Sosok gadis manis dan modis sedang mengayunkan jemarinya diatas secarik kertas, dia baru saja menyelesaikan tugas yang diberikan dosennya, kemudian dia mengeluarkan satu buku berwarna Pink yang berhiaskan motif bunga, lalu membuka lembar demi lembar, ada beberapa foto yang terpajang disana yang kemudian diselingi tulisan- tulisan indahnya.
“Sebenarnya, sudah lama aku mengagumi kamu, tapi apakah bisa kamu melihat aku? Ya Alloh, Engkau yang tahu gelisahnya hatiku, kirimkan lah pangeran itu, sesungguhnya Engkau maha Tahu isi hati hambaMu,” setelah paragraf terakhir selesai ditulisnya, ia pun kembali memasukkan buku kesayangannya ke dalam tasnya.
Kemudian ketika hendak bangkit berdiri, tiba- tiba saja Jihad masuk kedalam kelas hendak mengambil tasnya yang tertinggal, satu detik kemudian pandangan Shabrina bertumbukan dengan pandangan Jihad, dag dig dug jantung Shabrina meliar, kemudian tiba- tiba saja dadanya sesak, langkah kakinya pun terasa berat seperti ada yang menahannya, sejurus kemudian Shabrina menundukan kepalanya, barulah ia bisa berjalan meski dengan langkah sangat perlahan menghampiri pintu keluar kelas.
Sedangkan Jihad yang sejak tadi memperhatikan kegugupan Shabrina hanya bisa melihat punggung Shabrina yang perlahan menghilang ditelan jarak.
Shabrina pun keluar menuju gerbang kampus, dan terlihat sebuah Innova putih sudah terparkir untuk menjemputnya, ketika sampai rumah, Shabrina langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya lalu melepaskan semua atribut kampus yang melelahkan.
Kemudian Shabrina bangkit menuju meja belajar yang berhadapan dengan jendela kamarnya, tampak diluar langit senja sedang merayu mentari agar cepat terlelap, hingga sebentar lagi akan muncul bintang- bintang berkelip mendamaikan hatinya yang selalu menjadi pemandangan favorit Shabrina di malam hari
Shabrina pun mengambil buku kesayangannya yang kemudian diletakan diatas meja belajar dan dibuka lagi buku pink tersebut. Shabrina kembali menggoreskan penanya dan kembali menuangkan isi hatinya.
“Ya Alloh, tatapan apa lagi yang siang tadi menusukku? Kenapa tatapannya begitu tajam? Semuanya hanya Kau yang tahu ya Alloh.”
Kemudian Shabrina menarik laci dan memasukan buku hatinya tersebut dan menguncinya, Sharina pun beranjak ke tempat tidur, membaringkan tubuhnya, lalu menarik selimut kemudian memeluk bantal guling kesayangannya. Shabrina pun terlelap.
___________________________________________________________________________
Pagi ini Shabrina berjalan terburu- buru menuju kelas, karena hari ini hari Rabu pagi, dosen hari ini tak mengenal kata terlambat dan tak akan membuka pintu untuk mahasiswa yang terlambat masuk ke kelasnya. Disaat yang sama Jihad pun hendak mengambil absen dengan sama terburunya, ia menabrak Shabrina, hingga buku- buku yang dibawa Shabrina bertebaran di sekelilingnya, "deg!" Jantung Shabrina berdebam lagi.
Jihad pun tak membuang waktu, ia membungkukan badannya dan menahan sebelah lututnya lalu mengambil satu- per satu buku yang berserakan, Shabrina pun ikut membantu, namun yang diperhatikan bukan bukunya yang jatuh, tapi wajah tampan Jihad yang selama ini selalu menghantui harinya.
Merasa sedang diperhatikan Jihad pun mendongakkan pandangannya agar sejajar dengan Shabrina, “apa ada yang salah sama wajahku Shab?” Shabrina yang setengah melamun itu terperanjat dengan teguran Jihad yang tepat dihadapan wajahnya.
“Eh.. engh.. enggak kok, maaf aku cuma...” Shabrina ragu.
“Cuma apa Shab?” tanya Jihad tak sabar, “ah nggak lupain aja,” Shabrina pun dengan terburu menyerobot buku- bukunya yang ada digenggaman Jihad, kemudian langsung berdiri menuju kelasnya menjauhi Jihad.
Jihad yang hanya bisa melongo memperhatikan kepergian Shabrina menuju kelas, baru bisa tersadar setelah Shabrina menghilang dibalik pintu kelas, ia pun kembali ke tujuan utamanya semula yaitu mengambil absen.
YOU ARE READING
Be My Wife Again [Sudah Terbit]
RomanceKetika hati bimbang karena suami menikah lagi, hingga tiap sudut ruangan sesak dipenuhi belati, dan tiap bulir bening yg jatuh seakan tak mampu mewakili untuk merebut kembali belahan jiwamu yg jatuh hati lagi, hingga kecemburuan selalu menelusup ke...