Chapter 5

11 4 0
                                    

Bel berbunyi. Kompak satu kelas bubar dari kandang untuk menyerbu kantin. Hari itu jam kosong, jadi mereka tak perlu adu mulut dengan guru untuk mengakhiri jam pelajaran.

"Kalo mau ke kantin duluan aja ya, gue ada urusan" ucap Okta sambil mengedipkan mata kepada Maya. Maya mengetahui maksudnya.

Okta berlari menuju rooftop dengan wajah berseri-seri. Pasti kali ini ia yang akan menunggu Novel. Saat tiba di rooftop, ia mengedarkan pandangannya. Ia tak melihat Novel. Yes. Kali ini ia yang pertama.

Tak lama kemudian terdengar langkah kaki. Okta tersenyum. Ia yakin itu adalah Novelnya.

Tapi tunggu. Kenapa langkah itu terdengar riuh? Seperti ada beberapa langkah kaki yang menuju rooftop. Saat orang itu terlihat, ternyata itu bukan Novel.

Itu squad yang paling terkenal di SMA TUNAS BANGSA. Exclusive squad. Berisi cewek-cewek cantik, kaya, dan kekinian.

Okta tahu, salah satu member exclusive squad sangat menggilai Novel. Mimik Okta langsung berubah kebingungan.

Geng itu terus mendekat ke arah Okta. Ketua geng itu, Stella, menghampiri okta dengan tatapan benci. Tapi Stella tidak menyukai Novel. Bukan Stella yang menyukai novel.

Okta menghindar dari Stella. Dan di belakang Okta ternyata sudah ada Aldha. Iya. Cewek itu yang menyukai Novel.

Aldha mencengkram bahu Okta, lalu tangan kanannya berpindah mengangkat dagu okta dengan kasar. "Jauhin novel, atau lo bakal lebih parah dari ini" gertak Aldha.

Okta pun mencoba melawan, setelah lepas dari Aldha ia berkata, "Novel bukan pacar elo.".

Aldha yang mendengar itu langsung menghampiri Okta lagi. Ia kembali mencengkram bahu okta. Tatapannya lebih menakutkan dari sebelumnya.

"Kalo gue bilang jauhin ya jauhin. Gak usah mbantah." ancam Aldha. Lalu ia mencengkram kerah seragam Okta. Di robeknya kerah itu yang mengakibatkan semua kancing seragam Okta lepas.

Geng itu segera meninggalkan rooftop sambil tertawa. Tawa itu di penuhi kebencian.

Okta masih di sana. Menangis sambil berusaha menutup tubuhnya dengan jaket.

Untungnya ia membawa jaket karena ia menebak udara di rooftop akan dingin setelah tadi malam hujan.

Saat ia akan turun, terdengar langkah kaki naik. Ia percaya itu Novel. Ia akan minta tolong Novel untuk mengantarnya pulang. Tapi itu bukan Novel.

"Lo di labrak geng Stella?"

"Apa peduli lo? Tau dari siapa lo?"

"Waktu di mading gue gak sengaja denger mereka bicarain lo, katanya seragam lo di robek?"

"Iya"

Tama langsung melepas seragamnya lalu di berikan kepada okta. "Mungkin kegedean, tapi bakal lebih baik daripada pake jaket gitu. Lo bakal kena hukum kalo pake jaket waktu pelajaran."

"Elo gimana?"tanya Okta cemas.

"Habis ini gue pelajaran olahraga sampe jam terkhir. Pake aja. Wangi kok. Hehe"pinta Tama. Ia segera meninggalkan Okta. Ia tak ingin gadis itu lama bepikir untuk berganti seragam.

Di kamar mandi, ia berganti baju Tama. Kelihatan lebih besar dari seragamnya. Tapi benar apa kata Tama, daripada di hukum. Seragam itu juga wangi. Tapi wangi khas cowok. Ia teringat Novel. Kenapa pacarnya itu tidak ke rooftop?

Di kelas, ia langsung duduk dan membaca WA dari novel. Ternyata Novel harus kumpul KIR. Itu sebabnya ia tak bisa menemui Okta. Saat jam pelajaran, Okta senang karena tidak ada yang menyadari seragam itu kebesaran di pakainya.

---
Saat pulang sekolah, Okta berjanji mengantar Maya ke perpustakaan sebentar untuk mengembalikan buku referensi.

Pantas saja Maya pintar. Rajin membaca. Sebelum sampai perpustakaan, mereka melewati lapangan utama. Tampak Tama di hukum hormat bendera. Tama hanya menggunakan kaos putih polos dan celana abu-abu. Okta mengira kalau Tama lupa membawa kaos olahraga.

Maya yang penasaran bertanya pada teman sekelas Tama, "eh Rama kenapa? "

"Gak bawa seragam OSIS katanya. Biasa lah anak nakal."jawab teman Tama.

"Kalian tadi ada pelajaran olahraga?" tanya Okta.

"Enggak, kan olahraganya kemarin, bareng kelas kalian."jawab teman Tama sambil melenggang pergi. Males di tanya lagi mungkin.

Maya yang telah mendapatkan jawaban yang ia inginkan hanya ber oh ria. Berbeda dengan Okta. Ia terus merutuki dirinya sendiri.

Okta pov

Tuh kan gue di kibulin sama Tama. Kenapa juga gue percaya kalo dia ada pelajaran olahraga. Gue juga lupa. Padahal gue tau kalo kelas Tama olahraganya bareng.

Dia itu berusaha banget sih jadi pahlawan gue. Kenapa juga dia yang selalu ada saat gue butuh. Kenapa bukan Novel. Dia kan pacar gue. Kenapa harus Tama. Orang yang gak gue suka.

Author pov

Okta bingung apa yang menyebabkan Tama rela di hukum demi menyelamatkannya. Ia bahkan tak sadar saat di ajak keluar dari perpus.

Pandangannya menuju pada Tama yang masih saja hormat bendera. "Lo ngliatin Rama ta?" tanya Maya sambil mencubit hidung Okta.

Okta yang kaget hanya menggeleng dan mengajak Maya segera pulang. Loh kan yang ngajak pulang sebenernya Maya. Yaudahlah.

NOT todayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang