Keano, 1 September 2014

Start from the beginning
                                    

Hah? Apa lagi ini?

Aku penasaran, apa mungkin sebenarnya dia bisa membaca pikiran? Bagaimana dia bisa tahu aku sedang mempertanyakan hal itu, bahkan meskipun sikapku terlihat acuh seperti sekarang? Kepalaku mulai terasa sakit, aku terlalu banyak berpikir hanya karena satu orang ini saja

"Gue gak tau ini lo mau modusin gue pake cara rohani atau gimana, bodo amat lah ya. Tapi gue saranin lo berenti, udah cukup pusing gue gara-gara lo doang"

Aku berseru dengan malas, mencoba untuk menghentikan percakapan ini. Berurusan dengan orang ini seakan penuh kejutan, kejutan yang sayangnya tidak aku sukai. Dan aku sangat malas harus terus berada dalam situasi yang tidak nyaman bagiku

"Saya boleh bertanya? Agama kamu apa?"

Aku menatapnya datar. Kenapa orang ini begitu banyak bicara? Dan kenapa juga ia harus terus mengajukan pertanyaan padaku, bahkan tiga minggu yang lalu pun seperti itu

"Di KTP tertera kristen. Tapi kayaknya gue atheist sih"

Meskipun aku terus menggerutu dalam hatiku, mulutku tetap bergerak menjawab pertanyaan pria ini. Dan itu benar, aku memang merasa sepertinya aku adalah seorang atheist, atau bagian dari mereka yang tidak percaya akan keberadaan Tuhan. Meskipun ada label 'kristen' tertera di kartu tanda penduduk yang aku miliki, aku tidak pernah ke gereja selama ini, aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku menginjakkan kaki dalam -katanya- rumah suci itu

"Kalau saya ajak kamu makan siang sama saya nanti, kamu mau?"

Aku menghela nafas pelan, otakku semakin tidak bisa mencerna perilaku ajaib orang ini. Adakah seorang waras di dunia yang habis bertanya tentang agama malah langsung mengajakmu untuk makan siang bersama? Kepala terasa semakin berat sekarang

"Kalo lo traktir gue makan Sushi Tei di Margo baru gue setuju"

Jangan menyalahkanku, aku hanya berucap asal saja barusan. Jika orang ini masih memiliki sisi waras, aku yakin dia tidak akan mau. Sushi Tei itu mahal, mana mau dia menraktir aku yang masih bisa dikatakan sebagai orang asing untuknya?

"Baiklah"

HAH? Dia...setuju?

Aku menatapnya dengan kedua mata membulat tidak percaya. Aku yakin orang ini pasti sudah tidak waras- oh, tentu saja, dia adalah orang gila yang melamarku tiga minggu yang lalu. Salahku yang masih percaya bahwa dia setidaknya mempunyai sedikit kewarasan dalam dirinya

.
.
.

Guess what?

Di sinilah aku sekarang, duduk berhadapan dengan orang gila ini sambil menunggu makanan kami datang. Dia benar-benar membawaku makan di tempat ini. Kalian berpikir aku akan menolak tawarannya? Mohon maaf tapi kecintaanku pada sushi masih lebih besar daripada egoku. Meskipun nanti, aku harus bisa berhati-hati akan ucapanku pada orang ini

"Kamu sangat suka dengan sushi?"

Tadi, aku memesan cukup banyak, memilih berbagai varian sushi dan salmon, ditambah 1 ramen dan tamagoyaki. Aku sering kalap kalau berada di sini, lagipula orang yang menraktirku juga sama sekali tidak protes dengan pesananku yang begitu banyak. So, why not? Jika bayarannya aku hanya perlu terjebak dengan orang ini untuk beberapa saat, aku rela

"Banget, ini makanan favorit gue"

Aku masih menggunakan nada yang sama setiap berbicara dengannya, acuh tak acuh. Dalam hati aku sebenarnya berharap agar makanan kami cepat datang, agar aku tidak perlu berbicara banyak dengan orang ini

"Saya akan ingat itu"

Aku menatapnya datar, sepertinya berada 2 jam di sampingnya sudah cukup untuk tidak lagi membuatku kaget dengan kata-kata ajaib yang keluar dari mulutnya. Termasuk sekarang. Aku tidak peduli dengan apa yang dia katakan, aku yakin itu hanya omong kosong

"Kayla, kamu tahu kenapa saya ajak kamu makan siang?"

Aku mulai tertarik dengan pembahasan ini. Bohong jika aku katakan aku tidak penasaran. Dia mengiyakan perkataan asalku soal Sushi Tei dan benar-benar mengajakku ke sini. Satu hal yang pasti, ini bukan hanya sekedar isengan belaka

"Saya mau deketin kamu, dan sekarang saya mau minta izin langsung ke kamu"

"HAH? APAAN?"

Teriakan melengkingku terdengar kencang dalam restoran, tapi aku tidak peduli, ada hal yang lebih penting sekarang

Demi semua batang rokok yang sudah kuhabiskan, orang ini sepertinya perlu untuk dibawa ke psikiater, atau apapun itu lah. Apa maksudnya dengan meminta izin untuk mendekatiku? Aku dan dia bahkan baru mengobrol 3 kali. Di kali pertama dia sudah melamarku, obrolan kedua dia tiba-tiba bertanya tentang agama dan bahkan mengajakku makan siang, dan yang terakhir ini dia bilang ingin mendekatiku? Hal konyol apa ini

"Sejak saya kecil, saya selalu berdoa setiap malam, meminta Tuhan untuk hanya mempertemukan saya dengan jodoh saya saja, dan tidak membiarkan saya terjebak dengan yang seharusnya menjadi milik orang lain"

Kepalaku mulai berdenyut sekarang. Seseorang tolong aku

"Saya meminta agar Tuhan memberi saya petunjuk saat saya bertemu dengan belahan jiwa saya nanti. Meskipun saya tidak pernah meminta lebih spesifik, tapi saya yakin Tuhan akan mengingatkan saya saat saya akhirnya bertemu dengan pilihan-Nya"

Denyutan di kepalaku mengencang. Dongeng apalagi yang sedang diceritakan oleh orang gila ini?

"Tiga minggu yang lalu, saya bertemu kamu. Saat saya melihat tampak samping kamu, saya terpana dengan kecantikan yang kamu miliki, itu pertama kalinya saya mengagumi kecantikan seseorang setelah ibu saya. Lalu saya bertanya kepada Tuhan, apakah kamu adalah pilihan itu. Jawaban yang saya dapatkan adalah kaki saya yang seakan dituntun untuk melangkah mendekati kamu. Selama 20 menit berjalan bersama kamu, tidak ada keraguan sedikit pun dalam diri saya"

Aku mulai merasa pusing, denyutan di kepalaku enggan untuk hilang. Astaga, kegilaan apa yang sedang terjadi padaku sekarang? Apa aku membuat terlalu banyak kesalahan sebelumnya?

"Sampai sekarang, hati ini masih tidak bisa diisi oleh keraguan sekecil apapun. Saya mau mencoba percaya dengan hati saya. Kayla, saya, Keano, ingin memperjuangkan kamu"

Hari ini, saat ini juga, aku rasanya ingin menenggelamkan diri atau berlari jauh dari sana. Kemanapun, asal tidak perlu berhadapan dengan orang yang baru saja menyatakan pengakuan panjangnya padaku, orang yang bahkan baru memiliki percakapan sebanyak 3 kali denganku

~-~-~-

4 Maret, 2023
Menteng, Jakarta Selatan

Iya, Keano pada hari itu secara terang-terangan minta izin untuk mendekatiku

Keano itu seperti buku yang terbuka, semua terlihat jelas darinya. Dia sendiri tidak pernah berniat untuk menyembunyikan apapun. Termasuk soal hatinya

Keano, pada tanggal 1 September 2014, dengan penuh kepercayaan diri bercerita tentang perasaannya. Dia percaya bahwa aku adalah yang dipilihkan Tuhan untuknya

Menurut kalian bagaimana tanggapanku padanya saat itu? Aku akan membiarkan kalian bertanya-tanya untuk sekarang

Aku harus mengakhiri cerita hari ini disini. Aku membutuhkan tidur yang cukup, masalah kantor tadi siang sudah sangat menguras tenagaku

Sekian kisahku hari ini, tentang Keano

4 Maret 2023, dari Kayla

- Keano, 1 September 2014 - END -

Tentang KeanoWhere stories live. Discover now