Chapter 1 : Ambition

Mulai dari awal
                                        

"DUNIA MEMBISU KETIKA KOREA UTARA MEMBABI BUTA!"

"Pelankan suaramu atau aku tutup telponnya?"

Leron tercengkat —suaranya berhenti di ujung pita suara yang seperempat detik lagi akan ia teriakkan. "Aku terkejut, sungguh." Katanya kemudian.

"Leron, teknologi Korea Utara memang paling canggih. Tapi tenanglah, tak semudah itu mengalahkan negara besar seperti China."

"Aku mengerti, Archi. Tapi korban terus berjatuhan. Apa kau tak prihatin?"

"Aku prihatin!"

"Lalu?"

"Lalu apa? Kita bisa apa? Yang bisa kita lakukan hanya menyebar kekejaman Korea Utara di internet agar orang-orang ikut prihatin! Tak lebih!"

Leron terdiam. Ucapan Archi mengalahkan egonya. Telak.

Terdengar desahan nafas Archi, sebelum akhirnya ia berkata. "Kita hanya remaja yang mengedepankan kemanusiaan. Untuk masalah perang, masih jauh dari apa yang bisa kita genggam."

"Ya. Perang terlalu rumit." Sahut Leron mulai tenang.

"Mungkin nanti, kita bisa merubah dunia." Jawab Archi.

"Semoga saja."

"Aku tutup telponnya, ya. Sudah malam, aku ingin tidur."

"Lho, bukannya sekarang masih senja?" Leron terkikik geli.

"Ah ya, senja yang melelahkan. Sampai jumpa besok!"

"Oke!"

Nafas Leron melambat seiring berakhirnya percakapan singkat dengan sahabat. Pikirannya mengenai Korea Utara vs China semakin menggentayangi. Dia benar-benar remaja berotak dewasa. Mengapa otak mudanya ia habiskan untuk mengubah dunia?

••

Di pagi hari yang cerah, Leron terduduk di monorel —kendaraan umum serupa kereta api yang menggantung di atas baja dan siap membawa semua orang kemana saja karena koneksinya sudah memenuhi seisi kota-. Ditemani buku ilmu fisika, ia menghabiskan perjalanan ke sekolah dengan memahami ilmu relativitas Einstein.

Sejenak ia berpikir, mengapa di zaman yang sudah maju ini, mesin waktu belum juga bisa dibuat? Padahal, teknologi sudah sangat canggih bahkan sampai hal-hal terkecil.

Ah, berpikir mengenai mesin waktu membuat Leron nyaris gila. Begitu rumit nan membingungkan.

Leron menyapa Dindra ketika ia sampai di sekolah. Perempuan berambut panjang teruntai itu terlihat asyik mengamati robot yang sedang menyiram tanaman.

"Disaat manusia merusak lingkungan, robot ini melakukan sebaliknya. What a good thing!" kata Dindra sambil tersenyum ramah. Leron ikut tersenyum.

Tak lama, datanglah Archi dengan ponsel transparan miliknya yang menurut Leron paling canggih se-Indonesia. Archi bergabung mengamati robot-robot sebelum akhirnya masuk ke kelas.

Selesai kelas, mereka bertiga tidak langsung pulang. Mereka berkumpul di perpustakaan sekolah untuk mendiskusikan perlombaan merakit robot yang akan mereka ikuti tahun depan.

Sudah tak asing lagi, tiga sekawan ini terlampau sering mengikuti lomba. Sudah belasan piala mereka bawa ke sekolah sebagai pemenang.

"Akan kutanyakan malam ini, tenang saja. Chip berspekulasi tinggi itu ada banyak di kantor ayahku." Kata Leron bersungguh-sungguh.

"Pastinya. Perusahaan robot ayahmu yang sudah terkenal sejagad pasti mempunyainya. Chip itu akan membuat robot kita hebat nantinya." Sahut Dindra senang.

Begitulah mereka. Menghabiskan waktu dengan belajar. Berdiskusi mengenai satu ilmu sampai ke akar-akarnya. Dan pada akhirnya, topik akan berlabuh ke perang robot yang saat ini masih menjadi tragedi mengenaskan.

Dindra membuka laptopnya lalu mencari informasi tentang perkembangan terbaru perang robot.

Roti isi yang Leron pegang mendadak diremas-remas ketika mendengar setengah benteng China bagian utara sudah runtuh. Korea Utara memborbardir benteng itu menggunakan robot yang dilengkapi senjata hidrogen bertekanan tinggi.

Negara India, Jepang, dan beberapa negara di kawasan Timur Tengah mengirim bala bantuan ke China berupa pasukan robot untuk mengevakuasi penduduk yang tinggal di sana. Benar-benar menegangkan.

"Tak salah? Banyak robot spektakuler dari Jepang tapi negeri sakura ini hanya mengirim pasukan robot VRX-300 sebagai bantuan? Ya Tuhan! Robot jenis itu sangat payah!" Kata Leron terdengar jengkel.

"Dan India, hanya mengirim robot terbang jenis ALIGATOR SPEED yang sekali tembak langsung roboh? Lebih baik tak usah membantu saja." Tambah Archi tak kalah jengkel.

"Tapi setidaknya mereka membantu, bukan?" Kata Dindra menenangkan.

"Benar. Tapi robot seperti itu, jika terkena bom hanya akan menjadi sampah besi yang tercecer di tanah." Leron masih tak terima.

"Wah wah wah, ada berita live streaming langsung dari Beijing! Mari kita lihat!" Dindra tampak heboh lalu jarinya mengklik web yang menyajikan berita live tersebut.

Mereka saling berpandangan sebelum akhirnya fokus menonton berita.

"Berita ini kami siarkan langsung dari Beijing. Menurut laporan pemerintah setempat, tawaran perundingan damai dari China, ditolak Korea Utara mentah-mentah. Korea Utara akan terus menyerang China....."

BLUGH

Leron seketika berdiri lalu menutup laptop itu dengan cepat. Sontak kedua sahabatnya memandangnya aneh.

Leron mengepalkan tangannya. Terlihat sepercik emosi di raut wajahnya yang polos.

"Kenapa?" Tanya Archi tak mengerti.

"Aku sudah tak tahan!" Teriak Leron gusar.

"Mengapa harus China yang diserang? Mengapa harus sesama Asia?" Desah Dindra yang sekarang ikut gelisah.

"Bukan, Dindra. Bukan itu yang harus kita tanyakan. Tapi, mengapa mereka memulai perang? Hanya karena teknologi sudah berkembang pesat, bukan berarti mereka berhak menunjukkannya pada dunia dengan cara seperti itu!" Timpal Leron.

Mereka menarik nafas lelah. Seolah pikiran mereka terbebani karena perang robot ini.

Lucu, mengingat remaja-remaja lain yang seumuran dengan mereka nyaris tidak mengikuti perkembangan berita mengenai apa yang terjadi di dunia ini. Tapi mereka, bahkan sampai merasa diperlakukan tak adil.

"Hmm, sepertinya niatku harus direalisasikan sekarang." Ucap Leron tiba-tiba.

Kedua temannya saling berpandang bingung.

"Niat apa?" Tanya Archi kemudian.

Leron mengepalkan tangannya. Tatapannya menajam bak serigala mengincar rusa. Bibirnya terkatup kaku.

"Aku," Kata Leron tegas, "Akan menyerang Korea Utara."

••

Yo, ini cerita sci-fict pertama yang gue buat. Kritik dan saran sangat dibutuhkan.

Makasi yang udah baca. Tunggu part berikutnya^^

RUN! Robots EverywhereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang