Prolog

10.6K 590 50
                                    

Megan Trammell mengalami akhir pekan yang buruk.

Dia baru saja dikeluarkan dari perusahaan periklanan tempat dia bekerja. Dan hari ini juga merupakan tenggat waktu pembayaran sewa bulanan tempat dia tinggal. Hal itu membuatnya cukup gila hingga akhirnya ia menghubungi seseorang yang sudah lama tak ingin dia hubungi. Dan meminta bertemu di kedai kopi kecil yang terdapat di kota tempat dia tinggal.

Megan melambaikan tangan saat orang yang dia nanti akhirnya muncul dari balik pintu kedai. Dan ia cukup terkejut saat melihat penampilan orang itu. Ia yakin delapan tahun lalu, pria itu tidak terlihat seperti itu. Dia yakin pria yang dia kenal waktu itu memiliki tubuh kerempeng yang tidak seimbang dengan tinggi tubuhnya. Rambut pirang terang yang dipotong cepak dan memakai kacamata bundar yang membuatnya sering diolok.

Tapi pria yang berdiri di depannya saat ini begitu berbeda. Dia memiliki postur tubuh tegap dengan otot yang berada di tempat-tempat yang tepat. Rambut pirang terangnya kini dibiarkan panjang hingga menjuntai ke lehernya. Dan kacamata bundar yang biasanya bertengger di hidungnya kini digantikan dengan kacamata berbingkai persegi yang mempertegas tulang pipinya yang tajam. Secara keseluruhan Megan mengakui Gideon Mark telah menjelma menjadi pria penuh maskulinitas yang mempesona.

"Apa kau benar-benar Gideon?" Megan bertanya dengan sedikit kernyitan di dahinya.

"Ya, Miss Trammell. Orang yang sama dengan orang yang telah kau tolak delapan tahun lalu," balas Gideon membuat Megan memerah.

"Apa kau benar-benar harus membahas itu?" Gideon hanya tersenyum tipis menanggapinya.

"Tidak. Itu sudah berlalu, dan kurasa sudah ada banyak hal yang berubah," ucap Gideon. Dan ia duduk di bangku yang berseberangan dengan Megan. "Jadi Miss Trammell, apa yang ingin kau bicarakan?"

Megan menggeliat gelisah di kursinya dan ia benci fakta bahwa saat ini ia tertarik dengan pria yang ada di depannya. "Tidak bisakah kita saling panggil nama depan?"

Gideon mengangkat alisnya, kemudian kembali tersenyum tipis. "Tentu, Meg. Kenapa tidak?"

"Baiklah, aku tahu aku tidak bersikap baik padamu dulu. Tapi aku sungguh butuh bantuanmu. Dan kau datang pada saat yang sangat tepat." Megan berhenti sejenak, mengamati wajah Gideon yang tetap datar. "Aku baru saja kehilangan pekerjaanku, dan sewa rumahku juga habis hari ini. Dan kemudian aku mendengar kabar kalau kau kembali dari Manhattan, dan kau membutuhkan seseorang untuk mengurus rumahmu. Jadi intinya bisakah aku bekerja untukmu selama beberapa waktu sebelum aku mendapatkan pekerjaan lain?"

"Baiklah."

Megan mendengus. "Hanya satu kata?"

"Apa yang kau ingin aku katakan, Meg?" Gideon mencondongkan tubuhnya ke depan. Hingga Megan dapat melihat bola mata di balik kacamata berbingkai perseginya. Bola mata berwarna keemasan yang sedikit berpender.

"Tidak Gideon. Tidak ada," jawab Megan tanpa dapat melepaskan pandangan dari bola mata itu.

Contract With the Devil [COMPLETED]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt