chapter [1]

Mulai dari awal
                                    

"Omong kosong." Jungkook berdecih

Tawa di balik telfon menggema. Jungkook merotasi kan matanya kesal. Setelah panggilan itu terputus dia kembali bersandar pada kursi dengan wajah keruh. Dia bahkan baru mulai untuk tidur dan semuanya gagal. Mengusap wajah lalu bangkit masuk kedalam ruangan.

Sunyi menyapa Jungkook. Dia mendekati rajang, tempat dimana satu sosok gadis muda tergolek di sana.

"Somi, aku tidak jadi menemanimu malam ini." Adunya. Dia kemudian beralih menatap jendela besar yang menampakan gelap malam suasana luar. "Bos brengsek itu memaksaku bekerja. Jadi aku harus pergi."

Jungkook mengusak rambut panjang gadis itu lalu melangkah pergi. Saat sampai di pelataran rumah sakit seseorang telah menunggunya.

"Bagaimana cutimu?"

Jungkook melirik tajam, "Sungwoo Hyung, aku tidak ingin berkelahi, jadi tolong diam."

Sungwoo tertawa keras. Dia menurut untuk tidak melanjutkan. Lelaki itu paham Jungkook memiliki sisi yang begitu sensitif jika di usik dan marahnya juga bukan main-main walau hanya sebatas diam atau menatap, tapi sungguh itu menakutkan. Usianya dan Jungkook terpaut 5 tahun, dia ingat malam itu, saat pertama kali melihat  wajah polos dengan mata besar yang redup. Menengok kanan-kiri kebingungan dan Sungwoo lah yang pertama kali menghampiri. Pikirnya kenapa ada bocah di dalam Club? Bagaimana bisa dia lolos masuk? Saat itu dia mengira Jungkook masih berusia sangat muda, sekitar 16 atau 17 tahunan, tapi begitu suaranya keluar Sungwoo agak terkejut karena suara Jungkook begitu matang.

Jungkook mencari Daniel, bosnya. Dan tidak begitu lama setelah itu setiap malam dia menyaksikan Jungkook beraksi di atas panggung kecil meliuk-liuk dengan sorakan penonton yang begitu hebat. Daniel pernah berkata, jika Jungkook akan benar-benar menguasai Club dengan wajah dan bakat tariannya. Dan itu benar, nama Jeykey lantas melengenda sebagai penghibur nomer satu di sana

"

Apa Club benar-benar ramai?" Tanya Jungkook sembari sedikit peregangan karena lehernya terasa kaku.

Mata Sungwoo masih terfokus pada jalanan tapi tetap mengangguk, "Ini akhir pekan. Banyak pengunjung dari luar kota. Aku dengar Daniel Hyung memiliki tamu dari Seoul."

Pemuda itu menghela napas sembari memejamkan mata. Hari ini dia benar-benar tidak mood untuk tampil di hadapan banyak orang. Melihat Jungkook yang lesu membuat Sungwoo terkekeh. Lelaki itu mengusak kepala Jungkook untuk memberikan semangat. Lalu setelahnya hening mengisi sampai mereka sampai di Club.

Jungkook bahkan tidak mau membuang waktu untuk sekedar mengintip lantai dansa. Dia langsung bergegas menuju ruang ganti. Membuka loker untuk menaruh barang-barangnya kemudian langsung berganti baju dengan baju manggungnya. Kali ini dengan celana longgar yang begitu transparan di padu dengan kemeja yang juga transparan dengan 2 kancing atas yang sengaja dia buka. Setahun bekerja di sini membuat Jungkook akrab dengan baju-baju yang Daniel siapkan. Dia menganggap baju-baju itu seperti kawan yang terpaksa harus dia terima. Dulu saat pertama kali memutuskan untuk bekerja pada Daniel, dia bahkan menangis saat akan naik ke panggung, juga menangis saat turun dari panggung karena merasa begitu kotor dan jijik pada dirinya sendiri. Namun kini dia bahkan seperti telah menjadi profesional yang menggadaikan martabatnya di atas panggung kecil dengan teriakan-teriakan bahkan tak jarang jamahan jemari bergairah padanya. Jungkook tak lagi menangisi bagaimana tubuhnya harus di bungkus dengan baju-baju seksi, toh pada akhirnya di panggung dia bahkan akan beraksi menanggalkan helai demi helai bajunya.

Betelgeuse |BTS [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang