Arsya dan Tya

2.4K 122 1
                                    





"Auty ayo."

"Iya sayang sebentar Auty mau ngambil barang kita dulu" Popy sibuk mengambil tas-tas yang baru saja di periksa oleh petugas bandara.

"Sayang, sini biar aku yang bawak" sandy menghampiri Popy yang kesulitan mengambil barang-barang mereka.

"Uncle Tya mau pinjam ini" tunjuk gadis itu ke salah satu barang yang di selampirkan Sandy di lehernya, Sandy melihat apa yang di tunjuk gadis kecil itu ternyata sebuah kamera yang ia gantung di leher.

"Hati-hati tapi ya"

"Oke uncle " Sandy memberikan kamera itu ke Tya sedangkan gadis itu dengan antusias mengambilnya dan memotret objek yang ia lihat. Sedangkan Arsya cowok itu sibuk dengan sarung tangannya dan juga topi yang di pakai.

"Udah siap?"

"Udah" seruh Popy sama Tya. Sandy melirik ke arah Arsya anak cowok itu tengah berusaha memasukan jemari nya sesuai dengan sarung tangan yang ia pakai.

"Kamu kesulitan banget kayaknya?" tanya Popy yang juga melihat Arsya.

"Nggk kok, ini dikit lagi" dua menit akhirnya Arsya sudah selesai membenarkan letak jemarinya sesuai sarung tangannya. Sekarang mereka keluar dari bandara menuju parkiran taksi yang mangkal di depannya

Setelah dapat Sandy sibuk memasuki barang mereka di bagasi sedangkan anak-anak bersama Popy di dalam. Dan mereka pun berjalan menuju tempat tinggal Prilly dan juga Ali, Popy sengaja tidak memberi tau kehadiran dua malaikatnya Prilly hanya tau jika dirinya dan Sandy hanya ingin berbulan madu.

"Waaahhh auty lihat gedungnya sangat tinggi-tinggi sekali, berbeda dengan di jakarta" seruh Tya yang menunjuk-nunjuk gedung di sisi kanan, Popy tersenyum mengelus rambut ikal anak itu.

Arsya tidak terlalu begitu peduli dengan tempat yang pertama kali ia kunjungi, dirinya hanya sibuk dengan komik didalam gengamannya. Popy sangat tau sifat Arsya diturunkan oleh sifat Prilly yang suka sekali membaca, sedangkan Tya sangat rewel yang dituruni oleh ayahnya Ali.

Tiga puluh menit akhirnya mereka sampai di rumah Prilly, segera mereka turun langsung menuju pintu utama sedangkan Arsya dan Sandy tengah sibuk menuruni barang-barang mereka.

Tidak ada jawaban dari dalam, sedangkan Popy melewati alternatif yang lain dengan cara menelfon Prilly dan sayangnya nomor wanita itu tidak aktif.

"Gimana sayang?"

"Nggk di jawab" tutur Popy lesuh dan juga melihat Tya dan Arsya yang berada di sampingnya dengan memeluk diri mereka masing-masing.

"Abang dingin" Tya merajuk ke Arsya sambil menarik-narik jaket coklat anak laki-laki itu.

"Sabar, mama pasti bukain pintu buat kita" Arsya menenangkan Tya dengan merapatkan syal yang dilehernya dan juga mengusap-ucap telapak tangannya agar hangat dan menempel nya ke pipi Tya. Popy yang melihat itu tersenyum simpul sungguh saudara yang begitu baik.

"Sayang gimana kita nunggui mama di kafe itu?" tunjuk Popy kearah kafe yang berada di depan rumah penginapan Prilly.

"Tya nggak mau"

"Tya, jangan kayak gitu. Auty benar kita lebih baik nunggu mama sama papa di sana aja."

"Tapi bang-"

"Yuk kita kesana tan" potong Arsya dan menarik tangan Popy dan juga Tya.
Akhirnya mereka menunggu di kafe tersebut, sedangkan Tya dengan cemberutnya ia duduk didekat Sandy, malas dekat Arsya katanya.

Tya sibuk membenarkan topi yang di pakainya sedangkan Arsya kembali berkutat dengan komiknya. Mereka berbincang sampai akhirnya di mana Tya turun dari temapt duduknya berlarian keluar kafe, Popy yang berusaha menarik Tya ternyata gadis kecil itu lebih lincah ia sudah meninggalkan Popy yang meneriaki namanya.

"Papa!!!" teriakan Tya berhasil membuat Ali menoleh melihat gadis kecilnya yang berlarian kearahnya.

"Tya?putryku?" mata Ali berbinar saat melihatnya dan sayangnya teriakan Tya berhenti disaat decitan mobil terhempas kearah pembatas jalan bersamaan dengan tubuh Tya yang terlempar jauh.

"Tya!!!!!!!" teriakan Ali, Popy,Sandy sedangkan Arsya berlarian kearah tubuh Tya yang terkulai lemas dijalan.

"Abang.." panggil Tya susah payah

"Sttt....kamu akan baik-baik aja dek"

"Abang..."

"Iya Tya"

"Mama"

"Papa" Arsya mengernyit saat nama panggilan itu di ucapkan oleh adiknya, sepertinya gadis kecil itu ingin mengatakan sesuatu.

"Tya" panggil Ali langsung mengendong gadis kecil itu dan ternyata sudah pingsan.

"Tya..papa mohon bangun lah nak" lirih Ali, air matanya tak terbendung lagi disaat tubuh Tya lemas dan pucat. Segera Ali membawanya ke rumah sakit, yang di ikuti Popy dan juga Sandy. Dan disana Arsya melihat sebuah topi yang di pakai Tya tadi, topi itu terlempar jauh. Arsya yang ingin mengambilnya tertunda saat Popy memanggilnya untuk cepat masuk kedalam mobil.

Mobil sedan itu meleset cepat sehingga meninggalkan bercak ban mobil tersebut, Ali membelokan setirnya saat mendapatkan belokan. Arsya hanya diam dan berdoa menanti keselamatan sang adik. Popy menangis melihat kejadian itu di depan matanya, sungguh apa kah tuhan tak berniat menyelamatkan adiknya saat mobil itu belum sampai menabrak tubuh Tya.

-Arsya pov-

Ya allah selamatkan Tya, kenapa disaat kami ingin melihat mama dan papa kenapa disaat yang tidak tepat ini ada kejadian yang menimpah keluarga kami. Arsya tidak tau ini semua sudah kamu atur ya Allah. Ya allah Arsya mohon tolong Tya, Arsya sayang Tya.

"Cepat San!!" ku lihat papa mengambil tubuh Tya yang ada di dalam pelukan tante Popy. Aku berlarian mengikuti langkah kaki papa, sedangkan disini di rumah sakit ini aku tidak tau kenapa kakiku sangat sulit berjalan. Ada apa ini?

"Arsya kamu disini aja dulu ya papa sama tante mau ngurus administrasi Tya, papa sebentar lagi keluar kamu disini aja ya"

"Iya om" aku gugup, aku takut ya tuhan bantu Tya. Ku lihat papa keluar dari ruangan itu matanya sembab.

"Papa"

"Arsya, tante sama om mana?"

"Om sama tante ngurus administrasi

"Pa? Mama mana?"

Aku sejak tadi tidak melihat mama, kemana mama?apa mama tidak ingin jumpa denganku?

"Mama, mama pergi bentar"

"Arsya kangen mama pa, papa nggk bohong kan? Arsya kesini mau jumpa mama. Arsya rindu mama"

"Iya, papa tau bentar lagi mama pulang kamu sabar ya" aku mengganguk, aku melihat om yang menghampiri kami tapi tidak melihat tante Popy disana.

"Popy mana?"

"Masih disana nunggu seseorang"

Aku menunduk, berdoa agar Tya selamat. "Tya...Tya mana? Mana Tya"

"Mama....."

"Arsya Tya mana, mana adik kamu sayang"

"Tya di dalam ma" kenapa disaat aku melihat mama, mama menangis kenapa tidak ada wajah bahagia disana. Kemana mama cantikku? Kemana wajah itu pergi? Apa mama tidak merindukanku? Ya Allah kenapa dengan mama?

Tya baik-baik saja kan ya Allah? Ya Allah Arsya nggk mau lihat mama nangis, aku sayang mama.

"Maa..please jangan nangis, Arsya disini Tya baik-baik aja percaya sama Arsya ma"

"Sayang"

"Aku rindu mama"

"I love you sayang"

"I love you ma" aku sayang mama, jangan bikin mama nangis lagi.

Arsya sayang mama.



####

Naxt
Vote komen

ILY[2/1] [Complate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang