Davka's Side Story

Start from the beginning
                                    

"Kenapa bunda?"

"Biar bagaimanapun, ayah itu juga ayahnya Davka. Kalau gak ada ayah, Davka juga gak akan bisa disini. Nemenin bunda. Bunda marah sama Davka kalau Davka benci sama ayah."

Aku menganggukkan kepalaku seraya tersenyum kepada bunda. "Kalo gitu, Davka gak jadi bencinya."

"Nah, gitu dong."

Dan sehari setelah ayah memukulku, aku dan bunda pergi menjauh.

Sejak saat itu bunda bekerja lebih keras lagi. Bunda jarang pulang. Sehingga aku hanya bisa di rumah dengan mama. Oiya, mama adalah asisten rumah tangga yang bunda pekerjakan. Kenapa aku memanggil mama, karena saat itu hampir seluruh waktuku hanya dihabiskan dengan mama. Jadi aku bisa menganggap bahwa aku masih bersama bunda.

Saat itu aku masih duduk di kelas 3 SD. Setiap hari bunda selalu menelponku tentang perkembanganku di sekolah. Ia juga selalu menyempatkan diri untuk menemui wali kelasku. Aku tahu, bahwa bunda benar-benar khawatir padaku.

Jadi, aku berpura-pura menjadi anak paling bahagia di sekolah. Hingga berita ayah yang mencampakanku mulai tersebar di sekolah. Banyak akan yang memandangku sebelah mata dan tak mau berteman denganku. Dan sepertinya ibuku menyadari hal itu.

Aku pun berinisiatif untuk menahan lapar dan menyimpan uang sakuku. Untuk apa? Tentu saja untuk mentraktir semua anak di kelasku dengan syarat bahwa mereka mau ku ajak untuk datang ke rumahku.

Aku hanya ingin menunjukkan kepada bunda, bahwa aku kuat. Sejak saat itu, bunda tak pernah mengkhawatirkan hal itu.

Aku duduk di bangku SMP dan bunda akhirnya bertemu dengan Ayah Kevin. Setelah menikah, aku memiliki seorang kakak yang membenciku. Raehan namanya. Ia benar-benar ingin memakanku saat itu.

Aku sebenarnya membencinya. Tapi aku kembali ingat perkataan ayah dan janjiku saat itu. Aku akan menjadi Davka yang baik dan akan selalu seperti itu. Aku tak akan gentar hanya untuk membuat abang Raehan melirikku.

Kecelakaan yang menimpaku saat berusaha menyelamatkan ayah Kevin membuatku harus merelakan pendengaranku. Bukan sesuatu yang parah, tapi aku menjadi sedikit kesulitan menangkap apa yang orang lain bicarakan. Semuanya terdengar seperti bisikan.

Terkejut? Pasti

Sedih? Tentu saja.

Sudah pasti aku akan sedikit terhambat di masa depan nanti. Tapi aku tak peduli. Kebahagiaan bunda selain ada padaku dan Raehan, juga ada di ayah Kevin. Dan bila ayah Kevin celaka, tentu bunda akan sedih.

Aku tak mau hal itu terjadi. Setidaknya bila saat itu aku tak selamat, bunda masih memiliki anak yang lain untuk menghiburnya.

Hingga janji ayah Kevin yang dibuat kepadaku, ia langgar sendiri. Ayah Kevin pergi.

Aku ingat malam sebelum ayah Kevin pergi. Ayah saat itu benar-benar tak bisa melakukan apapun di atas ranjangnya. Dan aku saat itu tertidur di atas tangan ayah yang aku genggam erat.

Ayah datang padaku.

Lewat mimpi.

Saat itu ayah tersenyum dan memelukku erat. Berkata bahwa ia sangat menyayangiku seperti anaknya sendiri dan memohon padaku untuk menjaga bunda serta abang. Ayah berpesan padaku untuk tetap menjadi Davka yang selalu ia banggakan dan mengatakan padaku bahwa ia akan terus menjagaku dari atas sana.

"Awas kalo adek nakal. Ayah tau loh! Kalo ayah liat adek nakal, ayah akan dateng dan ngelitikin adek sampe adek sakit perut," ucapnya di mimpi itu.

Kadang saat aku sakit dan sedih, aku selalu ingin menjadi anak yang nakal. Hanya untuk meminta ayah mendatangiku dan aku akan memintanya untuk menjemputku.

Ya, mungkin itu adalah alasan terbesarku untuk menjahili seseorang. Aku hanya ingin pergi bersama ayah.

[]

a/n:
Hay jadi aku lagi ga ada inspirasi buat lanjutin ceritaku yang lain. Jadi aku tulis extra chapter ini.

Ini adalah pikiran Davka dari kecil sampe kejadian sebelum dia ketemu Afreen.

Tadinya mau kubuat extra chapter khusus ceritain kemana dia waktu kejadian sebelum epilog. Tapi nanti saja.hahaha

Insya Allah kalo lagi gak ada inspirasi lagi, kutulis extra chapter yang itu hehe.

Okedeh. See you guys 🏂

Salam hangat dari Davka Adhikari... 💞

Seharusnya ✔Where stories live. Discover now