"Nggak tahu."

"Kok nggak tahu?"

"Kak Rio nya nggak bales chat aku."

"Yaudah nunggunya di depan ruang guru aja jangan di kelas. Ini udah sore Arl. Kemarin anak kelas X ada yang kesurupan gara-gara sendirian di kelas."

"Nggak aku mau nunggu Kak Rio disini aja."

"Yaudah kalau gitu gue pulang duluan yah. Lagian lo juga pasti nggak maukan cuma berduan sama gue di dalam kelas?"

Arlita mengangguk.

Revan sudah hendak berjalan ke arah pintu, namun urung saat dia mendengar Arlita menangis terisak. Seketika Revan merasa bulu kuduknya meremang.

Hiks...hiks...hiks....

"Kemarin gue udah nyaksiin anak kelas X kesurupan masa hari ini gue harus nyaksiin orang kesurupan lagi," gumam Revan. Dia masih bertahan pada posisinya. Belum berani menoleh. Dia masih mengingat bagaimana ganasnya anak X yang kemarin sore kesurupan, anak X itu hampir saja mencakar wajahnya untung saja saat itu dia tidak sendirian ada Irwan dan Bambang dari kelas XI IPA2, Husna dari kelas IPS1 dan Nenden. Jadi saat anak itu akan mencakar wajahnya dengan sigap Irwan dan Bambang memeganginya dan Husna yang memang rada religi langsung membacakan ayat kursi.

Kalau memang benar Arlita kesurupan apa yang harus dia lakukan?

Hiks...hiks.. hiks... Tangisan Arlita semakin terdengar memilukan, dan tentu hal itu membuat Revan merasa tidak tega. Perlahan dia membalikkan tubuhnya, menatap penuh waspada ke arah Arlita yang kini menenggelamkan wajahnya di atas tangannya yang dia lipat di atas meja.

Revan menarik napas dalam-dalam. Dengan langkah yang sangat pelan dia berjalan ke arah Arlita, "Arl. Lo kenapa?"

Arlita tidak menyahut. Hanya suara tangisan lah yang terdengar.

"Arl jangan bikin gue khawatir plus takut dong?"

Arlita masih tidak menjawab pertanyaan Revan.

"Arl bilang sama gue kenapa lo nangis?"

Arlita mengangkat kepalanya. Wajahnya terlihat pucat pasi, pipinya sudah basah oleh air mata.

Revan bergidik ngeri melihatnya, "Arl lo lagi sakit yah? Atau kesurupan?"

Arlita menatap Revan kesal, "Kok kamu jahat sih sama aku?"

"Istighfar Arl. Baca ayat kursi," ucap Revan cepat.

Bukannya beristighfar dan membaca ayat kursi Arlita malah kembali menangis hebat.

"Jangan nangis Arl!"

"Perut aku sakit Revan tapi kamu malah bilang aku kesurupan!!!" ucap Arlita disela isak tangisnya.

"Sa.. sakit? Berarti lo nggak kesurupan yah?" Revan menghela napas lega.

Arlita memegangi perutnya yang terasa semakin sakit.

Revan yang tadinya menjaga jarak dari Arlita akhirnya berani berdiri lebih dekat dengan Arlita.

"Ayo Arl gue anterin pulang."

HUJAN | ENDWhere stories live. Discover now