"Bagaimana ini, Archi?" Tanya Dindra ketika Leron pergi ke luar ruangan untuk membawa makanan dari dapur.
Archi memalingkan kepala. Ia ragu. "Entah apa yang akan terjadi, satu yang pasti, Leron tak bisa dihentikan."
Dindra menghirup nafas lelah. "Haruskah kita?" Katanya menyerah.
"Harus apa?"
"Membantu Leron?"
Archi terkejut. "Kau sudah gila?"
"Ini semua memang gila!"
"Lantas untuk apa kau ikut menggila?"
"Dia sahabat kita, Archi! Sahabat!"
"Benar. Karena itulah kita di sini, untuk mengingatkan dia!"
"Tapi kau tahu sendiri kalau dia susah diingatkan!"
Archi terdiam. Ucapan Dindra seratus persen benar. "Apa yang kau rencanakan, Dindra?" Katanya memelan.
"Kita harus membantunya." Jawab Dindra singkat.
"Haruskah?"
"Ya! Kalau memang ini harus terjadi, maka terjadilah. Leron menghadapi resiko yang teramat besar. Dia perlu kita —sahabatnya."
"Menurutmu begitu?"
"Apa kau akan terus menutup mata? Aku yakin kau sama sakit hatinya ketika melihat orang-orang tak bersalah mati terinjak robot. Leron sudah menyadarkan kita! Apa kau lupa kalau teknologi diciptakan untuk membantu manusia, bukan untuk-"
"Menghancurkan manusia? Ya. Aku takkan pernah lupa."
"Jadi?"
"Kita bantu Leron melakukan aksi ini?"
"Bersama-sama, kita pasti bisa."
Sedetik kemudian pintu terbuka —menampakkan Leron dengan segala makanan yang ia bawa. Leron mematung ketika melihat dua temannya berdiri sambil bersalaman. "Apa yang kalian lakukan?" Katanya kebingungan.
Archi dan Dindra tersenyum. "Sepertinya untuk menjalankan ambisimu, dibutuhkan tim yang ahli dan kompeten." Kata Archi kemudian.
"Ya Tuhan! Apa jangan-jangan..." Sahut Leron terbata-bata.
"Bagaimana? Kau perlu bantuan?"
Leron tersenyum ceria. "Tentu saja! Ini benar-benar membahagiakan! Kita akan menjadi tim yang sempurna!" Teriak Leron tak percaya. "Terima kasih." Lanjutnya sambil memberikan nampan berisi makanan ke hadapan dua temannya.
Malam ini, sebuah tim pun terbentuk: sekelompok remaja cerdas yang berambisi membuat perubahan untuk dunia. Dipikiran mereka hanya satu, yaitu, perdamaian.
Mereka tidak memikirkan akibat yang mungkin timbul jikalau aksi mereka menyimpang dari ekspetasi. Tentu saja, sekali lagi, mereka hanya remaja. Belum tahu apa itu perang yang sesungguhnya. Belum tahu mengapa perang bisa terjadi. Di otak mereka yang labil, hanya berprinsip: kebenaran harus ditegakkan.
YOU ARE READING
RUN! Robots Everywhere
Science FictionSemua berawal ketika Leron merealisasikan ambisinya untuk membantu China melawan Korea Utara dalam perang robot. Dibantu dua orang teman, Leron diam-diam menggunakan teknologi perusahaan ayahnya agar aksinya berjalan lancar. Alih-alih menyelesaikan...
Chapter 2 : Invention
Start from the beginning
