5. Something That Make Her Smile

Start from the beginning
                                    

Memang Daniel sudah terbiasa melakukan semuanya sendiri untuk mengurus kuliah, kerja, atau kehidupannya sehari-hari. Tapi wajar kan jika Jovita sesekali ingin membantu agar meringankan beban suaminya kelak?

"Jo?" Tanpa Jovita sadari, Daniel sudah memanggil Jovita daritadi namun tidak mendapat sambutan. Sehingga sekarang Daniel berdiri didepannya sambil menjenttikan jari agar Jovita terbangun dari lamunannya.

"Ya?" Jentikkan jari Daniel berhasil membangunkan lamunan Jovita, namun Jovita masih bingung kira-kira apa alasan Daniel memanggilnya.

"Sarapan dulu. Kamu kenapa bengong gitu sih?" Kali ini Daniel menggengam tangan Jovita dan mengajaknya untuk ke ruang makan.

Jovita menatap Daniel sekilas lalu ia menundukkan wajahnya. Rasanya ia ingin mengutarakan apa yang baru saja melintas dipikirannya mengenai peran istri kepada suami, tapi ia masih enggan, jadi ia memilih untuk diam.

"Mas, tadi kamu kerja?" Jovita mengganti topik pembicaraan. Untuk kali ini, Jovita ingat kalau ia harus mulai belajar memanggil Daniel dengan sebutan 'mas' lagi.

"Bukan, itu lagi ngerjain tugas kuliah buat presentasi besok. Bentar lagi selesai kok, jadi abis itu kita bisa jalan."

"Mau jalan kemana?" Perasaan Jovita, kemarin Daniel tidak bilang kalau hari ini mereka akan jalan-jalan.

"Terserah kamu aja. Emang kamu betah seharian di rumah?" Daniel berbicara sambil mengedikkan bahunya, karena ia sendiri juga tidak tahu tujuan mereka nanti. Ia menyerahkan semua itu kepada Jovita.

"Nggak sih, tapi aku juga bingung mau kemana. Tempat hiburan di Jakarta kan cuman mall." Jovita mengakhiri ucapannya dengan tawa renyah.

"Bener banget! Jadi mau ke mall mana? Mau nonton? Atau mau shopping? Cewek kan paling hobi belanja."

Tanpa terasa, kedua ujung bibir Jovita kembali terangkat ketika melihat Daniel. Ia takjub dengan sikap Daniel yang terlihat dewasa, tapi ternyata masih suka berbicara dengan mulut yang dipenuhi makanan, terlihat seperti anak kecil.

"Hei!" Daniel kembali menjentikkan jemarinya karena Jovita hanya senyum-senyum tanpa menjawab pertanyaannya barusan. "Ditanya kok malah senyam-senyum nggak jelas?"

"Hehe, lucu ngeliat kamu ngomong masih penuh makanan kayak gitu di mulut."

"Like this?" Daniel justru kembali memasukkan sesendok nasi bersama lauk-pauknya ke dalam mulut dan kembali berbicara.

Jovita tersenyum sambil mengangguk-angguk, ia merasa seperti melihat sisi Daniel yang lain, sisi anak kecilnya yang baru pertama kali ia lihat.

Daniel juga tersenyum karena ia senang bisa membuat Jovita tersenyum, "Jadi gimana? Hari ini mau kemana?" Daniel sadar kalau Jovita belum menjawab pertanyaan sebelumnya yang ia lontarkan.

"Emm, nggak usah kemana-mana deh. Tapi aku mau nyobain mainan kamu di atas itu." Ucap Jovita sambil menunjuk-nunjuk ke arah atas.

Daniel mengacungkan jempol tanda setuju. Mereka pun melanjutkan sarapan mereka. Setelah itu mereka kembali kepada kegiatan masing-masing, Daniel menyelesaikan tugas presentasinya, Jovita membereskan kamar tidurnya yang berantakan dan dilanjutkan dengan mandi.

Setelah Jovita selesai mandi, Jovita kembali turun ke bawah untuk menghampiri Daniel tapi ternyata Daniel sudah tidak berada di ruang TV. Jovita pun ke dapur untuk menanyakan keberadaan Daniel kepada Nah. "Bi, Dan—mas Daniel kemana ya?" Jovita menjitak kepalanya sendiri karena masih sering lupa untuk memanggil Daniel dengan sebutan 'mas'.

"Oh, ada di kamar ujung situ non. Den Daniel kalau belajar atau kerja memang selalu di ruangan itu. Makanya tadi bibi bingung kenapa den Daniel ngerjain di ruangan TV." Nah kemudian menunjuk ruangan yang dibicarakannya.

Pandangan Jovita mengikuti arah tangan Nah. Ia baru tahu kalau Daniel tidak menggunakan kamar tidurnya untuk mengerjakan urusan kuliah ataupun pekerjaan. Jovita hanya mengangguk tanda mengerti, ia tidak berniat untuk mengganggu Daniel mengerjakan tugasnya, "Bi, mas Daniel waktu itu pernah bilang ke aku kalau dia suka banget sama bubur sumsum, itu susah nggak bi bikinnya?" Jadi saat Daniel meminta profil Jovita, ia pun balik bertanya mengenai profil Daniel, disitulah Daniel memberi tahu kalau ia suka bubur sumsum.

"Ya ampun non, itu mah gampang banget buatnya. Mau bibi ajarin?" Nah jadi heboh sendiri menjawab pertanyaan Jovita.

Jovita menjawabnya dengan anggukan antusias. Bagaimanapun, ia perlu belajar memasak untuk calon suaminya kelak. Walaupun tadi pagi Daniel sempat bilang kalau Jovita tidak perlu repot-repot memasak untuknya, tapi Jovita tetap ingin belajar sedikit demi sedikit.

"Nih non, bahannya cuman ini aja." Setelah Nah mengeluarkan satu persatu bahan untuk membuat bubur sumsum, ia pun menunjukkan bahan tersebut kepada Jovita.

"Kok dikit banget bi? Cuman tepung beras, santan sama garam aja?" Jovita mengambil sekantong tepung beras karena merasa asing dengan bahan tersebut.

"Iya, bibi nggak bohong kan kalau bibi bilang gampang? Jadi nanti campur 150 gram tepung, satu liter santan, sama satu sendok teh garam, terus diaduk deh di atas api kecil."

Jovita mulai memasukkan bahan sesuai perintah Nah dan mengaduknya di atas kompor.

"Ih beneran jadi bubur bi!" Jovita takjub sendiri melihat isi panci yang sudah menjadi bubur.

Nah tertawa melihat reaksi Jovita. "Ih si non kayak ngeliat apaan gitu sampai takjub gitu." Ledek Nah yang kemudian mematikan kompor.

Jovita hanya tersenyum sambil menjulurkan lidahnya karena malu.

"Sekarang kita buat kuahnya non. Tinggal cairin 250 gram gula merah sama tambah air sedikit, terus pake daun pandan biar wangi."

Jovita kembali mempraktikkan apa yang diucapkan Nah. "Ternyata masak gampang ya bi!" Jovita tidak menyangka kalau membuat bubur sumsum semudah itu.

"Emang non! Siapa yang bilang susah? Kapan-kapan bibi ajarin resep makanan favorit den Daniel yang lain ya non."

Bagi Nah memasak memang bukanlah hal yang sulit, tapi tentu saja Jovita belum tentu bisa memasak dengan lihai. Sekarang ia boleh bangga karena hanya berhasil memasak bubur sumsum yang tingkat kesulitannya tidak seberapa.

...

"Nah, sekarang non bawa deh semangkuk buburnya ke dalem. Den Daniel paling suka makan buburnya dalam keadaan hangat." Nah menyodorkan nampan yang sudah berisi bubur sumsum yang tentu saja sudah dimasukkan kuah gula merah.

Nah mengikuti Jovita untuk membukakan pintu.

"Makasih ya bi." Ucap Jovita dengan volume rendah.

"Aku ganggu ya?" Jovita sebenarnya tidak enak karena asal masuk ke ruangan tanpa mengetuk terlebih dahulu sehingga Daniel juga mengeluarkan ekspresi cukup terkejut.

"Nggak kok, tapi lain kali ketuk pintu dulu ya." Daniel memberi tahu Jovita dengan hati-hati karena tidak ingin Jovita tersinggung. Ia hanya ingin Jovita tahu kalau Daniel kurang suka dengan orang yang seenaknya masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Jovita jadi merasa tambah tidak enak, "Maaf..." Ia masih berdiri di tempatnya dengan membawa nampan.

"It's okay. Kamu kan emang belum tahu makanya aku kasih tahu. Kamu juga gitu ya, kalau ada sesuatu yang kamu nggak suka, kamu harus bilang ke aku biar aku tahu." Daniel menghampiri Jovita dan mengambil nampan yang dipegang Jovita. "Waw bubur sumsum! Bi Nah tau banget kalau aku lagi ngidam ini!" Ucap Daniel antusias ketika melihat isi mangkuk yang dibawakan Jovita.

"Itu aku yang buat." Jovita mengambil duduk di sebelah Daniel yang kini juga telah duduk di sofa panjang.

Daniel langsung memberikan tatapan tidak percaya, "Serius kamu yang buat!?" Tanyanya lagi untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

Jovita mengangguk mantap, "Tadi diajarin sama bi Nah."

Tanpa menunggu dipersilahkan, Daniel langsung menyuapkan sesendok makan bubur tersebut. Ia memberikan jempol kepada Jovita karena rasanya enak.

"Kamu nggak makan juga?" Daniel bertanya karena Jovita hanya membawa satu buah mangkuk.

Jovita menggeleng, melihat Daniel makan dengan lahap sudah cukup baginya. Entahlah, Jovita suka ketika melihat Daniel makan dengan nikmatnya seperti anak kecil.
.
.
.
.
.
Hehe ternyata bisa update :)

When Worst Become BestWhere stories live. Discover now