"Apa yang kau lakukan, kenapa aku berada disini?" Tanyaku. Sungguh berada di posisi seperti ini bukanlah hal baik.

"Kau adalah istriku lagi mulai saat ini". Katanya lalu mempererat pelukannya. Aku merasa tidak percaya segera melepaskan tangannya dengan paksa lalu bangkit dan berusaha untuk pergi secepatnya dari tempat ini. Saat kakiku menapak di lantai rasanya aku tidak memiliki tenaga untuk berdiri, aku hanya duduk mematung di tepian ranjang.

"Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau mengaku sudah menikahi ku. Aku tidak pernah menikah dengan siapapun!" bentak ku sambil berusaha untuk berdiri, tapi tubuhku tidak bisa di gerakkan dengan leluasa.

Dengan kuat dia mencengkeram bahuku dan mengarahkan tubuhku menghadapnya. "Kau tidak akan bisa pergi kemanapun, karena kakimu sudah ku suntik sesuatu yang dapat melemahkan otot kakimu. Tenang sayang itu akan melumpuhkan mu sementara saja." Ujar pria di depanku.

"Lepaskan aku, papa tolong aku". Ucapku tanpa suara. Hari ini aku sangat sial harus bertemu dengan pria ini, sekarang tidak ada siapapun yang bisa menolongku.

Dia kembali menarik ku kedalam pelukannya, aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya bisa menangis tersedu-sedu sambil dia mengusap lembut pucuk kepalaku.
Tidak beberapa lama pria yang memeluk ku sudah terlelap, mataku menjalar ke seluruh ruangan, ini seperti kamar yang sangat luas. Mataku menatap jam yang menunjukkan pukul dua dini hari. Apa selama itu aku terjebak disini?

Kalaupun ada kesempatan untuk kabur, aku pasti tetap tidak bisa lari karena kakiku terasa seperti tidak bertulang, aku tidak mampu untuk berjalan bahkan sekalipun untuk berdiri saja aku tidak mampu. Tapi saat ini juga aku merasa ingin sekali untuk buang air kecil. Tidak mungkin aku berjalan menuju kamar mandi, mataku beralih pada pria yang terlelap di sampingku. Ku tepuk ringan wajahnya, matanya terbuka dan menatapku dengan sendu.

"Ada apa sayang?" Tanyanya sambil tersenyum dan mengecup kening ku sekilas. Aku diam saja, karena rasa ingin buang air ini sudah tidak bisa di tahan.

"Aku ingin sekali buang air." Jawabku seadanya, walaupun aku sangat malu untuk mengatakan itu, tapi saat ini bukanlah itu yang harus di khawatirkan tapi bagaimana jika aku kelepasan.

Dia bangkit mengangkat tubuhku lalu membawaku ke kamar mandi dan mendudukkan tubuhku di atas toilet. Dia langsung keluar dan menutup pintunya.

Dengan cepat ku keluarkan semua cairan kemih ku. Aku terheran sekaligus bingung, mengapa pria sepertinya kehilangan akal dengan melakukan ini kepada seorang wanita. Aku tidak takut padanya tapi aku tidak mau di perlakukan seperti ini olehnya, dan aku sangat bersyukur karena dia tidak berlaku kasar padaku tapi tepatnya belum. Sampai kapan aku berada disini? Sebaiknya ku tunggu kakiku bisa bergerak baru aku akan memikirkan cara bagaimana bisa keluar dari rumah pria ini.

"Sayang, sudah selesai?" Tanyanya dari balik pintu.

"Iya sudah" jawabku. Dia membuka pintu lalu kembali mengendong tubuhku dan membaringkan di atas ranjang di susul dia yang langsung kembali memelukku.

Dia sepertinya sangat penat, baru sebentar saja dia berbaring tetapi aku sudah bisa berasumsi jika ia sudah terlelap. Yang ku bisa hanyalah menatap wajahnya yang terlihat polos dan letih. Hingga akhirnya aku merasa mengantuk dan tertidur.

***

"Sayang bangun ini sudah hampir siang". Samar-samar aku mendengar suara seseorang berbisik tepat di telingaku, dan sesekali aku merasa geli di area telingaku.

Perlahan ku buka mataku dan melihat sosok pria itu lagi tepat di depan wajahku dengan penuh senyum. Aku tidak bisa berkata apa-apa aku hanya berbalik memunggunginya. Dengan cepat dia membalikkan tubuhku dengan kasar, aku merintih kesakitan saat badanku di hentakan.

My Plot Twist.Where stories live. Discover now