Revan menghela napas, "Sorry Dik," hanya itu yang mampu dia katakan pada Dika.

Dika geleng-geleng kepala, "Apa semuanya lo lakuin karena Arlita? Kok lo bego banget sih sampe rela ngelakuin ini semua karena Arlita."

Revan mengepalkan tangannya, sebisa mungkin dia berusaha untuk meredam emosinya.

"Lo tahu nggak. Tadi pagi Mama lo nelpon gue sambil nangis dan nyeritain semuanya sama gue. Kenapa  hanya gara-gara cewek lo sampai rela pindah agama, gara-gara cewek lo rela buat Mama lo nangis. Mana Revan yang gue kenal? Yang sayang banget sama Mamanya? Bukannya lo pernah bilang ke gue, kalau Mama lo adalah segalanya bagi lo," Dika mendecih, bahkan dia meludah tepat di depan Revan, "Hanya gara-gara cewek yang bahkan nggak pernah nanggapin perasaan lo dengan serius lo rela nyakitin hati Mama lo yang selama ini selalu ada buat lo. Gue bener-bener kecewa sama lo," setelah mengatakan itu Dika langsung pergi meninggalkan Revan, tidak memberi kesempatan pada Revan untuk menjelaskan semuanya.

Revan kembali menarik napas dalam-dalam, dia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Senyum getir menghiasi wajahnya yang tampan. Orang-orang yang dia sangka akan menerima keputusannya ternyata malah mememilih untuk meninggalkannya.

💦💦💦

Setelah menemui Revan di belakang sekolah kini Dika berniat untuk menemui Arlita. Semuanya bersumber dari Arlita dan tentu dia harus membuat perhitungan pada si sumber masalah.

"Tha!" Dia langsung memanggil Arlita yang ternyata saat itu sedang berdiri di depan mading di temani oleh Nada dan Sri.

"Ada apa Dik?"

"Gue mau ngomong sama lo?"

"Ngomong apa?"

"Nggak disini. Ikut gue!"

Arlita mengangguk, dia mengikuti langkah Dika yang berjalan ke arah aula sekolah.

"Lo berdua nggak usah ngintil!" ujar Dika tegas pada Nada dan Sri yang ternyata ikut mengikutinya.

"Ih lo serem banget sih Dik. Awas yah kalau lo...." Nada langsung menghentikan ucapannya saat Dika memberikan tatapan tajam padanya.

"Dika ngeri banget sih. Mukanya serem. Kasih tahu Revan yuk. Gue takut si Arlita di apa-apain sama si Dika!" ucap Sri.

Nada mengangguk, akhirnya keduanya mencari Revan untuk memberitahu Revan kalau si Dika bersikap aneh.

💦💦💦

"Apa yang mau kamu omongin?" tanya Arlita pada Dika saat mereka telah berada di dalam aula.

"Nggak usah berlagak polos deh Tha. Gue udah muak baget lihat muka polos lo," ucap Dika sinis membuat Arlita menatap Dika dengan pandangan tidak percaya, "Kasih tahu gue. Apa yang lo janjiin ke Revan sampai Revan rela pindah ngikutin keyakinan lo?"

"Aku nggak ngejanjiin apa-apa."

"Bulshit!" Mata Dika menatap Arlita dengan sangat tajam.

Arlita mundur beberapa langkah, jujur dia sekarang merasa takut. Dika yang biasanya selalu terlihat bersahabat kini terlihat begitu menakutkan, namun tentu dia tidak akan lari dari hadapan Dika, dia harus menjelaskan semuanya, "Kamu harus tahu. Aku nggak pernah memaksa seseorang untuk mengikuti keyakinanku. Lakum dinukum waliyadin. Untukmu agamamu dan untukku agamaku," ucap Arlita tegas.

HUJAN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang