Terasa Jauh

31 1 0
                                    

Pagi ini aku sedang duduk di lantai 25 menara salah satu bank swasta di Jakarta. Dengan cuaca yang cerah , dari ketinggian ini aku cukup berkesempatan untuk melihat bangunan-bangunan kota Jakarta. Megah, tinggi, tentu saja padat. Hahaha. Hari ini aku mengenakan jilbab putih tulang kotak-kotak kecil coklat, baju putih polos, rok coklat muda, sepatu mocca, polesan foundation tipis, alis coklat tipis, lipstick baru warna nude. Aku sangat nyaman dengan padu padan warna ini dan itu seperti memancarkan aura. "teduh sekali kamu pagi ini" ucap mas Ivan teman kerjaku.

Sebut saja aku Ayu, aku sudah lumayan lama berjelajah kota Jakarta. Semua itu berawal saat aku bercita-cita melanjutkan kuliah dan bekerja. Jakarta menjadi kota pilihan, karena mas dan keluarga juga ada disini (sebutan untuk kakak laki-laki di daerah Jawa).

"kamu jadi ikut ke Jakarta?" tanya mas Tri

"nanti aku pikir dulu, aku masih bingung bagaimana aku memulainya, jika aku sudah siap aku akan kesana" jawabku

"ya sudah terserah kamu saja, pikirkan saja dulu baik-baik. Kapanpun mau kesana kabari saja" sahutnya

Masku pulang ke Jakarta. Aku tidak tahu perasaan apa yang pasti aku sedih saat dia pulang.

Agustus 2012 aku mantap meninggalkan rumah. Tekad mengejar cita-cita meneguh kaki melangkah padahal sesungguhnya aku belum pernah singgah dan bisa di bilang belum tahu arah. Memulai sebuah kehidupan baru, dan berpetualang. Pekerjaan, teman, pendidikan tentunya pengalaman, adalah sesuatu yang berharga yang aku temukan.

Apa yang terjadi dalam hidup pada akhirnya yang menjadikan hidup itu berwarna. Memang tidak selalu menyenangkan, tidak selalu seperti yang kita rencanakan dan harapkan. Namun, jika usaha sudah ditempuh doa tak pernah surut yakini saja bahwa apapun itu adalah yang terbaik. Singkat cerita akhir tahun 2017 aku merancang pembaruan. Menurutku memang sudah saatnya.

Seperti biasa aku melandasinya dengan alasan, aku juga merencanakan langkah yang harus aku tempuh. Perlu diketahui aku tidak akan menulis apapun jika aku sedang tidak mood. Saat aku mood aku bukan sekedar menuliskannya aku, bahkan memikirkan alternatif jika aku menemui kegagalan. Aku sadar langitku tidak selalu cerah, namun aku juga pantang menyerah, jika aku berhenti sejenak itu berarti aku lelah.

Aku senang mencoba hal-hal baru, tidak heran jika banyak cerita di perjalananku, karir salah satunya. Aku memulai bekerja itu saat aku putus sekolah. Aku menjadi pengasuh anak di Blora. Lalu menjadi karyawan toko di Solo saat lulus SMA. Menjadi teller koperasi, menjajal akunting, mengajar bimbel, menjadi karyawan toko obat, beralih ke purchasing property, ngerjain skripsi teman, displayer perabot, berjualan online. Sama sekali tidak nyambung. Sebenarnya simpel prinsipku dalam bekerja sepanjang aku mau dan bisa mengerjakan maka akan aku kerjakan. Tapi jika salah satunya tidak ku dapatkan maka akan aku tinggalkan. Bahkan sering kali aku keluar memaksa, sampai tidak memiliki pekerjaan.

Sampailah di hari aku wisudaku, sore itu aku pulang dengan naik mobil online bersama 2 teman kos ku, Ani dan Oot. Mereka berdua duduk dibelakang sebagai pendengar obrolan panjang diantara kemacetan. Iya driver kami terlihat cerdas dan senang berbicara, menjadi pengemudi juga hanya sekedar mengisi waktu luang saja katanya. Ada kalimat nasihat yang masih aku ingat.

"Mba, kuliah aja atau sudah kerja?" tanyanya

"Iya saat ini saya lagi magang helpdesk, mas" jawabku

"Dimana mba?" lanjutnya

"Di bank swasta" sahutku

"Emang kuliahnya apa?

"Pendidikan mas, gak nyambung ya? Saya sering gitu kok mas, sering ganti-ganti kerja juga"

"Wahh mba nanti kalau sudah nikah jangan ya mba"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 26, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

JEDAWhere stories live. Discover now