Baikkan

505 17 3
                                    

"Angin, tolong bisikan kepadanya... Aku rindu"

-Revan

###

Hari semakin malam membuat satu persatu teman-teman Kiana pun pulang. Axel yang tadi dipaksa untuk pulang dan mengantar Alana. Revan yang pulang bersama lea menggunakan motor Aldo dan Aldo yang akhirnya diantar pulang oleh Marco.

Hingga saat ini hanya tersisa Kiana dengan berbagai kemungkinan yang ada dipikiran nya. Perkataan Axel tadi serta diamnya Revan benar-benar menyita otak gadis itu. Ia tau jika sejak masuk ke dalam ruangan ini Revan hanya memandangnya dalam diam. Memandang tanpa sapa. Memandang tanpa menanyakan sama sekali keadaan nya dengan mata yang terlihat agak merah dan wajah yang sedikit lebam.

Apalagi yang terjadi pada lelaki itu pikirnya. Apakah karena Raka lagi? Tapi... Jika pun Raka mengapa saat latihan Kiana sama sekali tidak melihat lebam itu?. Ah mungkin ia harus menanyakan nya pada Aldo besok pikirnya. Terlalu lama berkelana dalam berbagai kemungkinan membuat Kiana tak sadar jika saat ini lelaki yang barusan dipikirkan nya telah berdiri tegak disampingnya.

Memandangnya dengan pandangan lembut penuh arti dan membawa sebuah totebag berisikan cake favorit Kiana. Cake green tea lebih tepatnya. Sejenak mereka terdiam dalam posisi yang sama. Kiana dengan pandangan menerawang kearah luar rumah sakit dan Revan yang berdiri tegak disampingnya. Hingga saat dimana Revan menyadarkan gadis itu.

Lelaki itu menyimpan totebag dinakas lalu mendudukan dirinya dikursi samping ranjang Kiana, menyentuh lembut jemari gadis itu dan menggenggamnya. Sontak saja hal itu membuat Kiana terkejut dan langsung memalingkan wajahnya kearah lelaki yang kini tengah menggenggam erat jemarinya.

"Kenapa disini" tanya Kiana dengan wajah kaget serta bingung nya yang entah mengapa malah terlihat menggemaskan dimata Revan.
"Tadi cuman nganterin Lea aja abis itu balikin motor Aldo trus kesini lagi. Pengen disini aja nemenin lo" jawab Revan dengan senyum manisnya.

"Kenapa?" Tanya Kiana lagi dengan ekspresi yang tambah menggemaskan dimata Revan. Dengan wajah bingung dan satu alis yang dinaikkan serta binar mata yang menunjukan bahwa gadis itu sangat penasaran saat ini.
"Udah lama aja gak kayak gini. Ngobrol berdua tanpa jauh-jauhan. Gue... Kangen sama Lo. Kangen banget" ucap Revan lirih dengan senyum tipisnya.

"Gue gak tau salah gue dimana Ki. Gak tau apa yang bikin lo milih buat ngejauhin gue. Tolong paling enggak kasi tau gue salah nya dimana. Harus gimana supaya kita bisa kayak dulu lagi? Gue gak bisa kayak gini, gabisa Ki. Gue gak betah..." TambahRevan dengan ekspresi wajah yang terlihat semakin sendu. Walaupun sebenarnya jauh di lubuk hati lelaki itu ada perasaan sedikit lega karena pada akhirnya ia dapat mengeluarkan isi hati nya yang selama beberapa hari ini benar-benar mengganjal.

"Gue...." Baru satu kata namun Kiana sudah kembali mengatupkan bibirnya. Rasanya untuk melontarkan satu kalimat saja sangat berat bagi gadis itu. Pita suaranya mendadak seperti sedang bermasalah.
"Bisa emm gausah bahas ini..." Tambah gadis itu lagi dengan lirih beberapa saat setelah ia terdiam.

"Tapi Ki" seruan Revan yang terkesan ingin membantah perkataan Kiana itu seketika terhenti saat Kiana memotongnya.
"Van please" pinta gadis itu dengan pandangan memohon dan Revan sama sekali tidak dapat menolaknya.
"Oke" ucap Revan dengan helaan nafas berat dan mendapatkan senyum tipis dari Kiana setelah mendengarnya.

"Tapi..." tambah lelaki itu dengan cepat membuat Kiana lalu memandangnya dengan wajah penuh rasa ingin tau.

"Malam ini gue nginep disini. Besok gue anterin pulang. Dan lusa kesekolan harus bareng gue lagi. Lo harus sering-sering main dikosan gue lagi. Dan Lo gak boleh jauhin gue lagi" ucap Revan cepat dan tanpa jeda membuat Kiana seketika menganga dibuatnya.

Sacrifice Of Love [COMPLETE]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu