"Kau itu seorang pria sederhana. Menangis bukanlah pilihan terbaik dalam masalahmu, kecuali kau merasakan bagaimana itu sakit hati. Kau mungkin hebat dalam banyak hal, tapi kau tidak pernah hebat atau bahkan bisa dalam mengatur dan memercayai apa ya...
Tepat di depanku, mama bersimpuh menopangkan lututnya pada rerumputan. Dan itu cukup membuat tinggiku dan mama sangat terlihat berbeda tipis. Mungkin.
Seakan mensejajarkan wajahnya agar lurus dalam memandangku. Mama mengangkat kepalanya yang tertunduk. Matanya terlihat dalam dan sendu, bahkan aku tidak begitu mengerti apa arti dari tatapan seperti itu.
Mama mengarahkan tangan kanannya ke belakang, sementara tangan kirinya sibuk memainkan wajahku. Cukup lama, sampai mama mulai membawa kembali tangan kanannya ke arahku dengan pelan.
Aku bahkan tidak menduganya, mama menyodorkan sebuah tas hitam sedang ke arahku. Aku tetap terdiam menatap kantong tas itu dengan tatapan tidak mengerti. Namun, dengan cepat mama meraih lenganku, lalu meletakkan tas itu pada telapak tanganku yang terbuka.
"Bukalah!" perintah mama lirih yang begitu singkat membuat tanganku bekerja untuk membukanya.
Aku membukanya tanpa kesulitan. Dan tas itu terbuka dengan mudahnya.
Aku hanya membulatkan mata ringan, cukup terkejut atas apa yang ada di dalam tas itu. Alasannya? Karena aku sama sekali tidak mengerti benda apakah yang ada di dalam tas ini.
"Kamu tau ini apa?" Mama tersenyum menggodaku. Matanya cukup berbinar. Dan aku hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan mama.
"Kamu ingin tau?" kali ini, aku mengangguk dengan cukup ragu.
Dan mama, tersenyum dengan matanya yang kembali sendu, tidak lagi berbinar.
"Ini adalah benda ajaib dan istimewa. Karena, dengan benda ini kamu bisa menyimpan banyak hal termasuk kenangan, kebahagiaan, hal-hal yang menyenangkan, atau bahkan mama. Tidak hanya itu, tiap kali kamu menyimpannya, kamu akan merasa mengulangi hal yang sama seperti apa yang kamu simpan, setelah melihat hasilnya. Bagaimana? Kamu suka?"
Aku mengangguk antusias. Aku menyukai dan begitu kagum dengan apa yang telah diberikan oleh mama. Mataku tidak beralih dari tatapan pada hadiah terindah dari mama ini. Sampai mama menepuk pundakku pelan, yang membuatku mendongak padanya.
"Bagaimana jika kamu mencobanya?"
Tawaran mama semakin membuat sudut bibirku terangkat lebih tinggi. Aku mengangguk semangat menandakan persetujuanku atas penawaran dari mama.
"Ini cukup mudah. Arahkan lensa ini pada objek apapun yang ingin kamu simpan. Asalkan kamu bisa melihat objek itu pada kaca kecil ini dengan tepat, kamu bisa menekan tombol ini. Mudah bukan? Sekarang, kamu bisa mencobanya pada sebuah objek. Dan izinkan mama menjadi objek pertamamu!"
Mama mulai berdiri dari tempatnya bersimpuh, lalu mengambil beberapa langkah menjauh ke belakang dengan hati-hati. Hingga dirasa cukup, mama berhenti, kemudian meneriakiku tentang apa yang harus aku lakukan.
"Sekarang, arahkan lensanya pada mama. Lihatlah melalui apa yang mama sebut kaca kecil."
Aku menempatkan kaca kecil yang disebut mama di depan mataku. Aku sungguh terkejut sekaligus terkesan. Mama terlihat jelas dari kaca penembus yang begitu kecil ini. Aku tersenyum, kemudian mengingat apa yang seharusnya aku lakukan selanjutnya. Aku menekan tombol. Hingga terdengar suara dari benda ini.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mama cukup terkejut. Aku tertawa menertawakan ekspresi mama yang terkejut. Kemudian, aku ikut terkejut, menyadari benda ini bergetar kecil lalu menampakkan sebuah kertas putih.
Mama menghampiriku, mengambil kertas itu, lalu mengibaskannya pada udara dengan pelan dalam beberapa saat. Lalu menghentikan tindakannya itu, dan mulai melihat kembali pada kertas. Mama tersenyum.
"Hasilnya tidak terlalu mengecewakan untuk pemula sepertimu." Mama membalikkan kertas itu dan menunjukkan apa yang ada di baliknya atau apa yang telah mama lihat.
Aku membulatkan mataku, lagi. Kembali dibuat terkejut oleh benda ajaib ini. Aku melihat mama di kertas itu.
"Ini mama? Mama ada di kertas ini?" Aku mulai berbicara. Kemudian melompat di tempat penuh kegirangan. Mengekspresikan rasa bahagia serta kagumku.
"Tentu saja ini mama. Oh ya, jangan lupa, saat mengibaskannya, tanganmu hanya diizinkan memegang ujungnya. Setelah hasilnya sesuai dengan penglihatanmu di kaca kecil, simpan hasilnya dalam tas ini, yang juga sebenarnya sebagai tempat benda ini. Jadi, suatu saat nanti, kamu bisa kembali mengingat mama dengan melihat ini."
Mama meletakkan kertas itu pada tas hitam sedang tadi. Kemudian menutupnya. Mama meraih benda ajaib itu dariku, lalu mengalungkan tali yang terikat pada benda ajaib itu beserta tas hitam sedang itu di leherku.
Aku tersenyum. Melihat benda yang ada di leherku tidak terjatuh, sementara tanganku semakin erat memegang keduanya pula.
"Oh ya, nanti jika ada yang bertanya apa nama benda ini. Kamu bisa menunjukkan apa yang ada di bawah sini,"
Mama menunjukkan bagian bawah benda itu. Untukku yang masih berumur 8 tahun cukup bisa untuk dibaca meskipun masih mengeja. Dan aku mulai mengejanya.
Tertulis di sana.
*POLAROID~KIM MIN SEOK*
°°°
•tbc•
Hallo Readers!!!
Saya kembali lagi, dengan pengalaman pertama saya menulis cerita fiksi tentang salah satu member sebuah grup yang dinamai EXO.
Dan kali ini, saya memilih seorang Kim Min Seok~Xiumin EXO. Anggap yang ada di mulmed adalah Kim Min Seok~Xiumin EXO di masa kecilnya. Meskipun aslinya pasti akan lebih baozi.
Mengapa saya memilihnya? Karena, Dia adalah Bias saya.
Cukup itu saja alasannya. Jika ingin bertanya lebih lanjut, dipersilahkan!!
Btw, Selamat membaca yaa.. dan semoga para pembaca menikmati alurnya. Kepuasan para pembaca adalah prioritas. Tapi jika ada kesempatan mohon beri saya upah, yang hanya sekedar vote.