Bagian 3

4.9K 536 359
                                    


Jaemin tahu dengan pasti kalau ini bukanlah salah kakaknya. Bukan salah kakaknya kalau mereka harus hidup dengan serba kekurangan, bukan juga salah kakaknya kalau akhirnya harus menempuh jalan itu untuk mendapatkan uang, ini semua karena keadaan. Keadaanlah yang memaksa kakaknya untuk melakukan hal tersebut. Karena itu ia saat kakaknya membayarkan uang sekolahnya dengan hasil pekerjaannya tersebut, Jaemin hanya bisa menerimanya. Memang apalagi yang bisa ia lakukan? Ia tak bisa bekerja karena kakaknya dengan tegas telah melarangnya.

"Hei, kamu tahu tidak, Jaemin sudah membayar uang sekolahnya."

Jaemin menundukkan kepalanya, bersiap menerima semua hinaan yang mungkin akan teman-teman sekolahnya lontarkan untuknya. Ia sudah terbiasa dengan perlakuan mereka yang buruk, hanya karena ia bukan dari kalangan orang berada, tak ada satupun orang yang mau berteman dengannya. Selama ini, di rumah ia selalu berpura-pura kalau semuanya baik-baik saja, ia tak ingin menambah beban pikiran kakaknya kalau kakaknya sampai tahu apa yang telah teman sekolahnya lakukan kepadanya setiap hari.

"Wah, benarkah. Dari mana ia punya uang untuk membayarnya?"

Jaemin menegakkan wajahnya, berusaha mengacuhkan mereka, ia meneruskan langkahnya menuju kelasnya.

"Memangnya kalian pikir dari mana lagi, keluarganya kan miskin dan sudah jelas mereka tidak punya uang."

Jaemin mengepalkan jemarinya saat mendengar suara tawa mencemooh dari mereka, namun ia memilih untuk menahan dirinya.

"Ah, apa dia telah menjual tubuhnya?"

"Ya, memangnya kau pikir dengan tubuh kurus seperti itu, ada yang mau?"

Kembali terdengar gelak tawa yang terdengar menyebalkan di telinga Jaemin. Inginnya ia membalas semua ucapan mereka, tapi mengingat ia yang hanya seorang diri, Jaemin pun mengurungkan niatnya, ia memang bukan pengecut, tapi melawan begitu banyak orang, ia tak akan menang.

"Kalian tahu tidak, aku melihat kakaknya kemarin."

"Oh ya, apa yang dia lakukan."

"Dia merayu sembarang pria di jalanan dan mengajaknya tidur bersama."

Terdengar seruan bernada jijik yang Jaemin dengar di sekelilingnya.

"Aku tak mengerti kenapa kepala sekolah tidak mengeluarkan Jaemin dari sekolah ini, keluarga pelacur seperti dirinya tak pantas berada di sekolah ini."

"Bagaimana lagi, aku yakin kalau kakaknya pasti sudah merayu kepala sekolah dan mungkin juga tidur bersamanya."

"Aku yakin, kakaknya pasti juga menjual tubuhnya untuk membayar uang sekolah Jaemin. Menjijikkan."

Jaemin tak tahan lagi, ia segera mempercepat langkahnya, namun baru beberapa langkah ia menjauh dari gerombolan itu, seseorang lebih dulu mencegatnya dan menumpahkan segelas minuman dingin ke wajahnya.

Jaemin memejamkan matanya, mengusap wajahnya yang kini basah dan berbalik arah, namun lagi-lagi ada yang melemparkan tepung ke wajahnya.

"Hahahaha... lihat dia mirip dengan gelandangan...."

"Pecundang..."

"Pelacur..."

"Kau tak pantas berada di sekolah ini, enyahlah dari hadapan kami dan jangan pernah muncul lagi dengan wajah menjijikkanmu itu."

Salah satu dari mereka mendorong tubuh kurus Jaemin, hingga remaja itu terjatuh ke lantai. Jaemin meringis pelan, lututnya terasa sakit saat menghantam lantai. Bulir air mata menuruni pipinya yang tirus, tapi ia sama sekali tidak mengatakan apapun, kepalanya tertunduk, pasrah dengan apa yang mereka.

Love ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang