Keano, 15 November 2014

Zacznij od początku
                                    

"Itu rokok ke lima kamu, itu sudah cukup, Kayla"

Aku mendengus kasar. Tau apa dia? Aku tidak perlu dinasehati. Aku tahu itu adalah batang yang ke lima yang sudah ku nyalakan, lalu kenapa? Apa urusannya dengan itu?

"Terus? Apa urusannya sama lo? Udah sana gausah ganggu gue"

Aku menendang kakinya asal, tanganku kembali bergerak untuk mengambil satu lagi batang rokok yang masih ada dalam bungkusnya, sebelum satu tangan malah merebut seluruh bungkusan itu dari genggamanku

"LO NGAPAIN SIH ANJING?"

"Cukup, Kayla"

"GAUSAH SOK NGURUSIN GUE"

Aku kembali berteriak dengan sangat keras sambil menatapnya penuh amarah. Aku benar-benar tidak ingin diganggu oleh siapa pun sekarang, dan si gila ini malah membuatku kesal. Orang ini selalu saja berhasil untuk menaikkan amarahku. Aku tidak peduli dengan dia yang terus berkata bahwa dia ingin memperjuangkanku. Aku tidak menyukainya, tidak dengan seluruh perlakuannya selama sebulan ini, dan tentunya tidak dengan sikap menyebalkannya seperti sekarang ini

"Makan ini, pengganti rokok"

Permen kecil itu secara langsung dimasukkan ke dalam mulutku yang terbuka, memaksaku untuk mengecap rasa manis dari permen yang diberikan olehnya. Dia kini duduk tepat di samping kiriku, dengan pandangan yang lurus terarah pada pohon besar yang terletak tidak cukup jauh dari tempat kami sekarang

"Saya tidak tahu apa masalah kamu, tapi rokok tidak pernah bisa menyelesaikan suatu permasalahan"

Aku menatapnya jengah. Orang ini selalu saja banyak bicara, selalu bertingkah sok bijak dengan semua kalimat ajaibnya. Aku sedang tidak membutuhkan siraman rohani atau edisi golden ways sekarang. Aku hanya butuh orang ini untuk meninggalkanku sendiri

"Saya tahu kamu tidak akan mau bercerita ke saya. Tapi, bukankah lebih baik untuk bercerita kepada orang lain, daripada menyimpannya sendiri? Itu sakit, bukan?"

Kedua manik cokelat itu kini terarah kepadaku. Aku membalas tatapannya dengan pandangan remeh, lebih tepatnya meremehkan ucapannya itu

"Gue lagi gak masuk acara golden ways atau kick andy, please deh, mending lo pergi aja"

/hugs

Seketika aku terdiam saat ada sepasang tangan yang kini melingkari badanku, membawaku ke dalam pelukannya. Untuk beberapa saat, aku termenung, entah kenapa otakku seketika tidak bisa berjalan dengan baik. Apa ini?

"Kata orang, pelukan juga adalah salah satu cara untuk menenangkan siapa pun yang sedang bersedih"

Suaranya terdengar jelas di samping telingaku, cukup untuk membuatku merasa tersengat karena suaranya. Sesaat kemudian aku tersadar, aku...berada dalam pelukan orang gila ini. Dengan segera aku meronta, berusaha lepas dari pelukan erat ini

"Sebentar saja, Kayla, please"

Aku kembali terdiam kaku, membiarkan orang ini untuk terus memelukku. Ada apa denganku? Aku bahkan tidak mengerti kenapa tubuhku langsung berhenti saat suaranya menggema masuk ke dalam otakku

Beberapa saat terlewati dengan diam, dan dengan aku yang masih setia berada dalam kungkungan tangannya. Ada satu hal aneh yang terjadi padaku sekarang. Kenapa aku mulai menyukai pelukan ini? Dia terasa begitu hangat, sejuk...dan menenangkan. It seems addicting, a part of me want this more and more, and I don't even know why

"Saya antar kamu pulang, ayo"

Pelukan itu terlepas, digantikan dengan tangan kananku yang digenggam erat sebelum kemudian menarikku untuk berdiri. Masih dalam diamku, aku menatap lekat kedua tangan yang terkait itu, dengan kaki yang spontan berjalan mengikuti arahan

Tentang KeanoOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz