Kedua

9K 487 6
                                    

Aku tiba di rumah saat adzan magrib di kumandangkan. Saat seperti ini lah lelah datang menjadi teman setia. Aku langsung menganti pakaian dan meneggelam kan badan di tempat tidur. Sholat magrib? biasanya aku sholat kok saat aku merasa luang untuk melakukan nya, namun saat ini aku merasa sangat lelah.

Seharian tadi aku hanya duduk di depan layar komputer dengan telepon yang berbunyi kiri kanan. Yang aku maksud seharian adalah dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore, aku bahkan lupa makan siang. Tapi syukurlah itu menjadi diet tak terduga, itu lah sebabnya berat badan tetap terjaga saat ini.

Handphone ku kembali berbunyi saat mataku baru akan tertutup. Mungkin teman sekantor. Batin ku! mereka biasa nya menelpon untuk menyakan sesuatu dan itu tentu saja penting. Aku segera meraih hp ku dan menatap  layar nya.

"Nomor baru" aku mengerutkan dahi, lagi-lagi nomor baru. Kenapa hari ini begitu banyak nomor baru yang menelpon dan aku benci mengangkat nya. Tapi biar lah, mungkin penting jadi ku angkat saja

"Halo"

"Sudah sholat magrib?"

Astaga kok aku bisa lupa, kalau itu adalah nomor nya Yusuf. Aku bisa mengenali suara itu sekarang. Tapi bisa-bisa nya aku lupa kalau dia akan menelpon kembali.

"Sudah" Jawab ku berbohong, padahal aku sudah sempat akan tertidur tadi

"Boleh kita lanjutkan pembicaraan yang tadi?" Tanya nya

Aku memutar memutar mata, medesar kasar. Tiba-tiba rasa mengantuk yang tadi meraja hilang begitu saja. Aku belum sempat memikirkan apa-apa tentang ini.

"Yusuf maafkan aku tapi aku tidak mau membicarakan hal ini dengan kamu. alasan nya pertama karena aku tidak percaya ini serius, kedua kamu mengatakan nya lewat telepon itu akan sulit bagi ku untuk menilai kesungguhan mu" Aku blak-blakan kali ini

"ini serius Sa, aku tidak mungkin mengatakan hal sepenting ini dengan main-main. coba lah fikirkan umur kita sekarang sudah pantas untuk menikah, dan aku mencari orang yang tepat. Menurutku kamu adalah orang yang tepat Sa"

Katakan itu sekali lagi maka bisa saja jatuh dari tempat tidur. Gubrak!!! mungkin itu lah kata yang tepat. Aku tidak bisa percaya itu begitu saja. tentu saja.

Perkenalkan sekali lagi. Nama lengkapnya adalah Yusuf Sandy Pratama,kalau tidak salah. Playboy terpopular di kampus kita. Well hanya itu yang aku tau tentang dia.

"Ini tidak mungkin serius, kamu bisa saja memilih gadis manapun yang kamu sukai di luar sana, seperti yang biasa kamu lakukan. Jangan aku, karena aku tidak pernah memikirkan akan menikah dengan mu" Oke mungkin harusnya aku lebih santai, tapi sulit untuk tidak mengatakan nya secara blak-blakan

"Kamu benar, seharusnya aku memilih gadis lain di luar sana. dan aku sudah mencoba nya berulang kali, tapi entah kenapa hati ku selalu menuntun ku kepada kamu Sa. Bahkan saat aku meminta di beri petunjuk dari Allah untuk memantapkan hati dengan gadis lain entah kenapa kamu yang selalu teringat , kamu yang selalu muncul di benak ku"

Itu lebay, sangat lebay. menurutku itu tidak mungkin benar. bagaimana  mungkin Tuhan. Tolong katakan ini tidak benar-benar terjadi. Untuk alasan apa pun.

Aku tidak pernah berfikiran akan menyukai seorang Yusuf Sandi Pratama, seorang yang dulu nya tidak pernah ku anggap sedikitpun. Pacarnya berjejer di belakang, bahkan cewe-cewe bodoh rela di jadikan sebagai selingkuhan. Aku tidak mengerti kenapa mereka mau pada nya yang menurut ku pun dia tidak tampan.

Aku selalu percaya bahwa kelak aku pasti akan mengenali jodoh ku saat muncul di hadapan ku, tapi tentu saja sedikit pun Yusuf tidak pernah terlintas.

"aku tidak bisa membicarakan ini lewat telepon, hubungi aku lagi saat kamu ada di kota ini" Aku tau dia sedang di luar kota sekarang, entah tau dari mana. Tapi aku tau itu. Dan aku benar-benar tidak bisa menganggap pembicaraan ini serius kalau aku tidak menatap matanya langsung saat mengatakan itu

Dear Future Husband (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang