°°°
Kim Jong Nim, bukankah ayah kandungku? Kenyataan apa ini?
"Bukankah, Kim Jong Nim ayah—"
"Tentu saja, dan memang itu kenyataannya. Tapi pernahkah kau mendengar bahwa Jong Nim menikahi aku, sekaligus mamamu?"
Tenggorokanku mencekat kata yang hendak aku ucapkan. Dan di waktu yang bersamaan, aku pun merasakan desiran sesak di pernapasanku. Aku tidak bisa menutupi keterkejutan atas apa yang ibu katakan. Bahkan, aku pikir apa yang aku dengar hanya gurauan, dimana ibu tiba-tiba tertawa menertawakanku.
"Segeralah tertawa ibu, gurauan ibu benar-benar membuatku takut," ujarku akhirnya, dengan volume suara memelan berusaha menelan ketercekatan suaraku.
"Jadi benar ya? Bahkan kau masih menganggapnya gurauan? Ibu pikir di usiamu saat ini, menceritakan semuanya akan lebih mudah. Tapi ternyata, kau tampak lebih terpukul. Aku mengerti itu." Ibu membalikkan badannya, dia terdengar menarik napas sesak sebelum akhirnya melangkah pergi.
"Mengapa?!" seruku cukup keras tanpa berpikir akan seberapa keras aku terdengar menyentaknya sampai membuat ibu berhenti melangkah dan terpaku di tempatnya.
"Mengapa?!" ulangku, tidak sekeras sebelumnya. Tapi aku mencoba mendekatkan diriku pada ibu dengan melangkah pelan, bukan aku yang mengendalikannya, melainkan kelelahan dan keterkejutanku yang mengendalikan tubuhku saat ini.
"Ibu?! MENGAPA?!"
"KARENA AKU TIDAK AKAN PERNAH BISA MEMILIKI ANAK MIN SEOK!!!"
Aku terdiam menatap ibu. Pesawat yang aku genggam kuat-kuat itu terjatuh dengan ringannya, bersamaan dengan tersimpuhnya ibu yang masih memunggungiku. Aku tidak merasakan apapun lagi selain air mata yang jatuh begitu pelannya. Entah hal apa yang bisa aku katakan saat ini pada ibu. Kenyataan ini berada di sisi yang sama mengerikannya.
"Ibu lelah menyembunyikan semua ini Min Seok." Tangisan ibu terdengar di sela-sela ucapannya. Hatiku tersayat dengan kenyataan tentang keterbatasannya, tapi tidak cukup sakit daripada sebuah kenyataan yang tidak pernah diungkapkannya selama ini, dan terlebih itu juga menyangkut diriku, keluargaku.
"Mamaku... Apakah itu artinya kau hanya memanfaatkan mamaku untuk mendapatkan aku, saat ini?" ucapanku mencuat begitu saja sedatar mungkin.
Ibu diam dibalik pandanganku. Jari-jarinya meremas rumput cukup dalam. Begitu dia melepaskannya, "ibumu yang menawarkan dirinya, Min Seok," ucapnya sambil menghembuskan napasnya pelan.
"Ma... maksud ibu?"
.
.
"Aku ingin hidup bersama seseorang, yang bisa membantuku hidup lebih lama," ucapannya getir. Setetes air mata jatuh dengan ringan dari pelupuk matanya yang nampak kelelahan.
"Kau bisa memilikinya, So Naa. Jangan menangis kumohon."
"Waktuku tidak banyak Seon Ya. Selamanya, sampai detik terakhir aku akan sendirian." So Naa menutup matanya, menahan sesuatu di sana.
YOU ARE READING
POLAROID (Kim Min Seok)
Fanfiction"Kau itu seorang pria sederhana. Menangis bukanlah pilihan terbaik dalam masalahmu, kecuali kau merasakan bagaimana itu sakit hati. Kau mungkin hebat dalam banyak hal, tapi kau tidak pernah hebat atau bahkan bisa dalam mengatur dan memercayai apa ya...
