Episode Satu

14 6 0
                                    

Di usia yang bukan anak kecil lagi, kehidupan tentu telah dihiasi dengan urusan percintaan. Untuk orang-orang yang sibuk menyusun tangga kesuksesan, apa bisa jatuh cinta dengan mudahnya?

"Oke Miss Kim, saya akan segera berangkat kesana. Segera. Iya segera. Saat ini saya sedang menuju garasi. Saya tutup dulu telponnya." PIP. Lagi-lagi ia harus berbohong demi menenangkan hati Miss Kim, bosnya yang disiplin sekali akan waktu. Ia tidak ingin jika ia berkata jujur, semburan omongan Miss Kim akan meluncur dari handphonenya dan membuang-buang waktunya yang berharga-bagi Miss Kim.

Linda meraih sikat gigi dan mengulurkannya kepada sebuaah alat yang menempel di dinding kamar mandinya. Perlahan pasta gigi keluar dan mendarat tepat di bulu-bulu sikat gigi berwarna biru yang digenggamnya. Linda langsung mengaktifkan mode fast pada otaknya dan tentu mode multitasking pada tubuhnya.

Tangan kanannya dengan cepat menggosok gigi putihnya. Matanya dengan cepat memindai seluruh ruangan untuk selanjutnya diproses oleh otaknya. Kakinya melangkah cepat menuju pojok ruang tengah untuk menghampiri tas ransel berisi berkas-berkas miliknya dan tangan kirinya menyambar sebuah laptop yang terletak tepat di samping tas ranselnya. Dipindahkannya barang-barang berharganya itu ke sebuah sofa merah marun di depan TV, tak jauh dari tempat barang-barang itu sebelumnya berada.

Tangan kanannya masih sibuk menggosok giginya dengan semangat. Hingga ia kembali lagi ke kamar mandi untuk berkumur dan menata penampilannya.

Cermin kamar mandinya memnag selalu tidak berhasil memberikan kepuasan bagi Linda di pagi hari. Rambut yang berantakan, kulit yang pucat, bibir yang pecah-pecah, dan mata yang bengkak. Itulah yang selalu ditampilkan oleh cermin kamar mandinya setiap pagi.

Matanya melirik cepat ke arah jam , dan tentunya sudah tidak ada waktu lagi bagi ia untuk berdandan sempurna. Lagipula, ia juga tidak pernah menata penampilannya dengan serius. Mencuci wajah dan mengoleskan lipbalm di bibirnya sudah cukup untuk membuang efek pucat wajahnya. Tidak perlu mandi, cukup menyemprotkan parfum banyak-banyak di seluruh tubuhnya, Linda pun sudah percaya diri untuk menjalani hari.

PIP PIP

Linda memencet kunci mobilnya seraya memakai sneakers kesukaannya. "Hari ini aku harus membuat alasan lain selain macet kepada Miss Kim. 'Maaf Miss Kim, saya terlambat. Tadi saya tidak sengaja menabrak seekor kucing.' Ah, tidak-tidak, terlalu sederhana. Aku harus membuat alasan yang lebih kompleks dan meyakinkan." Linda bergumam sendiri sambil masuk ke dalam mobilnya.

Linda menekan tombol start pada mobilnya. Tidak terlihat tanda-tanda mobilnya menyala. Ia tekan sekali lagi, lebih menekan daripada yang sebelumnya, namun hasilnya sama. Mesin Mobilnya tetap tidak mau hidup. Kini Linda menekan berkali-kali tombol start dengan muka yang sudah menegang. "Ya!!!! Apa yang salah dengan mobil ini? Mobil, kali ini kau harus berpihak padaku dan baik kepadaku, jebal. Sebelum besok aku tak lagi bisa menaikimu karena dimakan Miss Kim." Kali ini Linda berbicara pada mobilnya.

Mobilnya tetap tak mau menyala. Ini sudah cukup menjadi permulaan hari yang berat bagi Linda.

"Aiisshh, kalau kali ini tidak berhasil, aku akan bertindak kasar!" Linda menekan tombol start lagi, namun hasilnya nihil. Mobil tetap tidak menyala. Linda mengepalkan tangannya dan mulia memukul-mukulkan tangannya ke stir mobilnya. "Yaaaaaaa!" Linda memekik kesal, masih dengan kepalan tangannya yang perlahan memukul stir dengan lemas.

Setelah berpikir beberapa saat, Linda memutuskan untuk pergi menggunakan bis saja. Ia segera mengambil barang-barangnya yang telah ia letakkan di bagasi mobilnya, dan bergegas keluar dari garasi mobil. Jam menunjukkan pukul 07.00. Masih cukup pagi bagi orang lain, namun sudah sangat terlambat bagi Miss Kim kali ini. Setelah dihitung-hitung, Linda sudah telat 30 menit dihitung dari saat Miss Kim menghubunginya tadi pagi. Entah semburan apa yang akan Linda terima nanti, Linda tidak mau memikirkannya.

