Epilog

3.9K 151 5
                                    

15 tahun kemudian

Prilly Pov

Tuhan berbaik hati kepada ku, memberikan dua malaikat yang kini telah tumbuh besar. Kedua malaikatku kini telah meranjak Dewasa, aku bangga memiliki mereka aku percaya akan sesuatu keajaiban yang akan datang yang selalu Ali bisikan saat menjalang tidur. Sosoknya membuat kedua anakku tumbuh dengan tegar seakan bunga mawar yang tumbuh di terjangnya karang yang mustahil untuk bisa tumbuh, tapi aku yakin semakin kuatnya ombak menerjang mawar ku dan Ali tidak akan bisa terhempas sejauh berkilo-kilo Meter mereka hidup terpisah dengan ku aku menyakininya jika mereka akan kembali ke pelabuhan mereka. Kini waktu sudah cepat berlalu kisahku dan Ali kini telah berhenti dari dua tahun yang lalu, tapi kenangan itu masih terlihat basah. Aku bersandari di punggung kursi menatap lurus hamparan langit yang terbentang luas, burung-burung masih terlihat menandakan mereka tengah sibuk mencari buah-buahan untuk anak-anak mereka. Hembusan angin bisa kurasakan semakin ku rasakan semakin dingin udara di sini tapi itu tidak membuatku enggan meranjak, kilauan cahaya matahari masih menerangi bumi yang sunyi ini. Dulu aku selalu tergoda mengusik Ali untuk mengambil ikan koki yang berada di dalam kolam  itu dengan senang hati Ali slelau mengabulkannya tetapi semakin hari aku tidak bisa hidup tanpanya, sempat ingin mengakhiri hidup kalau aku tidak ingat Tya ingin egois tapi aku memiliki dua malaikat yang ingin ibunya bersama mereka. Disini lah aku sendiri termenung menanti menjelangnya usiaku.

"Kamu masih disini?" suara merdu yang selalu ku ingat dan tak pernah kulupakan terdengar, tangan hangatnya mengusap pelan bahuku aku menatapnya memberikan senyuman yang singkat dan kembali memandang hamparan luas.

"Ma aku kangen Ali." ya suara yang aku katakan adalah suara mamaku, mama mengusap bahuku memberikan ketenangan disana dan aku hanya bisa diam merasakan setiap sentuhan yang selalu mama berikan selama dua tahun ini. Raga dan nyawaku seakan ingin terpisah pikiran gila itu selalu muncul saat aku memikirkan Ali, aku belum rela atas kepergiannya.

"Mama tau kamu kangen Ali sayang, mama juga kangen Ali sepeti mama kangen Papamu. Tapi percayalah mereka baik-baik saja disana mama yakin mereka juga tengah melihat kita, Ali selalu mampir untuk pulang melihat mu dan anak-anak kalian Ali selalu ada disampingku percayalah insyah allah kalian akan di persatukan lagi dengan cara yang berbeda." wanita paruh baya itu menarik tangannya dari bahu Prilly kini kedua tangan yang mulai keriput itu saling terpaut ia juga merindukan sang suami tapi ia tidak mau kerinduannya ini membuat Prilly mengingat suaminya dan juga ayahnya.

"Maa apa kabar Tya dan Arsya?" aku bertanya menoleh ke mama, ku lihat mama hanya tersenyum.

"Mereka baik-baik saja kalau mereka melihat mamanya juga baik-baik saja. Mama tau kamu jarang memberi kabar atau hanya sekedar tukar kabar ke anak mu, tapi mama sarankan kamu memberi kabar ke mereka agar mereka masih bisa merasakan sosok ibu. Mama tau kamu terpukul atas kepergian Ali tapi kamu jangan lupa memberi tanggung jawab lebih atas anakmu." aku tertegun mama benar aku jarang peduli dengan anak-anak ku, sudah duat tahun kepergian Ali dan aku hanya diam diri tanpa mau menyapa atau menghubungi mereka. Aku tau pasti Tya akan marah ke aku yang sudah membuatnya lelah akan perlakuan ku terhadapnya, hanya saja mereka sudah jauh dari tempat ku berada mereka telah berada di negara yang berbeda.

"Aku salah, sebenarnya aku yang akan menjaga mereka selayaknya ibu-ibu yang lain tapi aku terlalu bodoh membiarkan mereka begitu saja. Aku memang ibu yang tidak berguna ma aku hanya memikirkan diriku sendiri aku salah ma" aku menangis di pelukan mama tidak bisa aku sesali segala sesuatu yang telah terjadi, maafin aku mas maafin aku yang sudah menjadi ibu yang tidak berguna.

ILY[2/1] [Complate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang