1

2.9K 268 3
                                    

Mengerjai seorang guru bukanlah hal yang sulit lagi bagi seorang Iqbaal. Setelah 3 hari di skors, akhirnya kini Iqbaal kembali lagi bersekolah.

Lelaki bertubuh tinggi dan memiliki wajah yang sangat tampan (bagi kaum perempuan terutama), dengan rambut dan seragam yang tidak tertata rapih ini berjalan di koridor dengan santai seolah hari kemarin tidak pernah terjadi sesuatu pada dirinya.

Semua pasang mata yang berada di koridor menatapnya dengan tatapan yang masing-masing berbeda. Tetapi, laki-laki itu sama sekali tidak merasa risih ataupun terganggu dengan tatapan yang diberikan kepadanya.

Begitu sampai di dalam kelas, Iqbaal langsung mendapat sambutan dari teman terdekatnya. Ya, bisa di bilang sahabat lah.

"Woi, gimana nih, bro, 3 hari di rumah? enak?" Tanya Aldi ketika Iqbaal baru mendudukan dirinya di kursi.

"Biasa aja. Yang ada malah di ceramahin mulu sama emak gue." Jawab Iqbaal sekena-nya.

Sena terkekeh. "Makanya, jadi orang jangan bego-bego amat."

"Lo kaya gatau temen lo aja yang ini gimana otaknya, Sen."

Mendengar perkataan Aldi barusan, Iqbaal medengus dan langsung menjitak kepala temannya itu sambil bergumam tidak jelas yang justru ditanggapi dengan kekehan oleh Aldi.

Iqbaal sudah mewanti-wanti saat di rumah. Ia tidak mau terlalu banyak bicara dulu ketika sampai di sekolahnya. Iqbaal hanya ingin bersantai sebelum bel berbunyi. Menikmati pemandangan yang sebenarnya tidak terlalu enak dilihat di dalam kelas sebelum kembali mendengar ocehan tambahan dari wali kelasnya.

Tapi tidak lama setelah itu, seorang perempuan yang wajahnya tampak asing masuk ke dalam kelas bersama kedua temannya dan hal itu berhasil menyita perhatiannya.

"Siapa?" Tanya Iqbaal pada kedua temannya. Ia menunjuk perempuan yang sekarang sudah duduk di kursinya dengan dagu.

"Oh itu. Anak baru, (Namakamu) namanya." Sahut Aldi.

Iqbaal mengangguk. Hal pertama yang ia gumamkan dalam hati setelah beberapa detik memandangi perempuan yang diketahui bernama (Namakamu) itu adalah kata manis.

Entah itu apa, tapi Iqbaal merasa ada daya tarik tersendiri dari perempuan itu yang membuat Iqbaal senang sendiri saat melihatnya. Padahal ia baru melihat (Namakamu) hari ini.

Um, apa ini yang dinamakan dengan love at the first sight?

***

"Eh itu, si Iqbaal udahan masuk." Ucap Kanya saat baru menjatuhkan bokongnya di kursi.

Dikarenakan (Namakamu) tidak tahu dengan orang yang dimaksud Kanya, ia hanya diam mendengarkan sambil menyiapkan buku untuk pelajaran jam pertamanya.

"Kira-kira abis ini hal bodoh apalagi ya, yang bakal dia lakuin," Lanjut Kanya.

Adel hanya menggedikan bahunya tidak peduli. "Udah lah, Kay, mikirin banget kayanya."

"Ih! Bukannya mikirin."

"Mikirin siapa?" (Namakamu) mengangkat alisnya ingin tahu.

"Tuh si Iqbaal. Mantan gebetannya Adel." Jawab Kanya sambil cengengesan.

"Heh! Enak aja." Bantah Adel. "Amit-amit gue punya mantan gebetan yang otaknya miring kaya dia."

"Miringnya tuh kenapa?"

"Ya miring, (Nam). Emangnya lo ngga tau kelakuannya si Iqbaal?"

Adel mendelik kesal. Jelas saja (Namakamu) belum tahu kelakuannya si pembuat onar itu.

"(Namakamu) kan disini baru, Kay. Ya mana dia tau! Makanya, jangan sewot-sewot banget lah sama Iqbaal. Jadi ketularan kan tuh, miringnya."

(Namakamu) hanya bisa terkekeh mendengar celetukan dari kedua temannya. Setelah itu, ia menolehkan kepalanya tepat ke arah tiga anak laki-laki yang dari tadi menjadi bahan pembicaraan Adel dan Kanya. Oh tepatnya, si Iqbaal.

Jelas (Namakamu) penasaran dengan laki-laki bernama Iqbaal.

Saat sedang memperhatikan laki-laki itu, tidak sengaja mata keduanya bertemu. (Namakamu) yang sudah tertangkap sedang memperhatikan Iqbaal pun langsung memutuskan pandangannya dan kembali menoleh ke arah Kanya dan Adel.

***

"Mau makan apa nih?" Tanya Adel saat ketiganya sudah sampai di kantin.

"Gue batagor aja deh." Jawab (Namakamu).

"Yaudah samain deh."

"Oke tunggu bentar ya, biar gue pesen."

Kanya ikut berdiri dari tempatnya duduk, membuat (Namakamu) mengernyitkan alisnya.

Seolah mengerti dengan tatapan (Namakamu), Kanya pun membuka suara. "Gue mau beli snack dulu ya. Lo tunggu sini gapapa kan?"

"Oh. Iya, gapapa."

Sebenarnya, (Namakamu) masih agak takut duduk sendiri di kantin. Pasalnya, ia masih berstatus murid baru di sekolah ini.

Jadi, daripada bengong-bengong tidak jelas, ia memilih menyibukan diri dengan bermain handphone. Membuka aplikasi LINE, Instagram, begitu terus sampai ada seorang laki-laki menghampiri mejanya dan duduk tepat di depannya.

(Namakamu) mendongakkan kepalanya. Ia tidak bisa menahan wajah terkejutnya saat melihat siapa yang duduk di hadapannya sekarang.

Melihat dengan jelas keterkejutan (Namakamu), laki-laki itu justru tersenyum geli.

"Kenapa? Kok kaya kaget gitu?" Tanya Iqbaal.

"Eh? Engga. Ngga kaget. Biasa aja." Jawab (Namakamu) berusaha sesantai mungkin walaupun sepertinya gagal.

Entah apa yang membuat dirinya merasa gugup berhadapan dengan seorang Iqbaal. Rasanya ia ingin sekali segera beranjak pergi menyusul Kanya dan Adel untuk menghindar dari laki-laki ini.

"Lo anak baru kan? Kita sekelas loh."

"Iya tau."

"Gue Iqbaal."

Mendengar Iqbaal mengucapkan namanya, (Namakamu) hanya diam. Tidak tau harus membalas apa.

Sumpah. Kenapa Adel dan Kanya lama banget. Gumamnya dalam hati.

"Kok diem aja? Sariawan?"

(Namakamu) menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ngga- kok."

Iqbaal terkekeh. "Lucu."

"Lucu?"

"Iya. Lo lucu. Polos-polos gimana gitu."

Baru saja ingin menanyakan apa maksud dari ucapan Iqbaal, Kanya dan Adel datang di waktu yang bersamaan membuatnya mengurungkan pertanyaan itu.

"Nih (Nam), sorry ya lama. Antri." Ucap Adel sambil meletakkan batagor dan minuman untuk dirinya, Kanya dan juga (Namakamu).

"Ngapain lo Baal disini?" Tanya Kanya saat menyadari ada Iqbaal juga di mejanya.

"Kenalan sama dia." Jawab Iqbaal dengan santai.

Adel dan Kanya mendengus. "Yee modus aja lo. Udah sana ah." Kata Adel.

"Oke. Daah (Namakamu)."

Setelah Iqbaal pergi, (Namakamu) menghela nafas lega dengan kentara. Benar-benar aneh. Kenapa juga ia gugup?

"Ngomong apa aja tuh anak sama lo?" Tanya Adel sambil mengaduk batagor yang tadi dibeli.

"Ngga ngomong apa-apa."





***

selamat membaca kembali <3

Changed EverythingWhere stories live. Discover now