1 - Debaran pertama

181 13 2
                                    

Karena aku yakin,sesuatu yang dilakukan dengan ikhlas. Pasti akan terasa lebih ringan

~~~🌸~~~

Harum aroma masakan sangat menyengat di hidungku. Huh,siapa lagi kalau bukan ummi yang membuat masakan sepagi ini. Kata ummi,ini sudah menjadi rutinitas dia setiap pagi dan sembari mengisi waktu luangnya menunggu adzan subuh. Ya,aku sangat bersyukur karena Allah telah menghadirkanku sosok yang lembut dan peduli seperti ummi. Bagiku,beliau adalah sosok penerang dikala segala macam masalah sedang menghantuiku.

Tidak ingin berlama-lama di selimut tebal dan nyaman ini,aku segera beranjak menyusuri dapur.

"Assalamu'alaikum ummi" sapa ku sambil memeluk pinggang belakang ummi

"Wa'alaikumussalam tuan puterinya ummi"
Jawabnya lembut

"Ummiku butuh bantuan?"

"Gak usah sayang,mending kamu mandi sana,bau tau" ejek ummi.

"Ish ummi,aila baru setengah sadar tau. Tapi yaudah deh aila mandi. Bye mi" tingkah labil anaknya itu mulai muncul

"Iya iya sana" kata ummi

"Eh bentar,bang fauzan kemana mi?abi juga,hm..."tanyaku hati-hati

"Fauzan Masih tidur. Abi sudah berangkat kerja,tadi dia buru-buru,mungkin ada meeting"

Ya,selalu saja abi seperti ini. Apa pekerjaannya lebih berharga dibandingkan aku,sebagai anaknya?

Oh tidak! Almeera,kamu tidak boleh seperti ini. Berfikir positiflah,mungkin saja abi seperti ini untuk kamu dan keluarga.

"Oh hm,oke" jawabku singkat

Ummi hanya memandangku dengan tatapan heran,entahlah sulit ditebak.Tidak ingin membuat ummi curiga,Aku segera menetralkan mimik wajahku.

"Dah ya mi,aila mandi"Perempuan itu langsung melesat ke kamar mandi.

***

Selesai mandi aku bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Karena,hari ini jadwal kuliahku one day full bersama bapak dosen yang menyebalkan. Huft,Lelah memang. Tapi aku harus ikhlas. Sebab,aku yakin,Sesuatu yang dilakukan dengan ikhlas,pasti akan terasa lebih ringan.

"Bang fauzaaan,abang dimana"teriak perempuan itu

"Abang di halaman belakang la" jawab fauzan.

Perempuan itu segera menuju sumber suara,

"Mau sekarang ke kampusnya?" sambut fauzan ketika aku datang

"Hehe iya bang,abang gak kerja?"

"Siang ah,abang males" keluhnya

"Cih,abang gak boleh males!" protesku

"Nggak,abang lagi capek aja aila sayang" jawabnya tenang,sembari mengusap-usap rambut adik perempuan nya itu.

"Yaudah kita berangkat sekarang ya"kata ku

"Ayo"

****

Suasana di mobil tiba-tiba hening. Aku dan Azril Fauzan Rashya-kakakku,memang tidak terlalu dekat. Karena,dulu dia tinggal bersama abi,dan aku bersama ummi. Perihal mengapa abi dan ummi tidak satu rumah,entahlah. Sampai saat ini aku tidak tahu jelas awal permasalahannya. Keluargaku seperti penuh misteri. Dulu,sewaktu aku bertanya pada ummi tentang abi,ia selalu menjawab "abi bekerja di luar kota. Karena pulangnya terlalu larut malam,jadi dia harus pindah rumah di dekat perusahaannya dan bang fauzan-lah yang abi bawa" Seperti itu jawabannya tiap kali ku tanya

"Mikirin apa sih la" tegur fauzan

"Huh?nggak mikirin apa-apa bang" lamunanku buyar

"Udah sampai ini"

"Oh iya,yasudah aila turun ya. Assalamu'alaikum" kataku seraya mencium tangannya

"Wa'alaikumussalam,hati-hati. Pulang abang gak jemput,soalnya abang ada meeting" jawabnya dengan nada memelas

"Iya bang,gak apa kok"

Mobil itu melaju dengan cepat. Jarak dari parkiran menuju kampus lumayan jauh,apalagi menuju ruang kelasku. Butuh waktu kira-kira 15 menit.
Perempuan itu menoleh kanan dan kiri mencari kendaraan,namun tidak ada satupun yang terlihat.

Duh ini gimana kalo telat,batinku.

Setelah sekian lama aku menunggu,dan akhirnya ada becak yang hadir di jalanan sepi ini.


***

Kampus ini sudah sepi,hanya suara-suara dosen yang sedang menjelaskan lah yang terdengar.Jangan-jangan aku telat?ah,padahal ini masih terlalu pagi.
Perempuan itu mengambil handphone di tas kecilnya,dia terkejut karena ada 35 missed calls yang muncul di lock screen-nya.

Perempuan itu meng-klik panggilan tak terjawab itu,dan menghubunginya kembali

"Halo,assalamu'alaikum"

"WA'ALAIKUMUSSALAM,EH LA LO DIMANA SIH,LIAT DONG INI UDAH JAM BERAPA,ADUH LA,PAK KUMIS KRIBO BENTAR LAGI ADA DI PINTU NIH..." cercah temannya itu

"Tap.." belum selesai aku bicara,temannya itu sudah memotong kalimatnya

"NAH KAN LA,ADUH UDAH DATENG NIH LA,DAH YA LA,ASSALAMU'ALAIKUM."

"Eh bent.."

Tut tut tut

Oke. Ini gak lucu. Masa akhiri panggilannya cuma sepihak.

Aku menarik nafas sedalam mungkin,karena berlari melewati 4 tangga yang berlikuk-likuk sangat membutuhkan energi yang ekstra.

Bismillah,Allahuakbar!,batin perempuan itu menyemangati dirinya sendiri.

Tapi,

Dag! Bruk!

Buku perpustakan yang dipegang Almeera jatuh,dan kedua tangannya dengan cepat memegang pundak seorang pria. tidak! Jantungnya berdebar kencang, Saat
tanpa sengaja mata almeera dan pria itu jatuh di dalam satu titik,

saling bertatapan dan,
Tidak berkedip.

Dua insan itu tersadar kembali,dan segera menetralkan mimik wajahnya masing-masing.

"Allah-huakbar,maaf saya gak sengaja mas" ucap almeera sembari memungut buku nya yang tadi berjatuhan

Namun pria itu,seperti tidak punya salah. Dia malah memperhatikan almeera dari atas sampai ke bawah

"Mas?" tanya almeera

"Mas ada apa?,ada yang sakit?" tanya almeera lagi

"Ah,astaghfirullah,afwan saya gak sengaja tadi" ucapnya seraya mengusap wajah

"Iya gak apa,maaf lagi ya mas,saya lagi buru-buru,saya pamit duluan. Assalamu'alaikum"

Pria itu hanya mengangguk.

"Wa 'alaikumussalam..."batin pria itu

"Almeera Saila Rashya,ternyata kamu sudah berubah."lanjutnya

            ~~~🌸~~~

Yey,alhamdulillaah aku masih di beri kesempatan sama Allah buat lanjutin cerita ini. Especially ,terimakasih untuk yang pada bilang "ka Aul,ceritanya gak lanjut lanjut si. Lanjut napa".
Aaah aku seneng banget. Annnndd,maafkan jika ceritanya kurang jelas hehe,

selamat membaca❤.

Salam,aya

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 24, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pangeran KahfiWhere stories live. Discover now