BAB 7 - Penyerangan

Start from the beginning
                                    

Saat itu tanpa sengaja ia melihat sosok yang ia kenal berada tepat di belakang para penjaga, yaitu Arvis. Tanpa sadar Carina bereaksi terkejut yang membuat tubuhnya limbung dan condong ke belakang hingga ia terjatuh dari sana. Carina bisa melihat wajah orang-orang yang kini menatapnya dari lantai tempat ia berdiri tadi. Semuanya terjadi begitu cepat saat kepalanya terasa amat sakit akibat terhantam tanah, begitu juga dengan seluruh tubuhnya.

Hangat ... sesuatu yang basah dan mengalir di sekitar kepalanya terasa begitu hangat.

Saat itu pula Carina mengingat semua memorinya mulai dari masa kecil bersama kedua orang tuanya hingga kejadian beberapa saat yang lalu. Ia terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah ini sebuah pertanda jika dirinya akan mati?

Apakah aku akan mati?

Carina tersenyum ketika menangkap sosok Arvis yang ia kira sebagai Alvis di hadapannya ketika kesadarannya hampir hilang.

Benarkah itu Alvis?

Ah, bukan. Aku salah. Tak mungkin Alvis berada di tempat ini. Kalau begitu mungkinkah ... Arvis?

***

"Carina!" gumam Arvis ketika ia melihat sosok yang dicarinya kini tengah terpojok dan terkepung oleh para penjaga. Beberapa saat kemudian mata mereka saling bertatapan dan hal yang ia takutkan terjadi begitu cepat di depan matanya. Ia bahkan terlambat bereaksi sehingga membuat Carina terluka.

Dengan cepat ia menggunakan kekuatannya untuk berpindah tempat ke lantai dasar, yaitu tempat Carina terjatuh. Tubuhnya langsung kaku ketika melihat sosok Carina yang kini terbaring lemah tanpa bisa melakukan apa pun. Darah mengalir dari belakang kepalanya hingga membuat genangan darah di sekitar kepalanya.

"Carina!" ia semakin panik ketika gadis itu menatapnya tersenyum kecil seraya melafalkan nama Alvis, saudara kembarnya tanpa suara sebelum kesadarannya belum benar-benar hilang.

Arvis bereaksi cepat dan membawa Carina di dalam gendongannya lalu teleport ke kamarnya. Ia kebingungan dan panik sampai ketika seseorang masuk ke kamarnya dengan tergesa-gesa. "Arvis!"

"Bri! Kita harus pergi dari sini secepatnya! Carina butuh penanganan dokter!" teriak Arvis tak melepaskan tubuh Carina di gendongannya.

Brak!

Pintu kembali terbuka dan menampilkan sosok Ashley, Sera dan Charlie yang sebelumnya juga ikut mencari Carina yang berakhir dengan mereka yang mendengar para penjaga berteriak memberitahu para rekannya bahwa Carina terjatuh dari lantai tiga dan tubuhnya hilang begitu saja saat mereka memeriksanya ke bawah. "Kami ikut!" teriak Charlie cepat.

Arvis tak mengatakan apa-apa dan langsung membuat portal teleportasi di hadapannya. Tanpa banyak bertanya yang lain pun ikut masuk melewatinya ketika Arvis lebih dulu membawa Carina masuk pertama.

Mereka sampai di sebuah ruangan dimana ada seorang laki-laki paruh baya yang kini tengah serius membaca sebuah buku di sebuah meja yang ada di ruangan itu.

"Dokter!" teriak Arvis pada lelaki tua itu yang langsung membuat lelaki itu jatuh terjengkang ke samping karena terlalu kaget.

"Hey! Kau gila ya! Sudah kubilang jangan gunakan kekuatanmu untuk sembarang masuk ke ..." omelannya terhenti ketika melihat keadaan Carina yang berada di dalam gendongan Arvis dengan darah yang berlumuran di tubuh Arvis dan Carina.

"Tolong aku ..." suara Arvis bergetar menahan kepanikan serta keputus asaannya.

"Bawa dia ke kamar tengah! Gadis ini harus cepat ditangangi atau semuanya akan terlambat!" teriak lelaki tua itu lalu berjalan cepat ke arah lemari di dekat mejanya tadi lalu mengeluarkan sebuah tas berisi peralatannya.

"Kalian jangan bengong saja! Bawa peralatanku yang ada di kotak itu, lalu ikuti aku!" teriaknya lagi pada Brian, Ashley, Sera dan Charlie seraya menunjuk beberapa box yang ada di pojok ruangan.

Dengan patuh mereka menuruti lelaki itu tanpa banyak bicara dan mengikutinya ke arah kamar tempat Arvis membawa Carina.

"Semuanya keluar, kecuali kau yang berambut pirang itu." Ucapnya mengusir semua orang kecuali Ashley.

"A-aku?!" tanyanya bingung.

"Iya, kau. Memangnya ada lagi yang berambut pirang selain dirimu di sini?"

Ashley terdiam dan berdiri di sebelah kasur tempat Carina terbaring, sementara Brian terus sibuk menarik Arvis agar ikut keluar dari ruangan tersebut.

***

"Terbuka!" teriak salah satu Holder di dekat Alvis. "Portalnya telah terbuka seluruhnya! Serang!

Alvis dengan cepat langsung teleport menggunakan kekuatannya ke dalam gedung rumah sakit yang berada di tengah hutan itu. Alvis terkejut saat salah satu penjaga menuju ke arahnya yang awalnya ia kira akan menyerangnya kini malah bicara padanya. "Tuan Arvis, kami kehilangan gadis itu. Apa yang harus kami lakukan? Kami benar-benar yakin kalau ia terjatuh dari lantai tiga! Bahkan bekas darahnya pun masih belum mengering."

Kini ia tahu bahwa penjaga itu salah mengenalinya sebagai Arvis.

"Siapa yang kau maksud?"

"Siapa lagi kalau bukan Carina? Gadis Holder dengan kekuatan langka itu!" katanya menatap Alvis heran.

Bugh!

Alvis memukul tengkuk penjaga itu hingga pingsan sebelum ia pergi dengan kepanikan. Alvis membuka setiap ruangan yang berada di lantai satu dengan cepat. Tak ada seorang pun penjaga yang kini berada di dalam gedung itu karena semua penjaga tengah bertarung melawan para Holder tepat di depan bangunan tersebut.

Ia semakin panik ketika beranjak ke lantai dua dan menemukan kamar dengan nama Carina tertera di sana. Penjaga yang baru saja ia temui bilang kalau Carina terjatuh dan menghilang begitu saja. Jadi, ada kemungkinan seseorang telah menyelamatkannya. Tapi siapa?

Apakah itu Sera? Alvis ingat jika Sera juga dibawa kemari, begitu juga dengan Charlie. Alvis kembali berlari mencari ruangan dengan setiap nama yang tertera di setiap pintunya yang kini telah kosong. Kemudian ia menemukan nama Sera dan Charlie yang juga telah kosong.

Alvis kemudian mendengar teriakan dan suara gaduh diujung lorong tempatnya berada, ternyata para penjaga yang jumlahnya mencapai lebih dari sepuluh orang itu tengah menodongkan senjata api mereka pada puluhan orang berseragam putih yang Alvis tahu mereka adalah paraHolder yang diculik.

Alvis berlari ke arah mereka, dan salah satu penjaga yang melihatnya langsung bertanya, "Apa yang harus kita lakukan pada mereka tuan? Memasukkannya ke penjara bawah tanah? "

"Lepaskan."

"A-apa?"

"Kubilang lepaskan mereka."

"Tapi ..."

Belum sempat penjaga itu menyelesaikan kalimatnya, Alvis langsung menyerangnya hingga tak sadarkan diri.

"Tuan Arvis! Apa yang kau lakukan?!" teriak penjaga lainnya yang kini menatapnya aneh seraya menodongkan senjata ke arahnya sebagai bentuk pertahanan diri.

Alvis berdecih kesal lalu menyerang mereka satu persatu hingga tumbang. "Aku bukan Arvis! Namaku Alvis! Jangan samakan aku dengan si brengsek itu!"

"Kalian yang punya kekuatan Holder jangan diam saja! Serang mereka dengan kekuatan kalian! Bantu aku!" teriak Alvis pada para tahanan itu.

***

TBC

Next chapter nanti malam atau besok yah.

Stay tune!

HOLDER : Elsewhere (END)Where stories live. Discover now