prolog

59.8K 743 61
                                    

"Andai saja hidup punya tombol untuk memutar ulang semuanya kembali "

Kurasa semua orang pernah menginginkan itu paling tidak sekali dalam hidup mereka .

Dan salah satunya adalah betapa aku tak menginginkan dunia ku saat ini . Mungkin bila aku kembali pada masa dimana aku masih mempunyai pilihan untuk menentukan kehidupan ku tak banyak pilihan hidup yang lebih indah dari pada sekarang .
Tapi setidaknya aku takan menjalani hidup yang seperti iblis di dunia ini .

Namaku Jenar , entah siapa yang memberiku nama itu sedikit ku ingat nama asliku bukan itu tapi aku pun lupa karena semenjak balita beberapa orang memanggilku dengan sebutan Jenar si merah. Hal itu dikarenakan sifat ku yang tak bisa menahan amarah ku aku bisa mendadak gila seperti kerasukan bila aku marah dan rasa didadaku seperti ingin meledak bila tak ku lampiaskan kemarahan itu.

Sejak kecil aku tinggal di panti asuhan  dan  entah sejak usia berapa tahun aku tinggal disana saat mataku bisa mengenali dunia aku sudah berada ditempat itu .
Aku tak menyukai tempat tinggal ku itu setidaknya teman temanku disana aku tak menyukainya atau lebih tepatnya mereka yang membenciku karena aku pemarah .
Dan selalu tak mau mengalah ketika memperebutkan sesuatu.

Hanya satu orang yang mau berteman dengan ku. Cheris namanya lebih muda dari ku dia seperti adiku . Bukanya mau berteman denganku mungkin tapi teman teman yang lain juga mengucilkanya bahkan selalu mengerjainya dan aku selalu berada didepanya ketika itu hal terjadi.

Mereka mulai mengucilkanku tak ada satu pun yang ingin bermain dengan ku .
Aku mulai terbiasa dengan kesendirian kesepian dan ketidak pedulian.
Hanya cheris yang kadang bisa membuatku tersenyum dan itu kecut dia orang yang hangat tapi terkadang garing .
Bawel sampai kadang aku ingin menutup mulutnya dengan kaos kakinya yang sudah lama tak ia cuci .

Diusia ku menginjak sekolah dasar ada seseorang yang ingin mengadopsiku. Seorang pria paruh baya dengan jas dan mobil hitam yang berkilau tersenyum dengan hangat padaku meski rautku tak sopan didepanya .
Dia ingin membawaku meski awalnya menolak tapi wajahnya yang hangat sedikit meluluhkanku.
Not bad aku memiliki keluarga toh ini lebih baik aku tak perlu bertemu teman teman menjengkelkan di panti itu.
Ku iyakan ajakan paman itu dengan syarat dia membawa cheris bersamaku .
Dengan senyum semakin lebar dia menyanggupinya .

Dan cheris menunjukan wajah yang lebih ceria dari padaku. Kutahu rumah dengan kehangatan keluarga yang ia bayangkan dalam otaknya .
Setidak nya dia sering membicarakan itu padaku sebelum tidur . hingga aku muak.
Aku pun mulai berkhayal ada perubahan dalam hidup ku nanti . Meski orang yang membawaku adalah orang asing yang aku sendiri tidak tahu sifat dan latar belakangnya .

Hingga waktu berjalan menjadikan diriku yang sekarang ini.
Entah sebutan apa yang pantas untuk manusia seperti aku ini .

Brasco badaskara laki laki yang mengadopsiku 18 tahun yang lalu. adalah seorang laki laki psikopat yang
Mengambil aku dan cheris dari panti hanya untuk kebutuhan komersial belaka . Dia tak mempunyai istri tapi baginya tak sulit untuk melampiaskan birahinya karena setiap malam dia bisa dengan mudah berganti wanita . Untung saja aku dan cheris bukan salah satu objek pelampiasan nafsu kelakianya.

Dia mengajariku mengemis. Menipu dan mencuri bahkan semakin dewasa memaksaku untuk merampok dan mengelabuih para lelaki hidung belang . Terkadang aku heran lelaki sepertinya begitu pandai mengajariku   untuk menarik perhatian para lelaki otak amis dengan tipu daya wanita . Kurasa karena orang seperti itu tidak jauh dengan dirinya sendiri jadi mungkin tahu kelemahan kelemahan mereka .

Dari nya aku belajar banyak tentang bertahan hidup dengan cara yang kasar, kuat, tangguh, dan juga licik .
Dia juga mengajari aku berbagai macam jurus untuk membela diri atau melarikan diri.

Entah aku harus berterima kasih padanya atau menyalahkanya .
Karena tak kutemukan bahagia dengan hidup yang seperti ini meski aku bisa memiliki apapun yang aku mau dengan sekali tunjuk .
Tapi aku selalu melihat senyum bangsatnya ketika aku succes dengan misi yang ia berikan.

Aku selalu berkata dalam diriku suatu saat aku akan membunuhnya ketika aku mulai jera dengan semuanya .
Dan entah seperti ia mengetahui apa yang aku pikirkan meski aku tak mengatakan apapun atau dengan sengaja ia mengatakan itu untuk menakut2iku dan cheris.

Ia selalu berkata " pistol di sakuku bisa dengan mudah menghancurkan kepala kepala para penghianat dengan satu letupan "

🔫🔫🔫

wild angels ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang