Taengie-ya, wait for me, honey!

Yoojung berlari dengan gila memasuki gang buntu itu. Ia melihat balok kayu rumah Taengie basah. Tentu saja, bodoh! Ini hujan!

Yoojung meringkuk dan mendapati Taengie menggigil kedinginan disana dengan tubuh setengah basah. Segera ia membuka payung dan meraih tubuh Taengie ke dalam dekapannya.

Memastikan Taengie aman di dekapannya, Yoojung segera kembali ke apartemen. Ia harus mengeringkan Taengie.

Yoojung meletakkan Taengie di atas meja makan. Ia berlari masuk ke dalam kamar mengambil handuk kecil. Secepat kilat ia telah kembali dan meraih Taengie yang telah dibalut handuk ke pelukannya.

"Kau pasti kedinginan, iya kan, sayang?"

Taengie hanya mendengkur nyaman dalam pelukan Yoojung. Lantas ia masuk ke dalam kamarnya dan meletakkan Taengie di atas boneka donat raksasa miliknya.

"Tunggu disini, ya. Aku harus mandi. Setelah itu kita bisa makan malam bersama."

Yoojung tersenyum sebelum berdiri. Ia melepas kacamatanya dan meletakkannya di atas meja rias. Lantas segera melepaskan pakaiannya menyisakan pakaian dalam yang masih melekat di tubuhnya.

Taengie memperhatikan dalam diam. Ia sudah merasa hangat dan nyaman. Yoojung menatap Taengie sambil tersenyum sebelum menghilang di balik kamar mandi yang memang berada dalam kamarnya.

Jika biasanya Yoojung menghabiskan waktu satu jam untuk mandi. Kali ini ia hanya menyelesaikannya dalam waktu 20 menit. Mengingat Taengie sekarang di rumahnya, rasanya ia harus segera merawar tampannya itu.

Yoojung keluar kamar mandi hanya dengan lilitan handuk di badannya. Ia tersenyum lebar menatap Taengie yang terus diam memperhatikannya.

Lantas ia melepas handuknya membuat tubuhnya kini benar-benar telanjang. Yoojung berjalan menuju lemari baju. Mengambil pakaian dalam dan baju.

Selesai memakainya ia menggendong Taengie sembari bersenandung. Hujan di luar masih turun dengan lebat dan sesekali guntur datang menyetrum jantungnya.

Ia meletakkan Taengie di lantai dekat meja makan. Lantas ia berjalan menuju lemari es untuk mengambil sosis. Kemudian ia mengambil cup ramen.

Ia memasak ramen sebentar dan menunggu ramen itu jadi. Setelah jadi, Yoojung berjalan menuju meja makan menaruh ramennya disana dan memberikan sosis kepada Taengie.

"Kau tahu, Tae, lelaki yang kusuka berkencan." Yoojung curhat di sela makannya.

Taengie masih sibuk memakan sosisnya. Sesekali anjing itu menggonggong kecil.

"Namanya Park Jimin. Dia tampan dan sexy. Aku tak tahu kenapa aku selalu hanya memandangi lelaki yang kusuka hingga lelaki itu menjadi milik orang lain. Saat SMA pun juga. Aku menyukai ketua tim basket sekolahku dan hanya memandanginya dari jauh. Hingga akhirnya dia berpacaran dengan gadis lain."

Yoojung tersenyum miris. Lantas menyuapkan lagi ramen ke dalam mulutnya. Uap panas keluar dari mulutnya.

"Minseon bilang aku akan melajang selamanya jika aku tak berusaha. Aku tak tahu. Hanya saja, mendekati seorang pria rasanya aneh bagiku. Bukan takut. Entahlah."

Taengie menggonggong membuat Yoojung menoleh dan menatapnya. Sosisnya sudah habis. Lantas setelah itu anjing iti berlari riang mengitari ruangan.

Yoojung terkekeh. Lihatlah, tampannya sudah sehat kembali. Syukurlah jika begitu.

---

Malam semakin larut dan Yoojung baru saja menyelesaikan tugas kuliahnya tepat jam 12 malam. Taengie belum tidur dan masih setia menemaninya di atas boneka donat raksasanya. Itu sudah menjadi kasurnya.

Mad Dog✔Where stories live. Discover now