Linda menarik napas dalam-dalam, men-charge­ kembali semangatnya setelah ia habiskan dengan mobilnya.

"Linda fighting! Fighting! Fughting!" Linda mengepalkan kedua tangannya dan di ikuti senyuman tipisnya, menandakan pergantian mood yang baru.

"Oke! Lewat gang pertokoan saja! Lebih dekat ke halte!" Linda memutuskan untuk menuju ke halte bis melalui gang kecil dekat apartemennya. Berada di antara pertokoan, gang tersebut semakin terasa sempit dengan banyaknya barang-barang bekas yang diletakkan para meilik toko di sepanjang gang. Linda berlari kecil. Ia tak sanggup berlari kencang karena ransel yang dibawanya sudah seperti berisi batu. Sangat berat dan besar. Ditambah lagi ia belum sempat sarapan pagi saat ini.

Masih berlari kecil menyusuri gang itu, dari kejauhan tampak samar-samar bayangan hitam mendekati Linda dari arah yang berlawanan. Masih terlihat samar sampai Linda telah cukup jauh berjalan kedepan, mendekati bayangan itu. Perlahan, bayangan itu mulai menampakkan wujud aslinya. Linda tahu benar, matanya tidak rabun atau sejenisnya. Tapi untuk saat ini Linda masih belum cukup jelas melihat seseorang yang masih berjarak sekitar 10 meter di depannya.

Gang yang berada di celah-cel;ah pertokoan, membuat sinar matahari pagi tidak cukup terang menyinari gang itu. Ditambah sosok itu sepertinya mengenakan pakaian serba gelap, dan mungkin faktor Linda yang belum sarapan, membuat penglihatannya memburuk pada saat itu.

Linda melambatkan langkahnya saat ia menyadari kecepatan sosok itu juga melambat.

'Oh, dia melambat. Tapi kelihatannya dia sedang tidak baik. Oh, dia sepertinya terhuyung-huyung' Pikiran Linda seketika dipenuhi rasa penasaran terhadap sosok itu seiring ia dapat melihat dengan jelas sosok itu.

'Sepertinya seorang laki-laki' Otak Linda terus dipaksakan untuk menganalisa semua yang dilihatnya.

Seorang laki-laki dengan hoodie hitam, celana hitam, dan masker hitam?

Seorang laki-laki serba hitam?

Alien?

Pikiran Linda terus berpikir hingga Linda memutuskan untuk menghentikan langkahnya sambil memerhatikan gerak-gerik sosok itu dari jarak yang lebih dekat dari sebelumnya.

"Jangan-jangan dia laki-laki yang belum sadar dari mabuk? Orang jahat?'Pikiran Linda semakin terisi oleh pikiran negatif akan sosok itu. Mmebuat Linda lupa bahwa ia telah membuang waktu cukup lama hanya untuk menganalisa semua yang dilihatnya. Masih terdiam hingga Linda melihat sosok itu berdiri diam seperti Linda, namun dengan tubuh yang tak seimbang.

Linda memutuskan untuk melanjutkan berjalan, Linda memasang muka santai, dan membuang rasa penasarannya jauh-jauh seketika ia teringat Miss Kim. Namun sepertinya matanya tak bisa mengikuti keinginannya. Matanya terus saja melihat kearah sosok itu, dan pada akhirnya membuat pesan kepada otaknya untuk kembali memikirkan sosok itu.

Sosok itu sedikit lebih tinggi dibanding Linda. Linda sudah semakin jelas melihat sosok itu dan tanpa ia sadari, ia terus melihatnya sembari terus berjalan melewatinya.

Dugaannya benar, seorang laki-laki serba hitam, bahkan ia tahu persis, di celananya terdapat topi hitam yang dikaitkan di belt-nya. Dan Linda tahu persis, sepertinya dia sedang dalam keadaan yang tidak baik. Linda ingin sekali menanyakan keadaannya dan memastikan dia baik-baik saja. Namun, waktu tak bisa di perlambat. Waktu terus berjalan.

'Dia akan baik-baik saja kan? '

'Pasti akan ada yang menegurnyakan?'

'Pasti akan ada yang menolongnya kan?'

'Tenang Linda, dia baik-baik saja, waktumu tak banyak, ayo terus jalan, Maaf ya'

Linda mencoba menguatkan dirinya sendiri.

Wanna Be - My StarWhere stories live. Discover now