Chapter 2

27 7 0
                                    

Okta pov

Kenapa harus gue? Kenapa Tama ga minta tolong Maya aja, Ida, atau Aya kek. Dia kasih harapan ke gue, tapi ternyata ada cewek lain di hatinya. Lah gue di jadiin apa coba.

Tega bener tu cowok, walaupun gue ga secantik Aya, sepinter Maya, sekaya Ida. Tapi gue juga punya hati. Gue juga ogah kali kalo di jadiin serepnya si Tama. Dasar cowok buaya.

Author pov

Sedih gue liat Okta. Hiks. Hiks
Lanjut ke cerita.

Sebelum mengantar Okta pulang, Tama menghentikan motornya di depan kedai es krim. "Ngapain lagi? Lo minta gue pilihin es krim? Gue udah pengen pulang" dengus Okta sebal, ia masih belum terima di perlakukan seperti ini oleh Tama. Hatinya masih sakit.

"Sekarang pilih es krim buat lo sendiri"
"Gue lagi ga pengen"
"Padahal lo suka banget es krim, yaudah yuk pulang"
"Iya, gue milih deh, orang di paksa juga"

Tama hanya tersenyum gemas melihat Okta yang sebenarnya menginginkan es krim itu. Gadis itu memesan es krim coklat, dengan topping lengkap.

Sementara Tama memesan es krim vanila dengan toping wafer vanila.

"Lo apa-apa serba rasa coklat, rasain vanila nih" ucap Tama sambil menyendokkan es krim ke mulutnya. Sebenarnya Okta membuka mulut untuk memakan es krimnya. Tapi yang mendarat adalah es krim rasa vanila-milik Tama.

"Ih ap, enak banget. Eh tetep enak coklat". Tama ingin mencubit pipi Okta, tapi ia urungkan. Pasti Okta akan memprotesnya dengan suara cemprengnya.
--
"Thanks ta, besok gue jemput jam 9,kalo masih kaya beruang gue siram air keras lo". Belum sempat okta menjawab, Tama telah melaju dengan motor sportnya. Okta bingung, "Jam 9 dia kesini mau apa coba? Kapan hidup gue tenang tanpa dia? Kenapa dia selalu ganggu gue?" dia terus menjerit kesal.

Sesampainya di rumah, ternyata mamanya Sudah pulang. "Dari mama nak? Itu tadi siapa? ". Okta tanpa berbohong menjawab, "Abis makan es krim mah, itu temen sekolah Okta".

Ingin rasanya Okta mengistirahatkan badannya yang capek. Ia ingin say hallo dengan kamarnya. Mama Okta yang melihat anaknya menguap berkali-kali menahan tawa, "Sana tidur, besok kamu bisa bangun siang".

Setelah okta mendapat kecupan di pipinya, ia pun beegegas ke kamar dan segera tak sadarkan diri.
...
Saat membuka matanya, gadis itu melihat mama di sampingnya. "Dibangunin dari tadi juga, ada temen nyariin kamu". Okta bingung, "Temen, suruh ke kamar aja ah ma".

Refleks mamanya meneloyor kepala anaknya, "Dia cowok yang kemaren". Sontak Okta kaget, "Ini jam berapa mah? ". Mama hanya menunjuk jam kamarnya.

Mampus. Jam 9. Ia segera mandi dan berdandan ala kadarnya.

"Maafin Okta ya nak, dia rada lama kalo tidur"

"Iya ga pa-pa tante"

"Mau kemana nak? "

"Mau ngajak Okta ke acara.." belum sempat menjawab, Okta datang tergopoh-gopoh sambil menarik tangan Tama.

Tak lupa ia pamit kepada mamanya tanpa menjelaskan mau kemana.

"Lepasin dulu bentar, entar gue deh yang gandeng elo" perintah Tama. Okta pun kaget dan langsung melepaskan tangan Tama. Ia tak bermaksud menggenggam tangan Tama lama-lama.

Tanpa bertanya, Okta langsung naik motor Tama dan memegangi jaket Tama. Tama merasa kalau itu karena Okta yang masih terbawa suasana terburu-buru.

Saat di jalan, Okta diam. Tama merasa aneh. Biasanya gadis itu mengoceh tak jelas kepada Tama, entah memarahinya karena terlalu ngebut atau sekedar memberitahu Tama tentang hal yang tidak penting.

NOT todayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang