part 18

1K 63 0
                                    

Revan pov

"Gue gak bisa terus-terusan diam, gue harus kerumah shilla sekarang. Gue harus ketemu dia" gumamku dengan tatapan yang masih memandang langit-langit kamar. Pulang dari hotel hingga sekarang aku benar-benar mengurung diri dikamar, lebih tepatnya tidak ingin diganggu.

Tookk tookk ...
Aku seakan menutup telingaku, pura-pura tidak mendengar dan tetap fokus memikirkan shilla

Tookk tokk tok..

Aaarrgghhh.... berisik banget!
"Apaan?!" Ucapku agak kasar setelah membukakan pintu kamar
"Kamu udah sholat ?"

"Belum"

"Ya udah sholat gih, terus makan. Kia udah masak, tapi cuma masak nasi goreng soalnya dikulkas gak ada bahan makanan"
"Gue mau keluar, lo makan aja duluan" aku kembali masuk kekamar, membiarkan pintu terbuka

"Tapi kata kamu tadi belum sholat maghrib kan? Kita sholat jamaan aja mau gak?"
"Gue lagi males sholat, udah sana keluar. Gue mau ganti baju!" Kutarik tangannya depan pintu mendorongnya keluar dan mengunci pintu.
Ampuni aku jika begitu banyak dosa yang aku lakukan, aku selalu berdoa padamu ya rabb, selalu memohon, selalu menyebut namanya dalam doaku tapi apa? Engkau sama sekali tidak mengabulkan doaku. Aku benar-benar terpukul bahkan tidak terima, aku hanya ingin dia jadi jodohku bukan wanita ini!

Kuambil jaket yang tersampir diatas keranjang pakaian yang belum sempat kususun, dan beralih pada kunci mobil. Tapi dimana? Atau dikamar itu... oh yaa aku meletakkannya dimeja rias kamarku dulu, yang menjadi kamar wanita itu sekarang.
Langsung saja kutekan knop pintu toh tidak akan dikunci juga. Aku terpaku diambang pintu melihat sujudnya, gadis murung yang sempat menarik perhatianku kini istriku.
Tangisannya yang sempat kudengar saat diyogya beberapa bulan yang lalu  itu ternyata untukku, dan bodohnya aku ikut mengaminkan doanya. Apa sebenarnya rahasia allah menjodohkan aku dengan dia? Apa allah begitu sayang dengannya dan membenciku

"Revan? Kamu nyari ini" ucapnya memberikan benda yang sedari tadi kucari. ntah kapan ia selesai sholat dan berdiri tepat didepanku. Jantungku berdegup hebat, melihat wajahnya yang putih bersih dengan mukena terlihat sangat sempurna.
Namun cepat kubuang pandanganku dan mengambil kunci dari tangannya

"Gue mau keluar" aku segera beranjak dari tempat itu

"Van...." tanganku ditarik dari belakang dan langsung diciumnya"hati-hati ya. Jangan lupa makan" seketika tubuhku menegang. Perasaan apa ini? Tidak! Hanya shilla, tidak ada yang lain.

******

Author pov

Sebuah mobil terparkir didepan halaman rumah shilla, tapi ada mobil lain, mobil siapa itu

"Assalamualaikum"...

"Wa.. aa alaikum salam" jawab shilla agak terbata melihat siapa yang bertamu "ada apa van?"
"Aku boleh masuk dulu?" Ucap revan lembut
"Bo boleh"
Rahang revan mengeras melihat pemilik mobil yang lebih dulu terparkir didepan adalah reza. Mata mereka bertemu, seakan menyiratkan kedendaman.
"Ada apa van?" Tanya shilla setelah revan sudah duduk tepat disamping reza
"Langsung aja ya, aku mau minta penjelasan kamu tentang resepsi kemarin"
"Bukannya disurat sudah jelas" sahut reza dengan nada yang tidak biasa
"Jadi benar, biang dari semua ini adalah elo" reza menaikan satu alisnya
"Biang? Maksudnya? Dia cinta sama gue bukan elo. Terus maksud biangnya ini dimana?"

"Gak usah basa basi!!" Revan mulai terpancing emosi dengan ucapan reza
"Udahh.... apa-apaan sih! Jangan berantem dirumahku" shilla berdiri dan memegang tangan reza. Tatapan revan tambah menyeramkan melihat pautan jemari reza dan shila. Reza tersenyum miring.
"Jangan egois bro! Jangan memaksakan sesuatu yang bukan pada tempatnya"

"Sudahhh...  revan maaf, aku mohon kamu pergi dari sini" ucapan shilla begitu menohok, membuat pandangan revan beralih kewajah shilla seakan meminta penjelasan.
"Aku mohon..."
" lo gak denger ya! Keluar! Elo itu udah nikah" sekarang reza bergerak menarik paksa jaket revan supaya keluar dari rumah ini

"Woiii..... jangan sentuh gue bajingan!" Kesabaran revan sudah habis

BUUKK...!!!

Sudut bibir reza mengeluarkan cairan berwarna merah, namun ia hanya tersenyum sambil memegang sudut bibirnya tanpa ingin membalas
"Elo udah nikah, jaga baik2 istri lo dan gue akan jaga baik2 juga calon istri gue" revan hanya diam menelaah ucapan reza. Lagi-lagi reza tersenyum "elo harus janji bahagiain kia dan gue juga bakal janji bahagiain shilla. Tapi kalau elo sampe nyakitin kia, maaf gue juga bakal sakitin shilla... daa...

BUUKK.....belum sempat reza meneruskan ucapannya hantaman yang kedua kalinya mendarat diwajah reza

"REVAN...! Pergi!!!" Revan menoleh kearah suara itu, ia berlari memeluk reza dan menyentuh sudut bibir yang mengeluarkan darah. Gadis itu mengeluarkan airmata
"Aku sangat mencintai reza van, tolong jangan ganggu kami lagi" apaa? Dia bilang aku pengganggu?
Aku pergi meninggalkan tempat itu dengan amarah yang masih berapi.
Bajingan itu memang biadap! Ternyata dia yang merebut kebahagianku!

Vote + comment,please!

cinta khayalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang