Why?

858 51 5
                                    

Antony menatap surat ditangannya tidak percaya. Setetes air mata jatuh disusul tetesan-tetesan lainnya. Nafasnya memburu, tidak percaya akan kenyataan pahit yang lagi-lagi menghantamnya.

"A-pa maksudnya ini?" ia menatap Steven yang menundukan kepalanya dalam-dalam, tidak berani untuk melihat ekspresi ayahnya.

"UNTUK SIAPA SURAT CERAI INI STEVEN?!"

Steven berjengit kaget. Tangannya gemetar, ayahnya tidak pernah meneriakinya sekeras ini sebelumnya. Ini yang pertama dan benar-benar terasa menakutkan. "Kakak yang mengajukan surat perceraian itu." pelan. Ia berusaha menjaga intonasi suaranya sepelan yang ia bisa.

Antony membanting surat itu keatas meja. Nafasnya kian tersengal, semburat merah muncul di sekujur tubuhnya. "Steven!" ia memegang dada kirinya, urat-urat di sekitar wajahnya menonjol. Steven panik, ia langsung berlari masuk ke kamarnya dan mengambil ponsel tapi saat ia kembali ke ruang tamu ayahnya sudah tidak sadarkan diri.

"PAPA!"

                      *****

"Kenapa papa bisa sampai seperti ini, Steven?"

Steven menghela napas, tadi ia harus menerima tatapan menyeramkan ayahnya dan sekarang giliran kakak iparnya menatap dengan wajah yang nampak lelah dan ia terlihat semakin kurus.

"Kakak terlihat semakin kurus."

"Steven jangan mengalihkan pembicaraan." Brian mengacungkan jari telunjuknya.

"Aku serius. Aku akan jawab pertanyaanmu tapi kau harus makan terlebih dahulu. Papa akan baik-baik saja." balas Steve tidak kalah serius.

Menghela napas, akhirnya Brian mengangguk dan berjalan gontai menuju kantin rumah sakit. Ia sudah menelepon Dave tadi, mungkin sekarang ia sudah sampai di parkiran. Pikiran Brian benar-benar kacau saat ini. Ya, ia sudah melihat surat gugatan cerai itu.

Apa lagi ini? Amora sudah menghilang selama hampir satu bulan, dan sekarang ia menggugat cerai Brian secara sepihak?

Tidak adakah hal yang lebih menyakitkan yang bisa menghampiri Brian saat ini selain sepucuk surat sialan yang rasanya ingin Brian hancurkan sehancur-hancurnya.

"Bri." Dave mengambil tempat duduk didepan Brian, wajahnya panik. "Om Antony baik-baik saja kan?"

Brian mengangguk.

"Lo benar-benar butuh istirahat, Bri."

"Gue nggak akan berhenti Dave, sampai Amora ketemu. Gue harus tanya kenapa dia milih jalan ini? Ini bukan seperti Amora yang gue kenal, Dave." racau Brian.

Dave meringis melihat wajah sahabatnya, kantung mata yang terlihat jelas, kumis dan janggut yang tidak terawat, ia juga semakin kurus. "Lo butuh istirahat."

"KENAPA SEMUA ORANG SURUH GUE ISTIRAHAT?! GUE BAIK-BAIK SAJA!"

Teriakan itu sontak membuat semua pengunjung di kantin itu menoleh ke arah Brian. Dengan wajah tegang Dave berdiri kemudian menarik kerah baju Brian menjauh dari keramaian.

"Lepasin Dave!"

"You have lost your mind!"

"No! I have lost my life. Since her gone, here." Brian menunjuk dadanya. "My heart's death."

"Lo nggak bisa hidup seperti ini Bri." Dave menarik napas. "Even when you love her, you still have to think about yourself dude. You have Alea if you forget."

Dave menepuk bahu kanan Brian. "Lo bisa melewati ini, Bri. Gue harus pergi sekarang karena nasib perusahaan lo ada di tangan gue."

"Thank's Dave."

Selepas Dave pergi, Brian memerosotkan tubuhnya ditaman belakang rumah sakit besar itu. Air matanya kembali luruh, ia mengambil ponselnya dan begitu ia menyalakan layar foto seorang wanita langsung terlihat.

Tangis Brian pecah. Wanita itu adalah wanita yang sudah dicintainya selama bertahun-tahun. Brian tidak menahan isakannya, wajah Amora di foto itu terlihat sangat bahagia.

Brian memeluk ponselnya erat. Ia mulai meraung, mengeluarkan semua perasaannya yang sudah ditahannya selama beberapa minggu ini.

Ia tidak bisa hidup tanpa Amora. Tidak seperti ini.

Bisakah ia memutar waktu? Kembali pada saat mereka pertama kali bertemu dan mengubah nasib mereka?

Semua memori Indah langsung menghantui kepala Brian sekarang ini.

Senyumnya, tawanya, apapun yang dilakukannya. Brian tidak bisa melepaskan itu semua seperti ini.

Steven menutup bibirnya rapat-rapat. Ia tidak bisa melihat kakak dan kakak iparnya seperti ini. Tapi apa yang bisa dilakukannya? Ia hanya akan menambah beban jika ia memilih untuk ikut terlibat.

Tidak bisakah jalan cerita mereka mulus dan penuh kebahagiaan seperti sebelumnya? Kenapa tiba-tiba hal seperti ini terjadi pada dua orang yang disayanginya?

Kak Amora dimanapun kau berada kau harus tahu bahwa disini, lelaki ini sepertinya tidak akan melepaskanmu dengan mudah.

Kembalilah..

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 20, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Eternal LoveWhere stories live. Discover now