Tentang Pria

2.4K 168 72
                                    

"Sebenarnya saya lelah. Tapi tentu saja saya tidak boleh memperlihatkannya. Itu sangat tidak keren."

"Tentu saya sedih melihat apa yang saya perjuangkan tidak kunjung menghasilkan sesuatu yang signifikan. Bolehkah saya mengeluh? Siapa yang mau mendengar keluhan pria tua seperti saya? Psikiater, tentu. Dan menguras dompet. Tidak, anak perempuanku akan masuk SMA bulan depan."

"Aku tidak dapat mengalahkan mereka lagi. Pukulan itu tadi sangat sakit. Sial. Gusiku berdarah. Jangan menangis. Bajingan, jangan menangis! Mereka akan menghinamu sampai di sisa umurmu!"

"Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya hanya... tidak tahu kenapa saya harus menjadi seorang yang dibenci olehnya. Apa yang harus kulakukan?"

"Tahan. Bertahan sedikit lagi. Jadilah kuat! Kau seorang pria, demi Tuhan!"

"Enak ya, jadi cowok, mau pulang tengah malem, mau pulang pagi, gak ada yang nyinyir. Gitu masih ngeluh aja, sih! Cowok tuh yang kuat, dong!"

"Tidak, tidak, tidak. Jangan pecat saya. Saya harus membayar asuransi dan biaya rumah sakit istri dan anak perempuan saya."

"Pulang lagi, sendiri lagi. Tidak ada yang menginginkan saya. Saya tidak setampan dia yang membawa Ferrari. Apa yang harus saya ubah? Saya sudah berusaha keras. Ya Tuhan."

Syukurlah kita telah menulikan telinga kita dari suara hati manusia lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Syukurlah kita telah menulikan telinga kita dari suara hati manusia lain.

Bisakah kalian percaya bahwa dahulu manusia bisa mendengar apa yang tidak bisa kita dengar sekarang? Melihat apa yang tidak dapat kita lihat sekarang? Mengatakan apa yang tidak sanggup kita katakan sekarang?

Manusia yang mengikuti ke mana angin menuntun dirinya, ia akan mendengar suara-suara hati. Sejak dahulu, nenek moyang orang Indian dapat berkomunikasi dengan para serigala, orang mongolia berburu dengan kuda dan elangnya, para nelayan bernyanyi bersama lautan dan mendengar suara peringatan-peringatan dari mereka yang tak bisa kita dengar sekarang.

Tidak percaya?

Lalu kalian percaya saja jika saya mengatakan seorang raja bernama Sulaiman mendengar para semut yang berbondong-bondong masuk ke tempat persembunyiannya saat ia dan tentaranya akan melintasi rumah mereka.

Terserah saja.

Yang jelas, sekarang kita lebih bisa mendengar suara Justin Bieber dan Via Valen dari pada desisan gerakan lemah udara sebelum badai datang (yang ironisnya bahkan sudah kita pelajari ilmu fisikanya).

Kita tidak lagi bisa bicara dengan angin laut, tidak dengan semut, serigala, atau kuda. Demi hujan yang sedang turun, banyak di antara kita yang tak lagi bicara dengan Ibu kita dalam seminggu ini.

Apa kemampuan itu hilang?

Lalu apa hubungannya dengan monolog-monolog pembuka bab?

Kemampuan itu tidak hilang jika kita tidak berusaha menjadi menyetarai para pria zaman sekarang.

Sastra & ManusiaWhere stories live. Discover now