"Kenapa?" Rio mengulang kata yang baru saja diucapkan Carina seraya tersenyum manis kearahnya, "Tentu saja karena aku ingin melihatmu menderita. Aku sudah dapat izin dari boss untuk menyiksamu dengan caraku sendiri."

Carina terkesiap ketika Rio mendekatinya seraya mengeluarkan sebuah pisau lipat dari dalam sakunya. "Kau pasti akan menyukainya."

Deg!

Jantung Carina hampir saja berhenti ketika Rio menyapukan ujung mata pisau yang ia pegang di pipi kanannya yang langsung membuat kulitnya tergores dan meneteskan darah berkat tajamnya pisau itu.

Rio tertawa keras saat melihat tubuh Carina yang gemetaran, dan juga ekspresinya yang ketakutan. "Hahaha! Kenapa? Kau takut pada benda kecil seperti ini?"

"Boss bilang kekuatan Holder dan Revolder sama sekali tak mempan padamu. Belum lagi innermu yang tiba-tiba menghilang begitu saja. Itu semua sangat mencurigakan." Rio menarik kembali pisaunya dari depan wajah Carina lalu berjalan memutar hingga berada persis di belakangnya.

Carina menutup matanya ketakutan saat merasakan sebuah tangan melingkar di lehernya, "Karena itu, boss mengijinkanku untuk menyiksamu dengan kekuatan fisik atau apa pun yang membuat kau kesakitan setengah mati." Bisiknya kemudian menarik kuat rambut Carina dari belakang yang membuat kepalanya tertarik dan mendongak mengikuti arah tarikan.

Sratt!!

Carina kembali terkesiap saat Rio memotong rambut panjanganya dengan sekali gesekan pisau.

"Hahahaha! Sangat menyenangkan melihatmu yang sekarang ketakutan seperti ini. Ke mana dirimu yang kemarin berusaha membunuhku?"

"Diam kau! Keparat!" teriak Carina tiba-tiba.

Srat!

"Akh!!" Carina meringis kesakitan saat merasakan lengan kanannya tersayat. Darah mulai menetes dari sayatan lumayan dalam yang dibuat oleh Rio.

"Oh, rupanya kau masih punya tenaga untuk berteriak." Rio tersenyum dan kembali berdiri di hadapan Carina.

Srat!

Rio kembali menorehkan sebuah sayatan di wajah Carina yang langsung membuatnya berteriak mengumpat kesakitan. "Bedebah sialan! Akh!!"

"Lihat wajahmu sekarang. Kasihan sekali, wajahmu sangat buruk dan jauh dari kata cantik dengan luka-luka itu." katanya pura-pura iba.

Srat! Srat!

Kali ini lengan dan kakinya yang tersayat, sehingga tubuhnya dipenuhi darah yang berasal dari sayatan-sayatan itu ...

Bugh!

Rio menendang perut Carina hingga ia beteriak kesakitan. Tak hanya menendangnya, ia berlama-lama menginjakkan dan menekankan kakinya di perut Carina.

"Uhuk! Ukh!" Carina mengeluarkan isi perutnya dan mengenai celana serta sepatu yang dipakai Rio.

"Ah!! Kau menjijikan sekali!" umpatnya seraya menampar wajah Carina dengan kuat.

Rio tak kunjung berhenti menyiksanya. Ia kembali menghantam dada dan perutnya hingga gadis itu bahkan tak sanggup untuk sekadar bersuara, apalagi berteriak kesakitan. Carina merintih pelan seraya berusaha untuk meraup oksigen sebanyak-banyaknya.

Tak bisa. Ia kesulitan bernapas. Kesadarannya hampir hilang ketika sebuah suara terdengar dari speaker.

"Cukup Rio! Kau sudah melewati batas!" suara Arvis terdengar sangat geram. "Keluar dari sana sekarang!"

Rio terdiam lalu sesaat kemudian berbalik ke arah pintu keluar ketika mendengar suara pintu terbuka. Beberapa orang dengan pakaian perawat masuk untuk memeriksa keadaan Carina.

HOLDER : Elsewhere (END)Where stories live. Discover now