Chapter 3 : First Action

63 27 14
                                        

"Di hati Leron tergugah suatu perasaan bersalah. Ini adalah aksi paling gila yang pernah Leron lakukan. Mencuri chip berkekuatan super dari perusahaan ayahnya, apakah dia akan dipenjara kalau ketahuan? Ahh, pastinya iya."

••


Keceriaan mulai memenuhi jiwa anak-anak sekolah karena hari ini adalah hari pembagian rapor —khususnya Leron, Archi, dan Dindra. Bukan, bukan karena nilai tinggi yang sudah diraih ataupun ranking tiga besar yang selalu mereka dapatkan, melainkan karena: liburan panjang telah tiba.

Siswa mana yang tak gembira menyambut hari-hari tanpa pergi ke sekolah? Nyaris tak ada. Seolah bertemu matahari pagi setelah gelapnya malam, liburan akan menjadi hal yang menghangatkan untuk dijumpa.

"Aku pesan rasa coklat." Ucap Leron ke pedagang es krim di pinggir jalan. Pedagang itu segera membuat pesanannya. Beberapa menit kemudian satu robot kecil menghampiri Leron untuk membawakan es krim coklat yang telah dikemas dengan rapi. "Terima kasih." Ucap Leron kepada sang penjual sambil berlalu setelah memberi uang kepada robot yang sama.

Hari ini adalah hari yang menentukan kesuksesan jalannya program yang telah Leron buat. Setelah berbagi ilmu dengan teman sepemahamannya, ternyata mereka dihadapkan pada satu permasalahan pertama. Yaitu, kurang komponen.

Untuk menyempurnakan teknik robot hacking, mereka membutuhkan suatu chip khusus bertenaga ekstra yang nantinya bisa mereka gunakan untuk menguasai  robot sampai ke otak-otaknya —tidak hanya motorik saja.

Keberuntungan dan kesialan menimpa Leron dalam waktu yang sama. Keberuntungan, mengingat perusahaan robot ayahnya ternyata memiliki dan mengembangkan chip yang dimaksud. Kesialannya, chip itu sangat langka dan pastinya takkan mudah bagi Leron untuk meminta.

"Kau dimana?" Tanya Leron kepada Archi lewat ponsel. Di tangan kirinya terpegang kuat es krim yang tadi ia beli.

"Aku sudah berada di depan perusahaan ayahmu. Cepatlah. Hari semakin panas."

"Aku tahu. Karena itulah aku beli es krim."

"Huh?"

"Tunggu! Aku segera sampai!"

Selang beberapa menit, dari kejauhan Leron melihat Archi dan Dindra sedang duduk di kursi besi yang sedikit karatan. Leron menghampiri mereka sambil membuang sisa es krim ke tempat sampah di sebelahnya.

"Apa kau yakin akan melakukan ini?" Dindra melirik Leron yang kepanasan. Di kening Leron tercipta titik-titik kecil keringat.

"Menurutmu bagaimana?" Sahut Leron sekilas sambil mengingat percakapan kemarin malam dengan ayahnya. Saat itu, ayahnya baru saja kembali dari kantor ketika Leron menanyakan tentang chip yang dia inginkan.

"Aku tak tahu. Ini semua bergantung padamu."

"Tak ada cara lain, Dindra. Tak ada selain mencuri."

"Aku hanya takut ayahmu marah."

"Tidak jika kita tak ketahuan."

"Mengapa tak kau bujuk saja agar ia bisa memberikan chip-nya?"

"Sudah. Hanya karena chip ini begitu langka dan sulit dibuat, ia tidak ingin memberikannya. Juga, jika aku memaksa, ia akan penasaran untuk apa chip itu aku gunakan. Wah wah, justru inilah yang membahayakan."

RUN! Robots EverywhereWhere stories live. Discover now