Chapter 4 : Final Experiment

Start from the beginning
                                        

Masih banyak misteri dunia yang belum—atau mungkin tidak akan pernah—ditemukan jawabannya.

Langkah kaki mereka berhenti ketika mendengar sesuatu yang tak asing. Mereka mendengar kata Korea Utara dan China. Menyadari bahwa di samping mereka berdiri sebuah bangunan pendek yang bertuliskan TV Store, mereka mematung di tempat seraya menonton siaran berita dari TV yang disimpan di dekat kaca.

Leron menyipitkan matanya. Telinganya pun tak kalah tajam. Leron adalah definisi "peka" yang sesungguhnya jika mendengar Korea Utara dan China.

"Negara China semakin terancam. Benteng utaranya sudah resmi terbobol. Robot Korea Utara semakin banyak yang masuk dan menyerang tak tahu arah. Bantuan dari negara tetangga belum bisa diharapkan..."

Batin Leron terguncang hebat. Bibirnya terkatup kaku. Wajahnya semerah kepiting rebus yang tadi ia makan. Emosinya sukses terbakar habis oleh berita terbaru dari perang robot.

Archi dan Dindra saling bertatapan. Mereka pun ikut prihatin. Entah karena virus "kemanusiaan" Leron sudah menular, atau memang mereka sejati diri—perbedaan yang tipis sekali.

Sedetik kemudian, mereka bergegas pergi. Setelah membeli tiket untuk pulang ke rumah Leron, mereka masuk ke dalam monorel dengan perasaan tak menentu. Bayangan korban jiwa yang semakin bertambah, juga kerusakan besar-besaran yang melanda kawasan perang, sungguh menyayat hati.

"Ini tak bisa dibiarkan terlalu lama!" Teriak Leron dalam hati.

••

Di malam yang dingin, ditemani kerlap-kerlip bintang dan senyuman sabit di langit sana, Leron dan kedua temannya sedang fokus menyusun robot. Halaman belakang rumah Leron yang sangat luas mereka jadikan tempat percobaan. Selalu di sini. Entah keberapa kalinya halaman ini menjadi korban ledakan sesuatu ciptaan Leron.

Berbagai macam alat mereka keluarkan. Termasuk beberapa joystick yang nantinya mereka gunakan untuk menggerakan robot. Joystick itu terlihat unik dengan antena kecil yang menempel kuat.

Tujuh robot setinggi dua meter berbanjar tegak. Robot-robot itu begitu menyerupai manusia biasa namun berukuran tinggi-besar.

Chip Lightspeed tipe X-Ray yang sudah mereka dapatkan dengan susah payah, dimasukkan ke suatu alat persegi panjang yang terbuat dari logam berat. Leron memencet tombol merah pada alat tersebut dan seketika antena pada joystick mereka bergetar.

Percobaan pun dimulai.

Leron, Archi, dan Dindra berdiri di sudut-sudut halaman membentuk segitiga, mengelilingi tujuh robot di tengahnya. Dengan perasaan yang berharap-cemas, Leron meyakini dirinya sendiri kalau ini akan berhasil sempurna.

Cahaya terang seketika keluar dari joystick mereka. Sontak cahaya itu diarahkan ke robot yang mereka inginkan. Kali ini, cahaya yang keluar jauh lebih besar intesitasnya. Seolah dapat memancar hingga bermil-mil jauhnya.

Mereka tersenyum bahagia.

Robot-robot yang terkena sinar itu mendadak bergetar. "Mata"-nya menyala. Setelah cahaya itu hilang, mereka mulai memainkan joystick. Robot-robot itu bergerak mengikuti kendali joystick. Dindra iseng mengontrol robotnya mendekati robot Leron. Setelah nyaris menempel, robot Dindra menghantam robot Leron sampai hampir terjatuh. Tawa Dindra pun pecah.

Merasa diserang, Leron mengambil ancang-ancang. Ia kendalikan robotnya supaya menghajar robot Dindra tanpa henti. Robot Dindra pun lari terbirit-birit. Tiba-tiba, robot Archi menghalangi pelarian robot Dindra. Leron kegirangan karena Archi membantunya. Dengan kekuatan penuh, pukulan bertubi-tubi robot Leron berikan tepat di wajah robot Dindra.

RUN! Robots EverywhereWhere stories live. Discover now