0 7 - Prodigium Electric Project

Start from the beginning
                                    

Sepanjang perjalanan ke ruang guru, matanya terus mencari keberadaan para komplotan pencuri mesin waktu. Alfan berpapasan dengan Stark, namun pria itu sekalipun tidak melirik Alfan. Alfan bersyukur karena hal itu. Sesampainya di ruang guru, dia sungguh terkejut karena melihat dua dari mereka, rupanya ada di sekolah ini pula.

Dengan langkah santai, Alfan berjalan menghampiri guru bahasa Indonesia nya yang duduk bersebelahan dengan pria yang merupakan salah satu musuhnya.

"Selamat siang bu Ivy. Ada perlu apa anda memanggil saya?" Alfan sesekali melirik pria itu yang rupanya tengah menatap tajam dirinya.

Wanita paruh baya bernama Ivy itu mengeluarkan beberapa kertas dari map birunya. "Begini Alfan, nilaimu cukup memuaskan dalam mata pelajaran saya padahal kamu itu baru saja pindah dari Amerika bukan?"

"I-iya." Jawab Alfan gugup, dia lupa kalau harusnya dia menutupi kecerdasan otaknya.

"Jadi, bagaimana bisa kamu pintar bahasa Indonesia?"

Alfan berpikir keras sambil melirik pemuda di samping bu Ivy yang kini sudah mengalihkan pandangan nya pada buku-buku. Tiba-tiba sebuah ide terbesit di otaknya. "Ah itu, aku punya guru kursus bahasa Indonesia. Aku juga suka membaca artikel-artikel berbahasa Indonesia."

"Oh begitu ya. Bukankah rumahmu dekat dengan Edward?" tanya bu Ivy.

"Benar."

"Tolong ajari dia materi-materi ini. Dia cukup bodoh dalam bahasa Indonesia." bu Ivy memberi Alfan dua lembar kertas buram berisi materi-materi bahasa Indonesia semester ini.

"Baiklah bu."

"Kau bisa kembali."

Alfan mengangguk dan segera keluar dari ruang guru tersebut. Yang jadi masalah adalah, Edward itu pintar bahasa Indonesia. Lalu kenapa bu Ivy bilang dia bodoh? Bahkan Edward pun berbicara dengan bahasa baku. Alfan merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan semua ini.

Bahkan hingga bel pulang pun Alfan tetap tidak berencana menanyakan perihal ini pada Edward. Alfan sendiri belum mendapatkan jawaban atas sikap bungkam Edward. Entah ada apa dengannya.

Alfan memutuskan pulang dengan jalan kaki bersama Edward seperti kemarin. Sepanjang perjalanan Edward tak mengatakan apa pun. Alfan yang tidak suka suasana seperti ini pun berinisiatif membuka topik, namun Edward sudah mendahuluinya.

"Katakan siapa sebenarnya dirimu!" bentak Edward.

Alfan mengernyit bingung. Apakah Edward sudah tahu tentang dirinya yang bukan manusia zaman ini? Itu yang benar-benar membuat Alfan marasa gelisah. Bisa-bisa misinya gagal saat ini juga.

"Apa maksudmu?" Alfan bertanya dengan nada sewot.

Edward mencengkram kerah baju Alfan dan membawa Alfan ke belakang semak-semak. "Kau pasti berpura-pura. Katakan saja siapa dirimu sebenarnya!" perintahnya.

Alfan melepaskan cengkraman Edward dan menyeringai. "Hah! Berhentilah bertindak bodoh Ed."

Edward merasa terhina. "Kau! Kau itu..."

"Apa?" sahut Alfan.

"Kau Alien kan!"

Hening. Sesaat kemudian Alfan tertawa terbahak-bahak. Dia cukup senang dengan fakta bahwa Edward tidak akan menebak yang aneh-aneh.

Time Explorer: VastataWhere stories live. Discover now