0 7 - Prodigium Electric Project

Start from the beginning
                                    

"Maksudmu Prodigium Electric Project?" tanya Rian.

Dareen mengangguk.

"Apa hubungannya?" tanya Alfan yang sudah bingung tujuh keliling dengan ucapan berbelit-belit mereka.

"Rumornya Professor Aldi terakhir kali terlihat 30 tahun yang lalu tepat setelah proyek itu di hentikan. Ada yang bilang dulu Indonesia punya sisa Azurium. Menurutku proyek itu ada hubungannya dengan Azurium." Dareen berdiri dan mulai berjalan mondar-mandir untuk berpikir.

"Sekarang semua sudah jelas." kata Alina yang sejak tadi hanya diam menyimak. Semua pun menatapnya heran.

"Apanya yang jelas?" tanya Alan.

Alina mengambil sebuah kertas kosong dan menggambar objek lingkaran dengan tulisan-tulisan pada tiap objeknya. "Begini, proyek itu mungkin hanya bisa dijalankan dengan Azurium." Alina mulai mencoret-coret dan menarik garis panah. "Bisa jadi mereka kesulitan mengendalikan Azurium dan menghentikan proyek ini. Lalu demi keamanan Azurium, mereka menugaskan beberapa orang ke zaman lain dan menyembunyikannya. Tetapi aku rasa Alfan bisa jadi merupakan proyek Azurium yang berhasil."

Hanum mengambil alih pensil yang di pegang Alina. "Atau mungkin Azurium terlalu kuat dan akan sulit di kendalikan dalam skala besar. Alfan berhasil karena dia dalam skala kecil. Lalu yang jadi pertanyaan adalah sebesar apa proyek yang kalian maksud?" tanya Hanum pada Rian dan Dareen.

Rian dan Dareen saling berpandangan. "Sebesar gedung Starla." jawab Dareen.

"Jadi itu semacam monster?" celetuk Alfan.

"Baiklah sekarang kita buat bagannya." Alina melanjutkan mencoret-coret. "Pertama mereka mencuri mesin waktu untuk mencari Azurium. Kedua, mungkin mereka akan melanjutkan proyek itu. Ketiga, mereka akan akan menguasai dunia dengan monster itu. Dan kita mati."

Mereka terdiam selama beberapa saat. Masing-masing tengah memikirkan tentang nasib dunia yang kini berada di tangan mereka.

"Benar-benar seperti cerita fiksi. Pada akhirnya semua tokoh antagonis akan bermimpi menguasai dunia." ujar Alfan sambil merapikan kembali mesin jamnya.

"Dan kita sebagai protagonis harus menghentikan mereka." sahut Hanum.

"Aku tidak menyangka bisa sampai sejauh ini." gumam Shera. "Aku rasa ini sudah diluar kuasa kita. Ini bukan tugas kita lagi kan?"

"Apa kita harus katakan ini pada pemerintah?" tanya Alan entah pada siapa.

Dareen memalingkan wajah dan mengibas tangannya. "Percuma. Mereka tidak akan percaya. Lagipula proyek itu sudah di tinggalkan. Presiden yang sekarang kan juga sudah berganti."

"Kita bertujuh, sekarang harus berjuang sendiri." sahut Rian.

"Siapkan diri kalian."

♣♣♣

Hari ini teman sebangku Alfan terlihat lesu dan tak bersemangat. Lingkaran hitam di sekitar matanya cukup membuktikan bahwa dia tidak tidur semalam. Edward terlihat begitu menyedihkan, belum lagi seragamnya yang dipakai asal-asalan dan rambut yang acak-acakan. Edward bahkan mendadak bersikap dingin pada Alfan. Dia hanya menjawab pertanyaan Alfan dengan singkat, padat dan jelas. Seolah-olah Alfan adalah mahluk paling tidak penting di dunia ini.

"Alfan, guru bahasa Indonesia menyuruhmu ke ruang guru." ujar salah seorang siswa laki-laki bernama Dito.

"Ya." Jawab Alfan sambil melangkah keluar ruangan.

Time Explorer: VastataWhere stories live. Discover now