"Aku tak mengerti, program apa yang sedang kau buat?" Tanya Dindra sambil memperhatikan beberapa chip dan komponen lain yang terbuat dari tembaga.
"Sesuatu yang dapat mengguncang dunia." Jawab Leron sambil tersenyum percaya diri.
Dindra bergidik. Dia teringat pada suatu kejadian dimana Leron pernah membuat satu alat canggih. Leron sempat berkata "Alatku ini dapat mengguncang dunia." Lalu setelahnya, taman kota meledak —hancur lebur. Hal itu membuat Leron menjadi terkenal. Ayahnya bertanggung jawab untuk menanggulangi kerusakan yang telah dibuat Leron. Sungguh kejadian yang menggemparkan!
Kali ini, apa lagi yang akan Leron buat? Karena sepertinya, ini akan menjadi sesuatu yang luar biasa, mengingat daya pikir Leron sudah meningkat pesat. Plus, Leron adalah remaja yang dididik penuh ayahnya untuk menguasai teknologi.
"Apa lagi yang akan kau ledakan setelah taman kota? Hmmm biar kutebak. Stasiun monorel? Bandara? Pelabuhan? Ah ah atau... sekolah yang dulu pernah mengalahkan kita di kejuaraan sains nasional?" Kata Dindra antusias.
Leron menyipitkan matanya. "Sudah berapa kali kubilang, hancurnya taman kota itu bukan salahku. Itu sebuah kecelakaan!" Katanya memprotes. "Dan untuk apa aku meledakkan tempat-tempat yang kau sebutkan tadi? Aku, kan, cinta damai."
"Ya, ya. Terserah kau saja."
"Serius, Leron. Apa yang akan kau lakukan?" Ucap Archi kemudian.
"Kau sahabatku, Archi. Kau sudah tahu sifatku." Jawab Leron setelahnya.
Archi terkejut. Dia menatap Leron dengan tak percaya. "Apa kau serius? Ayolah, Leron, ini tidak lucu. Kita tak perlu ikut andil dalam perang itu!" Teriak Archi frustasi.
"Kalau kau tak mau, yasudah. Aku bisa sendiri."
"Leron, tolong pikirkan lagi."
"Sudah."
"Lalu?"
"Aku sudah membulatkan tekad."
"Ya Tuhan!"
Leron seketika berdiri. Dia menyentuh layar komputer dengan tangannya, lalu sesuatu muncul. "Lihat, apa kau tak prihatin?"
Foto-foto suasana perang, Leron perlihatkan kepada dua temannya. Mata Archi melotot ketika melihat sebuah robot besar dan menyeramkan sedang menghancurkan rumah warga. Ada juga foto yang menunjukkan puluhan orang mati di antara kepingan sampah robot yang hancur.
"Ini... sangat mengerikan!" Teriak Archi setelahnya.
"Betapa kejamnya!" Sambung Dindra tak kalah keras.
"Benar." Sahut Leron tersenyum menang. "Kalian, kan, tahu sendiri, aku keras kepala. Kalau aku sudah bertekad, beribu cara kulakukan untuk mencapai tekad tersebut."
Archi dan Dindra tampak berpikir keras. Satu sisi mereka tahu kalau resiko yang dihadapi Leron sangatlah besar, karena ini menyangkut perang. Tapi di sisi lain, mereka sadar kalau tidaklah mudah menghentikan Leron. Apa lagi Leron memiliki segalanya yang ia butuhkan.
Satu jam berlalu. Archi dan Dindra nyaris masih dalam posisi yang sama —mengamati Leron yang sibuk mengotak-atik sesuatu. Niat mereka datang untuk memastikan ucapan Leron di perpustakaan itu hanyalah angin belaka, ternyata salah. Leron, benar-benar membuktikan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN! Robots Everywhere
Science FictionSemua berawal ketika Leron merealisasikan ambisinya untuk membantu China melawan Korea Utara dalam perang robot. Dibantu dua orang teman, Leron diam-diam menggunakan teknologi perusahaan ayahnya agar aksinya berjalan lancar. Alih-alih menyelesaikan...
Chapter 2 : Invention
Mulai dari awal
