Aku Tidak Punya Keinginan Untuk Bunuh Diri, Aku Hanya Ingin Mengujinya

57 1 0
                                    

Aku tidak dapat mengingat kapan pertama kali dia muncul. Aku ingat saat aku masih kecil, berteriak sambil berlari ke arah tempat tidur orangtuaku. Aku ingat aku berteriak tentang adanya seorang gadis di bawah tempat tidurku. Seorang gadis yang mirip sekali denganku. Ibuku hanya mengusap-usap kepalaku, dan berkata bahwa itu hanya khayalanku, dan menyuruhku kembali tidur. Aku mencoba tidur. Tapi aku bisa mendengarnya. Saat aku berbalik, dia juga ikut berbalik. Dia tidak pernah berhenti. Saat aku terbangun di pagi hari, dia juga ikut terbangun. Aku berangkat sekolah, dia juga ikut. Masalahnya adalah, walaupun dia sama persis denganku, tidak ada seorangpun yang bisa melihatnya kecuali diriku. Dia bukan hantu.. atau sejenisnya. Tidak ada yang bisa melihatnya, namun dia sama seperti manusia.

Dia seperti peniru. Segala sesuatu yang aku lakukan, PASTI dia lakukan juga. Aku menjadi rentan terhadapnya, suara lembutnya yang sama persis denganku, kelakuannya yang walaupun berada di tempat yang berbeda, dia tetap melakukan sama persis apa yang aku lakukan.

Saat aku masih kecil, semua kawan-kawanku memiliki teman khayalan yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Namun saat kami semua beranjak remaja, teman khayalan mereka menghilang, sedangkan milikku ini tidak menghilang. Aku memanggilnya Si Bayangan.

Saat aku berumur 12 tahun, aku ingin menguji seberapa jauh dia mau menirukan aku. Aku mencuri silet milik Ayah lalu mengiris urat nadiku. Aku tahu aku tidak seharusnya tidak melakukan itu, tapi aku ingin melihat seberapa jauh Si Bayangan mau mengikutiku. Aku mengiris urat nadiku, awalnya hanya melukai permaukaan kulitku saja, namun akhirnya aku iris lebih dalam. Tetap saja, Si Bayangan menirukanku.

Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, tiba-tiba aku terbangun di genangan darah, Ayahku memanggil Ambulans. Beberapa bulan berikutnya segalanya menjadi kabur, sementara orangtuaku berkonsultasi dengan psikolog dan dokter spesialis, mereka berpikiran bahwa aku memiliki 'kecendrungan untuk melukai diri sendiri' dan 'depresi', tapi bukan itu masalahnya, aku hanya ingin melihat seberapa jauh Si Bayangan mau menirukanku.

Aku mulai menguji Si Bayangan lebih jauh lagi, aku mengiris lebih dalam lagi. Di area yang berbeda dan lebih sering lagi. Si Bayangan tetap menirukanku. Aku mengambil gunting dan memotong seluruh rambutku. Si Bayangan melakukannya juga.

Dan sekarang di sinilah aku. Berdiri di atas sebuah kursi, tambang mengikat sedikit kendur di leherku. Namun sesaat lagi tambang itu tidak akan kendur. Aku memandangi Si Bayangan, berdiri di atas kursi yang sama persis denganku, dan di lehernya terikat tambang yang sama persis denganku juga, dengan pakaian yang sama persis dan ekspresi yang sama. Aku hanya ingin melihat seberapa jauh Si Bayangan akan berusaha menirukanku. Lagipula, orangtuaku ingin membawaku pergi besok, mereka berkata aku sudah sakit jiwa, punya keinginan untuk bunuh diri, hal-hal seperti itu. Mereka sungguh bodoh. Aku tidak punya keinginan untuk bunuh diri.

Aku hanya ingin melihat seberapa jauh Si Bayangan mau menirukanku.

Aku menedang kursi di kakiku.

Tambang langsung mengencang.

Aku melihat Si Bayangan melepas tali dari lehernya dan turun dari kursi.

Dan dia tersenyum kepadaku.

SEBUAH CERITA UNTUK MENAKUT-NAKUTI ANAKKUWhere stories live. Discover now