Chapter 1

30 6 2
                                    

"Turun, ga usah kangen gue ya. Gue balik dulu"

"Ih apaan sih lo, ge er"

Okta pun masuk ke rumah dengan degup jantung yang sulit ia kendalikan. Rupanya ia masih blushing akibat Tama. Di lemparkan pandangannya ke seluruh ruangan di rumahnya.

Lagi. Mamanya tak di rumah.
Okta tahu bahwa mamanya yang menjadi tulang punggung keluarga. Okta tidak seharusnya menyalahkan mamanya karena jarang bersamanya. Ia patut bersyukur karena masih banyak yang lebih menderita darinya.

---
Sesampainya Tama di rumah, telah ada bunda yang menyambutnya ramah, "Makan yuk sayang "

"Yahh tama udah makan bun"

"Padahal bunda udah masakin kamu, special"

"Tapi kayaknya Tama laper lagi, yuk makan bun" refleks bundanya tersenyum pada anak lelakinya itu. Sebenarnya Tama memang masih kenyang setelah tadi makan nasi goreng.

Namun ia merasa sangat bersalah jika menelantarkan makanan bundanya. Ia tak tega melihat bundanya bersedih.

Tama memang terkenal urakan, jauh dari kata rapi. Namun di sisi lain ia adalah anak manis bundanya. Ia selalu menurut apa yang bundanya perintahkan. Tak pernah sekalipun ia membantah wanita teristimewa itu. Ia selalu ingin menjaga bundanya, terlebih menjaga perasaannya.

Ketika memasuki kamarnya, tama tak sengaja melihat lingkaran merah di kalendernya. Besok ulang tahun orang yang ia sayangi. Segera tama bersiap-siap untuk keluar.

"Bun, Tama keluar bentar. Bentar aja." belum sempat bundanya menjawab, Tama sudah meninggalkan garasi.
...
Saat sedang nyaman menonton acara tv favoritnya, Okta mendengar pintu rumahnya di ketuk. Dengan malas ia membuka pintu dengan rambut yang masih berantakan dan memeluk boneka pandanya.

"Loh, ngapain lo kesini lagi. Kok gak ngasih tau dulu"

"Biasa aja neng, maaf ya pangeran udah bangunin beruang dari tidur" kedip Tama jahil.

Okta segera sadar, ia nampak kacau saat menemui Tama. Spontan Okta berlari sambil menjerit, "Duduk Tam, bentar lagi gue balik ". Tama hanya terkekeh geli.

Setelah penampilannya di anggap rapi, Okta segera menemui Tama di teras depan rumah. "Duhh ketemu gue aja pake dandan segala, jadi ngerasa berharga deh gue" Tama terus-terusan menjahili Okta.

Begitulah. Keduanya selalu bertengkar saat bertemu dan selalu rindu saat berpisah.

Tanpa ba bi bu, Tama langsung mengajak Okta mengantarnya. Okta bingung harus bagaimana, tapi akhirnya ia naik ke motor Tama setelah ada adu mulut dan tarik-tarikan tangan(ebuset, kaya KDRT aja).

"Pilihin kue sama kado yang bagus buat cewek"

"Cewek? Siapa?"

"Kepo lo, pilih aja apa susahnya"
Tiba-tiba dada Okta terasa berat, ia ingin marah tapi tak tahu kenapa. Ia ingin menangis tapi apa yang ia tangisi. Tama? Ahh dia bukan siapa-siapa Okta. Mungkin ia hanya kelewat baper dengan tingkah Tama.

Okta bingung harus memilih kue yang mana. "Ya ampun Okta, tinggal milih apa susahnya. Pilih yang lo suka. Lo kan juga cewek. Harus bagus. Dia istimewa di hidup gue". Tanpa di sadari, dada Okta semakin sesak. Gadis itu membutuhkan lebih banyak pasokan oksigen. Air matanya memaksa keluar dari sarang, untungnya ia tetap bisa mengontrol.

Tunggu. Ada dua tetes bulir bening dari matanya. Gadis itu segera mengusap lembut, ia tak ingin terlihat cengeng. Tama pasti meledeknya jika melihat okta menangis-(tanpa) sebab.

Okta memilih kue blackforest dengan chery di atasnya. Rencananya kue itu akan di ambil besok pagi. Tepat sekali karena besok adalah hari minggu. Untuk kado, Tama menyuruh memilih kalung yang menurutnya indah. Okta memilih kalung dengan bandul sederhana tapi terlihat indah dan elegan. Tidak salah Tama mengajak okta.

Di jalan pulang, Tama menyuruh gadis itu agar memeluknya. Bukan karena mesum. Tama hanya takut bila Okta jatuh. Namun tangan Okta tak bergeming dari saku jaketnya. Gadis itu tak mau memeluk Tama. Hatinya hancur. Mulutnya mendadak kecut.
🐞🐞🐞
Yeayyy. Update. Kritik dan saran silahkan di ungkapkan yaa. Salam manis dari author kece😙😙

NOT todayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang