Keano, 15 November 2014

210 65 5
                                    

Selamat pagi!

Maaf, aku baru bisa melanjutkan ini sekarang. Dua hari ini aku benar-benar dilanda kesibukan, seakan tidak berniat untuk membiarkanku bernafas barang sedetik saja. Tapi tenang saja, aku masih hidup, haha

Untuk cerita hari ini, aku akan membawakan kisah yang sedikit berbeda. Kisah ini adalah salah satu memori yang melekat erat ke dalam ingatanku. Meskipun, tentunya, semua yang ku ceritakan pada kalian tidak pernah lepas dari ingatan, tapi memori yang ini cukup berbeda. Aku akan membaginya kepada kalian pada hari ini

Sudah siap untuk mendengar ceritaku?

Aku akan memulai ceritaku, tentang Keano, 15 November 2014


~-~-~-


15 November 2014
Universitas Indonesia

Kumpulan asap keluar dengan beruntun dari mulutku, mengotori udara sejuk yang disediakan oleh alam. Aku saat ini sedang berada di salah satu tempat yang cukup sepi yang tersedia di lingkungan fakultasku. Aku menemukan tempat ini seminggu setelah aku resmi menjadi mahasiswa disini, dan sekarang ini menjadi tempat favoritku di kampus ini

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, tapi aku masih tidak berniat untuk beranjak dari sini. Kelas terakhir yang aku punya hari ini berakhir sekitar setengah jam yang lalu, dan aku langsung berlari ke sini setelahnya. Aku merasakan penat yang teramat sangat. Aku membutuhkan pelampiasan. Dan, tentunya, bungkusan tembakau ini adalah pelarian pertamaku

Ayahku semalam bertengkar dengan istrinya. Mereka memiliki pertengkaran hebat sehingga membuatku tidak bisa tidur semalaman karena teriakan tanpa henti yang terdengar sampai ke dalam kamarku, kemudian diakhiri dengan suara pintu yang ditutup keras, yang aku yakini pelakunya adalah ayahku. Sampai tadi pagi pun, aku hanya bisa menemukan sosok istri ayahku yang sedang sarapan dengan santai di meja makan

Bukan, bukan ibuku, ibu kandungku sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu. Dari awal, aku tidak pernah menyukai wanita itu, tidak bahkan sejak pertama kali ayah mengenalkannya padaku setahun yang lalu. Wanita itu terlalu serakah, dan aku tahu, dia menikahi ayahku hanya demi harta. Padahal, apa yang bisa diharapkan dari ayah? Masih banyak pria yang jauh lebih kaya yang mau menampung wanita sepertinya

Ayah terlihat sangat menyayangi wanita itu. Sejak Ibu meninggal, ayah menjadi orang yang tergila-gila dengan pekerjaan. Ayah selalu menyibukkan diri dengan kerjaannya yang menumpuk. Ayah bahkan tidak tahu anaknya ini tumbuh menjadi gadis yang seperti apa sekarang. Tapi, ayah seakan hidup lagi setelah bertemu wanita itu. Ayah menyayangi orang itu, tapi beliau lupa kalau anak tunggalnya ini juga butuh kasih sayang

"Buat kamu"

Lamunanku terhenti saat sebuah suara menyapa telingaku. Aku menatap permen yang disodorkan ke depan wajahku, kemudian mendongak menatap sang pemilik tangan yang kini sedang memberikan senyuman khasnya kepadaku

Keano

Orang gila yang mengganggu kehidupanku selama dua bulan ini. Orang gila yang terus menyapaku setiap pagi, memberikanku kotak makanan, bahkan selalu mengajakku mengobrol hal-hal yang menurutku sangat tidak penting. Harus ku akui, dia orang yang cukup gigih. Aku bahkan sudah benar-benar menyerah untuk mengusir orang ini karena dia selalu saja mempunyai alasan yang sanggup membuatku bungkam

"Gue gak butuh permen- HEH NGAPAIN LO?"

Aku berteriak nyaring saat orang gila ini malah mengambil satu batang rokok yang tersemat diantara jariku kemudian menginjaknya dengan sepatu putihnya. Aku menatapnya marah dengan kedua tangan yang terkepal erat. Mungkin, aku bisa saja akan melayangkan pukulanku padanya sebentar lagi. Aku tidak suka diganggu seperti ini, tidak pada saat semua hal sedang berkecamuk di otakku, tidak pada saat aku rasanya ingin mengutuk semua orang yang aku lihat

Tentang KeanoOù les histoires vivent. Découvrez maintenant