1 desember

998 74 8
                                    

aku akhirnya memberi tahumu tentang kepergianku hari ini.

kau benar-benar sedang sendirian duduk di tangga. semuanya sudah pulang, kecuali kita. entah kenapa bisa pas sekali.

aku duduk disampingmu. awalnya kau tampak kaget, tapi lalu menyesuaikan diri.

dulu kan kita sering duduk disini, berdua. aku rindu akan hal itu, nino.

"hai sky."

aku rindu panggilan itu.

"hai dio."

andaikan aku lebih berani untuk memanggilmu nino.

"kenapa? tumben." ucapmu.

tumben? dulu kan kita sering ngobrol disini, berdua pula.

rasanya aku ingin bilang seperti itu. tapi tidak, aku langsung to the point.

"aku mau pindah ke amerika."

"hah?" kau tampak kaget sekali. dahimu tampak berfikir. "tiba tiba?"

"nggak tiba-tiba kok. bulan desember ini aku berangkat."

"kenapa lo gak ngasih tau dari dulu?"

"karna... aku selalu gak punya kesempatan buat ngasih tau. kita udah... jauh,"

kau diam.

"dan memang aku yang terlalu pengecut." sambungku.

kau masih diam.

aku pun diam.

sepi itu indah

percayalah

membisu itu

anugerah

tapi diam ini bukan diam yang menyenangkan.

diam ini terasa sedih.

diam antara kita yang tak menemukan kata-kata untuk bicara.

diam yang menusuk sampai kerongga dada.

diam antara aku dan kamu, di tangga sekolah. sore hari.

lama lama diam ini terasa membunuh.

lalu aku pergi, tanpa mengucapkan selamat tinggal.

karna mungkin menurutmu, aku sudah mengucapkannya.

unknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang