Kept In The Dark

67.6K 1K 114
                                    

Kepalaku kembali terasa berat, aku berasa di ambang kematianku. Nanum aku dapat dengan jelas suara itu terus memanggil manggilku..

     “Ramonaa!!” Suara itu terdengar begitu jauh meski seseorang yang memanggilku tengah memukul-mukul pipiku saat ini.

    “Ramona!! Demi tuhan jangan tutup matamu . Demi tuhan Ramona bertahanlah!!” Orang itu terus memanggil-manggilku. Tapi mataku serasa sangat berat saat ini. Jiawaku seperti hendak keluar dari tubuh lemah ini. Sayup-sayup aku dengar lagi orang itu menjerit histeris agar aku tidak menutup mataku. Aku merasa tubuhku di angkat kesebuah tempat tidur dan di kelilingi oleh orang-orang berseragam putih. Mereka mendorong tempat yang aku tiduri dengan wajah panik.  Aku menoleh ke sisi kiriku, menatap ke sosok yang terus meneriakiku saat aku hendak menutup mataku. Pria tampan itu mengeluarkan kristal bening dari matanya yang indah.

    “Bertahanlah sayang. Kau akan baik-abaik saja” bisiknya pelan,Matanya masih mengeluarkan butiran kristal. Tidak.. tidak.. aku tidak ingin baik-baik saja. Aku tidak ingin hidup aku ingin pergi meninggalkan dunia ini.. aku tidak sanggup lagi untuk bertahan di bumi ini lebih lama. aku tidak mau., aku tidak bisa., Hatiku sangat sakit. Aku ingin bertemu dengan sang pencipta yang telah membentuk hatiku seperti ini. aku ingin menanyakan kepadanya secara langsung kenapa dia tega melakukan ini kepadaku. Kenapa dia begitu tega mengutukku seperti ini.

      “Kau akan baik-baik saja, percaya padaku”

     Tidak Bodoh.. aku tidak ingin baik-baik saja, aku ingin mati. Aku ingin bertemu dengan si brengsek yang telah tega membuat aku begitu mencintai saudara kembarku. Aku ingin menuntut penjelasan atas prasaan ini. Aku ingin bertemu dengannya.

     “Jangan menangis sayang.. Aku ada disini.. kau  akan baik-baik saja” ucap sahabatku kembali menghiburku. Aku ingin menjerit namun tidak memiliki tenaga. Dua gadis tengah sibuk ke tanganku yang telah mengeluarkan banyak darah. Aku ingin protes namun tubuhku terasa sangat lemah. Aku tidak butuh bantuan mereka, aku ingin mati, sedikit lagi jiwaku akan meninggalkan raga ini. Sebentar lagi. Sedikit lagi... Siapapun, atau kau yang berkuasa atas bumi dan langit aku mohon ambil nyawaku. Bawa aku bersamamu. Aku mohon. Aku mohon bawa jiwaku pergi Tuhan.

...

...

                                    ******

Aku membuka mataku, dengan perlahan cahaya menguasai penglihatanku. Aku menutup mataku kembali. Menekan prasaan sakit yang begitu terasa di kepalaku.

       “Apa kau baik-baik saja sayang?” tanya sura yang amat aku kenal dengan baik

       Mommy? Aku membuka mataku kembali untuk melihat wajah ibuku yang cantik. Dia membalas tatapanku dengan sorotan mata begitu lembut. Meski kedua matanya memerah. Berapa lama dia menangisi anaknya yang kurang ajar ini?

       “Mommy” Panggilku lemah.

       “Ya sayang., Mommy disini” ucap ibuku lembut mengusap kepalaku.

       “Mommy aku takut” ucapku serak, meneteskan air mata kembali.

Ibuku berhambur memelukku kuat, tubuhnya bergetar menangis sejadi sejadinya.

       Kau, sang pencipta alam semesta. Kenapa kau tidak bawa jiwaku pergi?!! Hatiku tidak lagi memiliki daya untuk menahan prasaan ini kau tambah dengan ibuku yang menengis seperti ini. Kenapa aku begitu jahat kepadaku Tuhan. Kenapa. .

       Ibuku masih menangis terseduh-seduh menutup wajahnya di bantal samping kepalaku, Aku tidak bermaksud membuat dia menangis seperti ini. Andai aku mati, akan lebih mudah semuanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang