bersandar di sebuah pohon besar. Matanya terpejam, menikmati kesejukan angin. Sepanjang hidupnya, Alfan belum pernah merasakan suasana senyaman ini. Diam-diam dalam hatinya Alfan bersyukur dikirim dalam misi ini. Suara debuman di sebelahnya mengusik tidurnya. Alfan pun membuka matanya dan mendapati Dareen tengah menjatuhkan buah mangga dari pohonnya.

"Sekali lagi Letnan! Kurang banyak!" teriak Shera yang sedang memunguti mangga-mangga jatuh.

"Terlalu tinggi!" balas Dareen dari atas pohon.

Alfan mengabaikan mereka. "Dasar orang-orang kurang kerjaan." gumamnya pelan. Matanya pun kembali terpejam.

Namun, baru sedetik dia menutup mata, suara menganggu kembali muncul. Kali ini berasal dari Alan dan Alina yang tengah menunggangi sapi. Entah milik siapa sapi itu, sejak kedatangan mereka beberapa menit yang lalu sapi itu sudah berada di sana.

"Ayolah sapi sayanggg... bergeraklah!" rayu Alina. Namun sapi itu tak mau bergerak dan malah memakan ruput.

"Bodoh! Dia tidak akan paham bahasa manusia!" Alan melompat turun.

Alan menepuk bokong sapi. Sapi itu tidak merespons. Alan pun melakukannya lagi beberapa kali dengan tempo yang lebih cepat.

Plakk

Sapi itu tampak tak terima hingga menampar wajah Alan dengan ekornya. Alina yang melihat kejadian itu hanya bisa tertawa terbahak-bahak.

"Rasakan itu!" ejek Alina.

Alan memandang kesal si sapi. "Dasar sapi jelek!" umpat nya sambil berjalan menjauh, namun sekali lagi sapi itu mengibaskan ekornya pada Alan.

Di sisi lain Hanum sedang memotret keindahan alam kerajaan Majapahit. Rian tengah memberi makan beberapa burung dengan pakan unggas yang entah dia dapat dari mana.

"Astaga... kenapa aku harus bersama orang-orang aneh seperti mereka?!" keluh Alfan.

Tak lama kemudian Dareen datang dan duduk bersila di sebelah Alfan. "Hei semuanya! Ayo berkumpul!" teriaknya.

Mereka semua menyadari bahwa itu merupakan panggilan rapat. Setelah semuanya berkumpul Dareen langsung membagikan buah mangga dengan jumlah tiga untuk masing-masing orang.

"Jadi, ini yang namanya mangga?" tanya Hanum memastikan.

Shera segera melihat ponselnya. "Di artikel ini dikatakan begitu. Sudah punah sekitar tahun 2500." ujarnya membaca Artikel di ponselnya.

"Apa inti rapatnya?" tanya Alfan yang tidak suka dengan basa-basi mereka.

Dareen berdeham. "Begini, kita tidak tahu di mana Azurium itu dan siapa kerabat Hanum dan Alfan yang membawanya. Jadi, pertama-tama kita harus menyusup ke istana atau menyamar menjadi orang desa." jelasnya.

"Itu akan sulit." komentar Shera.

"Tidak kalau kita punya strategi." sanggah Dareen.

"Aku hanya tahu strategi melakukan eksperimen." komentar Hanum.

Time Explorer: VastataWhere stories live. Discover now