"Dilatarbelakangi cahaya bulan dan bintang, robot itu terbang kesana kemari dengan indahnya. Kontrol sepenuhnya berada di tangan remaja usia tujuh belas tahun."
••
Di sore hari yang cerah, tiga sekawan jenius yang bermimpi untuk menegakkan peri kemanusiaan di langit, sedang asyik berpetualang di kawasan pembelajaan kota. Dengan berbekal uang saku yang cukup banyak, mereka berbelanja keperluan yang mereka butuhkan untuk mematangkan rencana mereka.
Berbagai macam komponen logam dari baut kecil sampai craft tools, mereka jajahi. Makanan ringan pun tak lupa mereka jamah.
Mereka mampir ke restoran sea food untuk sekedar mengisi perut yang kelaparan setelah datang ke kantor Kementerian Luar Negeri Indonesia.
Ya, mereka pergi ke sana. Alasan logis yang mendasarinya adalah Archi ingin meminta izin ayahnya agar ia bisa pergi ke China. Lucu, mengingat China sekarang sedang digembor Korea Utara.
Lantas, apa hasilnya?
Miris —awalnya.
Ayahnya sangat menentang. "Kau sudah gila? Jika ayah menjadi kau, ayah akan habiskan liburan di Lombok sana. Indah. Bukan ke negara yang sedang perang." Begitu kata ayahnya seraya bertolak pinggang.
Namun, memang karena alasan itulah Archi membawa Leron dan Dindra —dua orang teman yang sudah mendapat izin dari kedua orang tuanya, untuk membantu Archi mendapat izin pula. "Tapi kami akan berada di selatan. Bukan di utara. Dan hanya sebentar. Juga... kami ingin mengunjungi Nepal." Ucap Leron dengan meyakinkan.
Mungkin karena ayah Archi telah mengetahui kalau Leron adalah anak dari CEO perusahaan robot terkemuka di Indonesia, ia mulai renggang. Dan pada akhirnya, izin pun didapatkan.
Di sinilah mereka sekarang. Mereka hanya perlu mematangkan program saja. Semuanya sudah terkendalikan. Pesawat pribadi keluarga Leron pun, sudah bisa mereka pinjam sebagai transportasi menuju China.
Antara nekat dan berani, mereka seolah tak memiliki rasa takut. Jika orang tua mereka tahu apa yang sebenarnya akan mereka lakukan, entah bagaimana nasib mereka saat ini.
"Malam ini kita harus mencoba eksperimen terakhir. Dan pastikan, bahwa semuanya sudah sempurna." Kata Leron sambil memakan daging kepiting. Setengah panci ia habiskan sendiri.
"Setuju." Sahut Archi singkat.
"Mungkinkah kita berhasil membuat Korea Utara mundur?" Kata Dindra kemudian.
"Tentu saja iya." Jawab Leron cepat. "Aku yakin Korea Utara belum punya kecanggihan teknologi yang kita temukan. Meskipun negara itu dijuluki negara tercanggih sedunia, tetap saja, kita yang pertama menemukan teknik robots hacking."
"Seyakin itu kah?"
"Yakin! Kau ingat, hal pertama yang harus dilakukan jika ingin merealisasikan sesuatu adalah, yakini bahwa kita akan berhasil."
"Kau memang selalu yakin, Leron."
"So we are, Dindra."
Setelah perut mereka terisi kembali, mereka berjalan-jalan sebentar menikmati keindahan kota di sore hari. Kaca-kaca dari gedung pencakar langit memantulkan cahaya senja di atasnya. Monorel yang berseluncur kesana-kemari seakan menambah kesan harmonis. Robot-robot penyapu jalan nyaris menyatu dengan kehidupan manusia yang semakin cemerlang.
Kehidupan era 2082 memang tak semaju ekspetasi orang-orang di era 2018 yang mengira bahwa di tahun ini kendaraan tanpa roda ditemukan. Juga misteri sains terbesar yaitu mesin waktu pun sudah bisa diciptakan. Tidak. Tidak semaju itu.
YOU ARE READING
RUN! Robots Everywhere
Science FictionSemua berawal ketika Leron merealisasikan ambisinya untuk membantu China melawan Korea Utara dalam perang robot. Dibantu dua orang teman, Leron diam-diam menggunakan teknologi perusahaan ayahnya agar aksinya berjalan lancar. Alih-alih menyelesaikan...
