2

2K 243 2
                                    

Pulang sekolah, Adel dan Kanya menyutujui ajakan (Namakamu) untuk bermain ke rumahnya. Karena teman-temannya hari ini tidak ada yang membawa kendaraan, jadi supir (Namakamu) lah yang tadi menjemput mereka di sekolah.

Saat ini mereka sudah berada di kamar (Namakamu). Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing setelah menyelesaikan makan siang mereka.

Kanya duduk di depan meja belajar (Namakamu) sambil melihat-lihat koleksi novel yang (Namakamu) punya, Adel yang sedang memainkan ponselnya di atas kasur, begitu pun juga dengan (Namakamu).

"Eh (Nam), gue mau nanya deh," Adel mengubah posisinya yang tadi tengkurap menjadi duduk dan menghadap ke (Namakamu).

"Tadi pas gue sama Kanya lagi beli makanan kan Iqbaal nyamperin lo, dia ngomong apa aja?"

(Namakamu) melongo. Ia kira Adel ingin bertanya sesuatu yang penting. Mendengar pertanyaan dari Adel, Kanya sontak ikut penasaran lalu duduk di atas kasur bergabung dengan kedua temannya.

"Ih iya. Tadi dia ngomong apa aja pas di kantin sama lo? Ngga yang macem-macem kan?"

"Ngga kok," Jawab (Namakamu). "Lagian kalian kenapa deh, kok tiba-tiba nanyain itu? Kan tadi udah nanya di sekolah."

"Ya gapapa. Cuma mau mastiin aja kalo dia ngga ngomong yang aneh-aneh ke lo."

Adel mengangguk menyutujui. "Iya. Dia kan anaknya agak nyeleneh gitu, kita takut lo di apa-apain sama dia, lo kan baru di sekolah."

(Namakamu) melipat bibirnya. Di dalam lubuk hatinya, ia menyimpan rasa penasaran tentang Iqbaal.

"Hm, guys? emangnya.. Iqbaal tuh bandel banget ya di sekolah?" (Namakamu) bertanya dengan sedikit ragu. Takut-takut temannya salah paham.

Adel dan Kanya menaikan alisnya berbarengan.

"Kenapa nanyanya kaya ragu gitu, (Nam)?"

"Ya engga. Takut disangka kepo aja gitu."

Keduanya kembali mengangguk berbarengan sebelum Adel mewakili untuk menjawab pertanyaan (Namakamu).

"Dia nih ya, kerjaannya tuh jailin orang terus. Kadang-kadang juga suka cari masalah sama anak sekolah lain."

Kanya mengangguk setuju. "Bahkan nih ya, (Nam), guru-guru juga suka dijailin."

Tiba-tiba saja (Namakamu) bergidik ngeri. Ia jadi teringat cerita-cerita dinovel yang sering dibacanya. Tentang cowok nakal yang suka menggangu orang. Terkadang, anak baru seperti dia juga akan menjadi sasaran kejailan cowok nakal tersebut.

Apa nanti (Namakamu) akan merasakan hal yang serupa dengan cerita-cerita novel?

Ya ampun. Pikirin macam apaan sih. Itu kan cuma novel! Gumam (Namakamu) dalam hati.

"Nah, si Aldi tuh sifatnya ngga jauh beda sama Iqbaal. Bedanya, Aldi seneng banget mainin cewek. Sok kegantengan." Tambah Kanya.

"Kalo- Sena?"

Sebenarnya (Namakamu) sudah bisa menebak sih. Kalo dari wajahnya, ya Sena masuk ke dalam cowok yang kalem. Tapi who knows? Kali aja dia lebih nakal dari Iqbaal dan Aldi. Wajah kan tidak bisa menjamin apa pun.

"Kalo Sena baru beda. Dia lebih diem anaknya. Ngga setengil Iqbaal sama Aldi." Jawab Adel.

Oh bener ternyata.

"Terus kalo Iqbaal ribut di sekolah juga pasti dia sih yang kaya nengahin gitu. Berantem juga jarang ikut. Kecuali kalo emang udah genting banget. Tapi, kalo kaya ngerokok-rokok gitu dia masih sering juga kayanya. Ngga beda jauh kalo yang itu." Tambahnya.

Changed EverythingOù les histoires vivent. Découvrez maintenant